Brilio.net - Jogja darurat sampah beberapa hari ini menjadi headline di berbagai linimasa media sosial dan beberapa media. Sudah hampir sepekan, sampah-sampah di sejumlah Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sementara di Kota Jogja, Kabupaten Bantul dan Sleman dibiarkan menumpuk lantaran ditutupnya Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan di Bantul, Jogja sejak Minggu (24/3) lalu.

Akibatnya, sejumlah TPS di Jogja, Bantul dan Sleman memilih tutup lantaran sudah banyaknya sampah yang menumpuk. Salah satu TPS yang tutup adalah di kawasan Jl. Kemasan, Kotagede, Jogja. Di TPS ini, sampah-sampah yang dibungkus kantung plastik dari warga sekitar terlihat menumpuk.

TPST piyungan tutup  © 2019 brilio.net

foto: brilio.net/Ivanovich Aldino

Meskipun sudah memberikan tanda bahwa TPS tutup, namun beberapa warga sekitar masih terlihat datang dengan membawa sampah. Warga datang silih berganti membuang sampah-sampah rumah tangganya dalam kantung plastik berukuran kecil, sedang hingga besar. Tutupnya TPST Piyungan juga turut dirasakan warga.

Salah satu warga bernama Jaziyem, yang tinggal tak jauh dari TPS Kotagede misalnya. Ibu rumah tangga ini merasakan dampak ditutupnya TPST Piyungan yang menganggu aktivitas buang sampah. Oleh karena itu, Jaziyem harus mencari alternatif sendiri untuk bisa membuang sampah-sampah rumah tangga.

"Iya rugi. (Untuk mengakali sampah tersebut) Saya biasanya (sampah) dikubur nggak dibakar," ungkap Jaziyem kepada brilio.net, Kamis (28/3).

Tumpukan sampah tak hanya terlihat di TPS Kotagede, namun juga di TPS di Jl. Suryowijayan, Jogja. Di TPS ini, tumpukan sampah-sampah bahkan sudah menjalar hampir ke jalan raya yang membuat para pengguna jalan yang tengah berhenti di lampu merah menghirup bau tak sedap.

TPST piyungan tutup  © 2019 brilio.net

foto: brilio.net/Nisa Akmala

Potret-potret tumpukan sampah yang menggunung di beberapa TPS di Jogja tersebut merupakan dampak dari penutupan TPST Piyungan oleh warga. Penutupan tersebut dilakukan warga setempat dengan memblokade pintu masuk yang biasa menjadi akses utama truk-truk pengangkut sampah.

Penutupan TPST Piyungan sebagai bentuk protes warga

Penutupan TPST Piyungan yang dilakukan warga merupakan buntut panjang dari protes warga yang sudah dilayangkan sejak akhir tahun lalu. Menurut Maryono selaku Ketua Komunitas Pemulung, kapasitas TPST Piyungan sudah mengalami kelebihan kapasitas sehingga membuat warga terkena imbas dari sampah yang menggunung. Sehingga aksi penutupan TPST berluas 14,5 hektar tersebut menjadi jalan yang diambil warga.

"Dermaga pembuangan sampah di sini sempit sekali, yang dulunya bisa untuk 5 sampai 6 truk sekarang cuma bisa satu persatu untuk pembuangan. Belum lagi jalan yang berlubang dan berlumpur sehingga hanya bisa satu persatu," ungkap Maryono.

TPST piyungan tutup  © 2019 brilio.net

foto: brilio.net/Ivanovich Aldino

Dermaga pembuangan sampah yang sempit hanya bisa menampung satu truk sehingga mengakibatkan antrean panjang mendekati pemukiman warga. Maryono mengungkapkan jika hal tersebut turut menganggu warga sekitar.

"Itu mengakibatkan antrean sampai 1,5 kilometer, mungkin lebih. Untuk itu warga terkena dampaknya, baik itu terkena limbahnya dan juga akses jalan kurang kondusif," tambah Maryono.

Penutupan TPST Piyungan oleh warga tak hanya persoalan kelebihan muatan, namun juga menindaklanjuti tuntutan mereka untuk melakukan sejumlah perbaikan. Selain meminta perbaikan dermaga sementara, warga juga meminta agar pemerintah membagi tempat pembuangan menjadi dua bagian.

"Dan di atas untuk pembuangan pemerintah, dan yang di bawah untuk swasta sehingga tidak ada antrean, dan insha allah pembuangan jadi lebih lancar," kata Maryono.

Tak hanya itu, warga juga memiliki beberapa permintaan seperti perbaikan jalan yang berlubang dan penerangan sepanjang jalan. Maryono juga mengungkapkan warga menuntut kompensasi kepada warga yang belum pernah didapatkan selama TPST Piyungan berdiri sejak 1996 lalu.

"Yang keempat itu untuk kompensasi per-KK, dari pembuangan sampah 96 sampai sekarang belum pernah ada menerima kompensasi. Untuk selanjutnya drainase yang dulunya ada di bawah sana, ternyata sudah tidak ada lagi sehingga limbahnya masuk ke warganya. Itu semua demi kenyamaan bersama," tambah Maryono.

TPST piyungan tutup  © 2019 brilio.net

foto: brilio.net/Syamsu Dhuha

Lewat perwakilan beberapa orang, warga sekitar TPST yang menerima 600 ton sampah setiap harinya tersebut sudah kerap memberikan saran kepada pemerintah untuk mengantisipasi protes warga. Namun pihak pemerintah belum memberikan jawaban pasti.

Warga sadar betulnya penutupan TPST Piyungan berdampak pada penumpukan sampah di beberapa wilayah di Jogja, khususnya wilayah Kota Jogja. Oleh karena itu, Maryono dan warga mencari solusi agar sampah di kota bisa segera dibuang kembali ke TPST yang menampung sampah dari tiga kabupaten tersebut.

"Kita juga kasihan dengan sampah yang ada di kota yang sudah menjadi lautan sampah. Insyaallah kami segera mungkin diskusi dengan teman-teman supaya sampah nanti bisa tetap dibuang di pembuangan yang ada di sini," ujar Maryono.

Menanggapi aksi penutupan TPST Piyungan oleh warga, pemerintah daerah pun sudah mengajak mediasi dengan Maryono dan beberapa perwakilan warga. Namun mediasi tersebut belum ada titik temu. Kendati demikian, warga berencana akan kembali membuka TPST Piyungan pada Sabtu (30/3) mendatang.