Brilio.net - Kicauan Dwi Estiningsih melalui akun twitternya @estiningsihdwi soal 5 pahlawan dalam pecahan uang rupiah baru berbuntu panjang. Dia dipolisikan oleh Forum Komunikasi Anak Pejuang Republik Indonesia (Forkapri) ke Ditreskrimsus Polda Metro Jaya. Forkapri mengaku tersinggung dan tidak terima dengan isi cuitan Dwi yang diduga ingin mengadu domba dan memecah belah Republik Indonesia.

cuitan kontroversi istimewa

Mendapati dirinya tengah dilaporkan ke pihak berwajib, melalui laman facebook @EstiningsihDwiPsi, Dwi membuat pembelaannya terkait cuitannya yang menuai polemik tersebut. Berikut isi pembelaan dari Dwi Estiningsih selengkapnya dikuti brilio.net, Rabu (21/12):

Bismillahirrahmanirrahiim.

Berawal dari heboh di media sosial tentang uang baru, sudah banyak ulasan dari A - Z dari para pakar dan pegiat sosmed. Apa yang saya sampaikan dalam tweet saya hanyalah hal yang sederhana dan mudah dicerna. InsyaAllah.

Berikut ini riwayat tweet, supaya netizen memahami dari sumber pertama, tidak dipotong-potong.
Bermula dari tweet #1: "Tiada Tuanku Imam Bonjol di Dompet Kami Lagi"

Tweet #2, menanggapi tweet 1, memperjelas bahwa gambar yang dipilih dalam uang baru hampir 50% kafir (sebutan non muslim dalam kitab suci kami, Al Qur an), bukan pembagian yang adil dibandingkan mayoritas penduduk Islam di Indonesia (85% muslim). Keprihatinan yang menurut saya sudah pada tempatnya.

Tweet #3, komentar netizen menanggapi tweet 2.
Tweet #4, menanggapi komentar netizen di tweet 3. Mengingatkan kembali pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) SMP. Tertanam dalam benak bu guru menyampaikan penjajah Belanda membawa misi Gold Glory Gospel, artinya pada waktu itu yang mengikuti misi dan ajaran Belanda memang berseberangan dengan perjuangan rakyat.

Namun ada kalangan kafir yang menentang Belanda, jumlahnya minoritas dari kalangan mereka.
Tak ada tendensi melecehkan siapapun. Mereka saya hormati sebagai pahlawan. Tidak ada ujaran menghina pahlawan, kalimat itu tidak ada yg salah karena yg dikatakan penghianat adalah orang kafir yang berkhianat, BUKAN pahlawan kafir.

Tweet #5, saya kembali menegaskan bahwa saya mengikuti ujaran kitab suci pedoman panduan hidup saya.
Istilah kafir diambil dari Al Quran yaitu tidak beriman kepada Alloh SWT dan Rasulullah SAW, dimaksudkan pada orang-orang non muslim.

Mohon dibaca, dicerna dan dipahami. Tidak ada hinaan dan celaan dalam tweet saya seperti tweet ujaran dari para pembully saya. Demikian.

Pembelaan dari Dwi Estiningsih ini cukup menarik perhatian netizen. Mereka terpancing ikut berkomentar. Beberapa masyarakat mengecam dan menyayangkan aksi yang dilakukan oleh Dwi Estiningsih. Namun ada pula yang ikut prihatin atas kasusnya.

"Mbaknya psikolog toh? Sungguh disayangkan ya,mbak.. Saya tak habis pikir bgmn seorang psikolog spt mbaknya melakukan kegiatan konseling dsbnya,pastinya harus pilih2 ya mbak?! Mbaknya mau melakukan tindakan psikologi hanya utk klien yg seagama saja??! Bukankah itu melanggar kode etik mbak?? Atau copot sajalah gelar anda itu.. Selamat mbak, mbaknya jadi terkenal, tapi bukan krn prestasi mbaknya... Tuhan masih memberi kesempatan mbaknya utk memperbaiki hidup, jd pergunakanlah waktu yg ada ya mbaknya.. Semoga Tuhan memberkati ya mbak," komentar akun Putri.

"@dwi estiningsih, non muslim itu bukan kafir. Kafir itu sebutan kpd org yg tdk beragama. Non muslim itu orang yg ber AGAMA, jadi kalau anda sebut kafir kpd non muslim itu penghinaan,pelecehan dan penodaan terhadap pemeluk agama yg lain. Sebagai sesama umat manusia yg berAgama harusnya saling mengasihi dan menghormati perbedaan," tambah akun Sharon.