Brilio.net - Bagi ibu yang bekerja, memberikan ASI secara langsung merupakan tantangan tersendiri. Pasalnya perempuan pekerja tidak mempunyai waktu yang tepat untuk menyusui buah hati. Alhasil banyak dari mereka yang memompa ASI dan menyimpannya dalam botol untuk kemudian diberikan kepada si kecil.

Namun untuk para orangtua khususnya ibu yang memompa ASI untuk si kecil, perlu berhati-hati karena para peneliti menemukan bahwa ASI dari perempuan yang dipompa cenderung memiliki lebih banyak bakteri jahat, dan kurang berlimpahnya kuman yang ramah. Hal ini berbeda dibandingkan ASI dari perempuan yang hanya menyusui bayi mereka dari payudara.

Dilansir dari health24, Selasa (26/2), ada dampak buruk yang akan berdampak pada bayi bila diberi ASI hasil perah. Menurut peneliti senior Meghan Azad, beberapa dari studi tersebut berfokus pada ASI, dan menemukan bahwa ASI sebenarnya mengandung banyak bakteri.

Dia juga mengatakan bahwa satu teori yang diajukan bahwa bakteri 'bermigrasi' dari saluran usus ibu ke ASI. Tetapi mungkin ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Temuan baru ini menunjukkan bahwa cara pemberian ASI -langsung atau dengan memompa- adalah salah satu faktor tersebut.

Susu dari ibu yang dipompa cenderung lebih tinggi bakteri tertentu yang kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi, seperti Stenotrophomonas dan Pseudomonadaceae.

Sedangkan, susu dari ibu yang memberi menyusui secara langsung memiliki keanekaragaman bakteri baik yang lebih besar, yang umumnya dianggap lebih baik. Dan itu termasuk mikroba yang biasanya ditemukan di mulut. Temuan itu menunjukkan bahwa bakteri oral bayi adalah salah satu sumber mikroba yang ditemukan dalam ASI.

Belum jelas apakah cara pemberian makan memengaruhi keseimbangan bakteri dalam usus bayi yang pada akhirnya berkenaan dengan kesehatan atau perkembangannya.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa mikroba usus penting dalam perkembangan sistem kekebalan bayi. Dan "gangguan" pada bakteri di awal kehidupan telah dikaitkan dengan risiko alergi dan asma yang lebih tinggi.

Azad mengatakan timnya berencana untuk melihat apakah komposisi bakteri dalam ASI juga terkait dengan risiko penyakit tersebut, serta pertumbuhan bayi.