Brilio.net - Presiden Joko Widodo atau Jokowi baru saja memutuskan rencana pemindahan Ibu Kota Republik Indonesia ke luar Pulau Jawa. Meski demikian, hingga saat ini pemerintah belum menetapkan lokasi baru yang akan dijadikan ibu kota baru. Seperti diketahui, keputusan untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta itu diputuskan oleh Presiden Jokowi pada rapat terbatas tindak lanjut rencana pemindahan ibu kota yang berlangsung pada Senin (29/4).

Dilansir dari Antara, Selasa (30/4), Presiden Jokowi telah menyebut tiga kandidat lokasi calon ibu kota baru, yakni Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Pulau Kalimantan disebut memiliki posisi tengah-tengah Indonesia dibanding daerah lain di luar Pulau Jawa. "Bisa di Sumatera tapi kok nanti yang timur jauh. Di Sulawesi agak tengah tapi di barat juga kurang. Di Kalimantan kok di tengah-tengah. Kira-kira itu lah," kata Jokowi.

Alasan utama pemindahan ibu kota ke luar Jawa menurut Jokowi ialah kondisi Pulau Jawa yang sudah terlalu padat. Selain itu, sejumlah aspek pendukung seperti lalu lintas, lingkungan, dan air tidak lagi memungkinkan apabila ibu kota berada di Jawa. "Kita ini memiliki 17 ribu pulau tapi di Jawa sendiri penduduknya 57 persen dari total penduduk Indonesia. Kurang lbih 149 juta sehingga daya dukung baik terhadap air, lingkungan, dan lalu lintas ke depan sudah tidak memungkinkan lagi. Sehingga kemarin saya putuskan di luar Jawa pindah," tambah Jokowi.

Sementara itu, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro memaparkan kajian Bappenas mengenai pemindahan ibu kota. Dalam paparannya, Bambang menjelaskan kriteria penetapan lokasi ibu kota baru, yakni memperhitungkan letak geografis yang berada di tengah-tengah Indonesia sebagai wujud Indonesiasentris.

Selain itu, calon ibu kota baru harus sudah berstatus kota kelas menengah yang memiliki sarana infrastruktur yang memadai serta tidak jauh dari jalur perairan. Paparan tersebut menyoroti kondisi DKI Jakarta yang tak lagi mampu menampung pengembangan ibu kota dengan adanya sejumlah permasalahan seperti kemacetan yang menyebabkan kerugian besar serta banjir yang kerap terjadi.Selain itu, sanitasi di Jakarta sudah sangat buruk terlihat dari kualitas air sungai di jakarta telah tercemat 96 persen.

"Karenanya kita ingin punya ibu kota baru. Selain mencerminkan identitas Indonesia, juga menjadi kota moderen, berkelas internasional, atau dengan istilah smart, green, and beautiful city," demikian ujar Bambang.