Brilio.net - Hari Buruh 2019 di berbagai kota dirayakan dengan aksi turun ke jalan. Di Hari Buruh yang jatuh pada 1 Mei ini, seperti biasa para buruh melontarkan tuntutannya melalui orasi dan spanduk. Aparat dikerahkan untuk mengamankan aksi massa di Hari Buruh.

Sayangnya, perayaan Hari Buruh di beberapa kota berjalan rusuh. Di Bandung dan Jakarta, Hari Buruh diwarnai aksi vandalisme yang dilakukan oleh massa berkostum hitam-hitam. Mereka merusak beberapa fasilitas publik.


Polisi pun melakukan penangkapan. Dari hasil identifikasi, diketahui kelompok berbaju hitam tersebut ialah Anarko Sindikalisme. Kelompok apakah ini?

Dilansir brilio.net dari Liputan6.com, Jumat (3/5), Anarko Sindikalis awalnya merupakan paham yang mengingnkan serikat buruh menjadi kekuatan yang potensial untuk menuju kepada revolusi sosial, menggantikan kapitalisme dan negara dengan tatanan masyarakat baru yang mandiri dan demokratis oleh kelas pekerja.

Paham ini merupakan turunan dari paham anarkis, gagasan yang tidak menghendaki akan keberadaan institusi kekuasaan. Sering juga menegaskan nilai-nilai mapan yang sudah dianggap wajar oleh masyarakat. Aliran pemikiran ini bahkan lebih jauh sampai tidak menghendaki adanya legitimasi terhadap kekuasaan, termasuk terhadap negara.


Dari paham anarkis itu, berkembang menjadi beberapa turunan, seperti Anarkisme-kolektif, Anarkisme komunis, Anarko Sindikalisme, Anarkisme individualis, serta varian lainnya seperti Pasca-anarkisme, Anarki pasca-kiri, Anarka-Feminisme, Eko-Anarkisme, dan Anarkisme insureksioner. Namun yang paling terkenal adalah Anarko-Sindikalisme.

Anarko Sindikalisme sendiri lebih menekankan pada gerakan buruh (labour movement). Sindikalisme sendiri berakar dari Bahasa Prancis yang berarti 'trade unionism'.

anarko mayday © 2019 brilio.net berbagai sumber

foto: Twitter/didonkz

 

Varian ini menganggap bahwa serikat-serikat buruh (labor unions) mempunyai kekuatan dalam dirinya untuk mewujudkan suatu perubahan sosial secara revolusioner, mengganti kapitalisme serta menghapuskan otoritas negara dan diganti dengan masyarakat demokratis yang dikendalikan oleh para pekerja.

Anarko sindikalisme juga menolak sistem gaji dan hak milik (kepemilikan) dalam pengertian produksi.

anarko mayday © 2019 brilio.net berbagai sumber

foto: Twitter/@WaladAulia

 

Prinsip-prinsip dasar yang membedakan anarko-sindikalisme dengan kelompok lainnya dalam anarkisme adalah: (1) Solidaritas pekerja (Workers Solidarity); (2) Aksi langsung (direct action); dan (3) Manajemen-mandiri buruh (Workers self-management).

Dalam buku karya Seán M Sheehan, yang berjudul 'Anarkisme: Perjalanan Sebuah Gerakan Perlawanan' yang diproduksi Marjin Kiri, kemunculannya sudah lama dikenalkan oleh sosok sejarawan anarkis, Rudolf Rocker, sekitar abad ke-19 dan 20.

anarko mayday © 2019 brilio.net berbagai sumber

foto: Twitter/@Hariswnlagi

 

Noam Chomsky, profesor linguistik di Institute Teknologi Massachusetts (MIT), menyebut anarko sindikalis lahir dari pandangan Rudolf, yang menuturkan; "Bagi seorang anarkis, kebebasan bukanlah konsep filosofis abstrak, melainkan peluang konkret vital bagi setiap manusia untuk mengembang kan sepenuhnya segala daya, kapasitas, dan talenta yang telah di berikan alam kepadanya, dan mengubahnya menjadi perangkat sosial."

anarko mayday © 2019 brilio.net berbagai sumber

foto: Twitter/althof_m

 

Rudolf memandang anarki bisa diterapkan manusia, melalui persatuan para buruh. Dia menyebut, hanya dalam bidang ekonomilah, para pekerja mampu menunjukkan kekuatan sosial sepenuhnya, karena aktivitas mereka sebagai produsen, mampu menyatukan seluruh struktur sosial, dan menjamin eksistensi masyarakat secara keseluruhan.

Dalam bukunya yang berjudul; 'Anarko Sindikalisme: Filsafat Radikal Kaum Pekerja', dikatakan bahwa gerakan ini metodenya melalui aksi langsung, baik dalam perjuangan ekonomi maupun politik. Ada beberapa metode aksi langsung, yakni sabotase, pemogokan, serta boikot, demi tatanan ekonomi yang dikehendaki terwujud.