Brilio.net - Proses evakuasi warga di daerah rawan ancaman letusan Gunung Merapi mulai dilakukan. Sejumlah kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil dan anak-anak di Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Kapanewon, Cangkringan, Kabupaten Sleman diungsikan ke barak pengungsian di Balai Desa Glagaharjo.

Para kelompok rentan ini diungsikan pada Sabtu (7/11) sore. Para kelompok rentan ini diungsikan dengan menggunakan truk maupun kendaraan bak terbuka lainnya.

Dikutip dari merdeka.com, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman, Joko Supriyanto mengatakan, ada 113 orang dari kelompok rentan yang diungsikan ke Barak Pengungsian Glagaharjo.

"Ini semua pengungsi dari Kalitengah Lor. Kita ada kelompok rentan 133 terdiri dari lansia ada 95 orang dan anak-anak ada 30 orang kemudian ibu hamil ada 3 orang. Sementara untuk difabel ada 5 orang," ujar Joko, Sabtu (7/11).

"Ini sesuai dengan SOP apabila status Merapi itu dari level II ke siaga level III itu kelompok rentan dan ternak harus diungsikan. Karena nanti pas naik level lagi (ke awas) semua kan harus turun. Kalau lansia dan anak-anak disuruh terburu-buru nanti susah. Nah ini kita dulukan," sambung Joko.

Barak Pengungsian di Glagaharjo, menurut dia, dinilai cukup untuk seluruh warga Kalitengah Lor yang berada di lereng Gunung Merapi. Pihaknya juga menyiapkan tempat pengungsian di SD yang tak jauh dari Balai Desa Glagaharjo.

"Barak yang disiapkan kalau untuk Kalitengah Lor sudah cukup. Tapi karena nanti mengungsi semuakan kita ada 500 orang. Kita siapkan di barak Gayam, Argomulyo nanti kita buatkan partisi. Sementara masih Siaga ditempatkan di sini. Kalau Awas kan semua nanti lari ke sana. Kapasitas sana sekitar 300-an orang," pungkas Joko.

Perhatikan protokol kesehatan

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan lokasi pengungsian untuk warga terdampak erupsi Gunung Merapi. Adapun saat ini Gunung Merapi naik status menjadi siaga.

"BNPB bersama PUPR dan pemprov sedang menyiapkan lokasi pengungsian yang memenuhi protokol kesehatan," ujar Doni Monardo dikutip dari Liputan6.com, Sabtu (7/11).

Penerapan protokol kesehatan di lokasi pengungsian ini mengingat situasi pandemi virus Corona (Covid-19). Hal ini juga untuk mencegah agar tak muncul klaster penyebaran virus corona di lokasi pengungsian.

"Saya sarankan tempat pengungsian tetap menjalankan protokol kesehatan. Itu sudah disampaikan ke BPBD masing-masing kota baik di Klate, Boyolali, Sleman, Magelang. Kami sudah sampaikan, di samping mereka punya rencana kontigensi," jelas Direktur Mitigasi Bencana BNPB Johny Sumbung.

Nantinya, para pengungsi harus tetap menerapkan jaga jarak di lokasi pengungsian sebagai upaya mengantisipasi penyebaran Covid-19. Kemudian, memakai masker serta mencuci tangan.

Sementara, warga yang lanjut usia (lansia) dan memiliki penyakit penyerta atau komorbid akan dipisahkan dengan masyarakat umum. Pasalnya, mereka merupakan kelompok rentan terpapar Covid-19.

Rapid test Covid-19

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berkoordinasi dengan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan D.I Yogyakarta menyiapkan rapid test Covid-19 untuk pengungsi terdampak erupsi Gunung Merapi.

"Jadi mereka berupaya jika pengungsi sudah di tempat, mereka akan menyiapkan rapid test di tempat pengungsian. Itu dari Kementerian Kesehatan," kata Direktur Mitigasi Bencana BNPB Johny Sumbung.

Menurut dia, warga sekitar Gunung Merapi yang mengungsi nantinya harus tetap menerapkan protokol kesehatan sebagai upaya mencegah penularan virus. Misalnya, menjaga jarak aman, memakai masker, hingga mencuci tangan.

Sementara, warga yang lanjut usia (lansia) dan memiliki penyakit penyerta atau komorbid akan dipisahkan dengan masyarakat umum. Sebab, mereka merupakan kelompok yang rentan terpapar Covid-19.

"Dinas kesehatan masing-masing kabupaten/kota berperan aktif dalam rangka mengawasi kondisi di lapangan. Terutama, orang-orang lansia," jelas Johny.