Brilio.net - Erupsi Gunung Agung tidak hanya berdampak pada daerah Bali dan sekitarnya, namun juga memengaruhi iklim dunia. Hal ini berkaca pada erupsi Gunung Agung tahun 1963 yang memengaruhi pendinginan di permukaan bumi.

Carbon Brief mencoba menjelaskan bagaimana dampak erupsi Gunung Agung pada iklim bumi. Erupsi Gunung Agung mengeluarkan debu dan asap yang membumbung tinggi ke atmosfer. Dilansir brilio.net dari carbonbrief.org, Rabu (29/11), sulfur dioksida yang dikeluarkan dari proses erupsi bereaksi dengan air dan membentuk aerosol asam sulfat yang memicu datangnya sinar matahari lalu memicu pembentukan awan. Jika aerososl sulfat mencapai stratosfer, maka akan menyebabkan efek pendinginan yang lebih besar.

Sebenarnya ketika terjadi proses erupsi, ada zat karbon dioksida yang dikeluarkan ke atmosfer. Karbon dioksida ini juga memberi sumbangan terhadap perubahan iklim, yakni memicu pemanasan global. Namun efek pemanasan global tersebut tidak lebih besar dengan pendinginan global yang terjadi.

Lokasi erupsi gunung juga menjadi pertimbangan tentang seberapa besar dampak erupsi pada iklim dunia. Jika gunung yang meletus semakin dekat dengan garis katulistiwa, pengaruhnya terhadap iklim global semakin besar. Maka dari itu ada kemungkinan besar Gunung Agung yang berada dekat garis katulistiwa mempunyai dampak besar terhadap iklim global.

Diprediksi, temperatur bumi akan turun sebanyak 0.1 hingga 0.2 derajat selsius sepanjang tahun 2018 hingga 2020 akibat erupsi Gunung Agung. Temperatur akan kembali normal pada tahun 2023. Walau demikian seberapa besar dampak pendinginan tersebut tidak dapat diprediksi dengan pasti.

Erupsi gunung Agung pada tahun ini juga belum tentu sebesar tahun 1963. Hal ini sangat bergantung pada fenomena El Nino dan La Nina. Jika erupsi Gunung Agung diikuti fenomena El Nino, proses pendinginan iklim bumi hanya mencapai 0.1 derajat selsius. Jika erupsi Gunung Agung diikuti fenomena La nina, maka akan berampak pada pendinginan iklim bumi sebanyak 0.3 derajat selsius. Namun diprediksi rata-rata pendinginan hanya sebanyak 0.2 derajat selsius.

Ternyata suatu fenomena alam di satu wilayah berdampak besar pada iklim dunia ya.