Brilio.net - Kepala BMKG, Andi Eka Sakya melepas Ekspedisi Indonesia Prima (Indonesia Program Initiative on Maritime Observation and Analysis) 2017. Ekspedisi memakai kapal penelitian Baruna Jaya VIII ini merupakan ekspedisi pertama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika untuk meneliti di kedalaman laut, di antaranya patahan memicu gempa Bumi, di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, pada Desember 2016.

"Contoh yang paling konkret dalam gempa bumi ini kami harus memetakan sesar yang baru. Dengan fasilitas yang ada di Baruna Jaya VIII echo sounder kami bisa memetakan aktivitas dan fenomena laut sampai pada 7.000 meter di dalam laut," tambah Sakya di Dermaga Perikanan Muara Baru, di Jakarta, Senin (20/2).

Dia menjelaskan, anggaran untuk ekspedisi kali ini mencapai Rp 5 miliar. Dana fantastis itu untuk membiayai perawatan dan pembaruan buoy/mooring laut ATLAS yang merupakan bagian dari dari Program Penelitian RAMA (Research Moored Array for African-Asian-Australian Monsoon Analysis and Prediction) dengan memasang rangkaian buoy mooring laut dalam.

Dari ekspedisi kemaritiman ini, diharapkan dapat diperoleh data kelautan yang nanti berguna untuk mengkaji fenomena cuaca dan iklim yang kerap berdampak bagi perekonomian dan kehidupan masyarakat Indonesia.

Di antaranya fenomena El-Nino and Southern Oscillation di Kawasan Pasifik dan fenomena Indian Ocean Dipole di Samudera Hindia sangat berperan pengaruhnya dalam mewarnai iklim wilayah Indonesia.

Ekspedisi kelautan itu digelar bersama oleh BMKG, LIPI, dan NOAA, pada 20 Februari hingga 16 Maret 2017, yang menempuh dua rute, yaitu mulai dari Jakarta-Samudera Hindia-Sabang, dan rute Sabang-Pidie-Selat Malaka-Jakarta.