Brilio.net - Black box pesawat Lion Air JT 610, yang dinyatakan jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat pada Senin (29/10), akhirnya ditemukan dan berhasil diangkat setelah empat hari pencarian. Black box ini akan berguna dalam proses investigasi mengenai penyebab kecelakaan.

Black box sendiri juga membuat sebagian orang bertanya-tanya, apakah fungsi dari benda misterius ini? Dan bagaimana cara kerjanya?

Kecelakaan pesawat memang menjadi suatu yang fatal. Banyak penyebab dari kecelakaan tersebut, bisa karena bagian pesawat mengalami gangguan atau kerusakan dan bisa pula disebabkan oleh cuaca buruk maupun kesalahan manusia. Semua memang harus terkontrol dengan baik, mengenai kesehatan pesawat, maupun keadaan cuaca.

Kecelakaan yang terjadi terkadang sangat mempersulit petugas untuk melakukan investigasi mendalam untuk mencari tahu penyebab kecelakaan tersebut. Pada saat teknologi belum secanggi sekarang, sangat sulit untuk mencari tahu apa yang terjadi di udara sana sebelum pesawat jatuh.

Namun semenjak ilmuan menciptakan sebuah teknologi bernama black box, semua sudah dapat teratasi dengan baik. Black box memiliki kemampuan merekam seluruh kegiatan di dalam pesawat selama mengudara.

Di manakah letak dan bagaimana cara kerjanya? Brilio.net melansir dari beberapa sumber, Kamis (1/11), black box merupakan instrumen canggih berwarna orange yang ditempatkan di badan pesawat pada bagian yang tidak mudah rusak dan terlindungi dengan baik. Posisinya tergantung dari konstruksi pesawat. Biasanya di bagian tengah atau bagian belakang dekat roda pesawat.

Sebelum dipasangkan di bagian badan pesawat, black box harus melewati fase percobaan terlebih dahulu, untuk diuji ketahanannya. Jika dianggap sudah layak, baru dipasang di bagian-bagian tersebut.

Black box Lion Air ditemukan, ini cara kerja & letaknya di pesawat istimewa

foto: www.abc.net.au

Lalu bagaimana cara kerjanya? Terdapat dua tipe black box di dalam pesawat. Flight data recorder (FDR) dan cookpit voice recorder (CVR). FDR memiliki kemampuan merekam berbagai data yang berhubungan dengan operasi penerbangan. Secara regulasi, FDR dapat merekam waktu, ketinggian, kecepatan, arah dan kondisi pesawat. Kampuan dari FDR pula mampu memberikan informasi dalam rekamannya hingga 1.000 karakteristik pesawat yang dapat membantu dalam investigasi.

Beda halnya dengan CVR terletak di kokpit, tepatnya di flight-data acquisition unit (FDAU). Biasnya, benda ini berada di tengah-tengah panel antara dua pilot, di bawah kokpit. CVR memiliki kemampuan merekam suara mesin, peringatan, suara pembicaraan pilot dan bebagai bunyi klik lainnya.

Di dalam ruang kokpit, tempat dua pilot bekerja, terdapat empat microphone yang berfungsi untuk menyalurkan data ke CVR. Microphone akan menyalurkan data suara yang terekam terlebih dahulu ke associated control unit yang kemudian disalurkan ke CVR. Keempat microphone ini terletak di headset pilot, co-pilot, jika ada anggota lain yang berada di tempat yang sama, maka microphone satunya akan digunakan oleh anggota tersebut dan yang terakhir terletak di tengah-tengah kokpit.

Kebanyakan CVR memiliki kemampuan merekam sebanyak 30 menit, namun jika menggunakan material solide-state dapat merekam selama 2 jam. Benda ini menggunakan sistem looping di mana tipe tersebut akan terus terulang. Merekam yang baru dengan menimpa rekaman yang lama.

Karena didesain khusus untuk permasalahan operational, maka FDR bisa langsung tehubung dengan kabel-kabel sensor yang terletak di berbagai area. Dengan demikian FDR dapat merekam seluruh keadaan pesawat saat mengudara.

Kemampuan rekam tergantung ukuran pesawat itu sendiri. Untuk recorder yang menggunakan magnetic-tape, FDR dapat merekam 100 parameter sedangkan jika menggunakan solid-state bisa merekam beratus-ratus hingga beribu-ribu parameter.