Brilio.net - Dunia penerbangan Indonesia kembali berduka. Pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak, Sabtu (9/1) dikonfirmasi hilang kontak di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Rekaman flightradar24 pun sempat beredar di media sosial.

Flightradar24 sendiri adalah layanan pelacakan penerbangan pesawat komersial secara real time yang menunjukkan informasi penerbangan pesawat terbang waktu nyata pada peta. Penayangan meliputi jalur penerbangan, tempat asal dan tujuan penerbangan, nomor penerbangan, jenis pesawat terbang, posisi, ketinggian, arah dan kecepatan. Rekaman ini juga dilengkapi dengan data historis penerbangan yang dapat dikelompokkan berdasarkan maskapai penerbangan, jenis pesawat, atau bandara. Sayangnya tidak semua orang paham bagaimana membaca data tersebut.

Karena itulah, Captain Vincent Raditya, pilot sekaligus YouTuber yang kerap memberikan edukasi soal dunia penerbangan ini turut membacakan data tersebut.

Berikut analisa soal data flightradar24 Sriwijaya Air SJ182 dilansir brilio.net dari laman YouTube Vincent Raditya pada Senin (11/1).

<img style=

foto: YouTube/Vincent Raditya

 

Pertama, Vincent melihat data jam di awal video rekaman tersebut yang menunjukkan pukul 6.37 AM.

"Waktu di sini adalah waktu UTC atau universal time coordinated. Artinya jam yang ada di pesawat kita itu menggunakan jam UTC. Sehingga jam di jakarta harus dikalkulasi sendiri," ujar Vincent.

Jadi, jika di jam flightradar-nya pukul 6.37 AM maka di Jakarta pukul 13.37 artinya pesawat sudah ada di Jakarta pada pukul 13.37 WIB.

Pada waktu tersebut, Vincent melihat bahwa pesawat sudah meminta push back. Dalam waktu dua menit, Vincent menduga pesawat sudah mulai start engine. Hingga pada 13.40, pesawat mulai taxi. Namun Vincent menemukan kebingungan dan menduga ada kesalahan sensor dari flightradar.

"Tapi yang saya bingung kenapa dia taxinya ke sebelah kiri, makanya saya bilang flightradar ini bisa agak tidak akurat. Lalu ada blip dia loncat kesana, ini seperti kesalahan sensor," jelasnya.

Karena mengalami delay, data flightradar menunjukkan pesawat baru take off pada 14.35 sesuai dengan laporan yang ada pula.

Captain Vincent membaca bahwa rute yang digunakan oleh SJ182 adalah ABASA, yakni pesawat harus menuju NBIL dan sampai ke ketinggian 8000. Kondisi pesawat tampak normal dengan round speed yang sudah terbaca mencapai 268 knots.

"Di sini tidak ada indikasi apapun bahwa pesawat ini ada masalah. Altitude dan speednya masih normal semua," tegas Vincent.

Namun setelahnya, Vincent melihat pesawat oleng ke 3 derajat dari jalur yang ditempuh. Seharusnya pesawat tersebut berada di 40 derajat namun menjadi 43 derajat. Awalnya Vincent menduga bahwa hal ini karena turbulence.

Tapi berikutnya kurang dari satu menit, atau pukul 14.40, pesawat mendadak belok ke kiri atau keluar dari jalurnya lagi. Lalu pesawat menikung hingga posisinya menjadi 23 derajat.

<img style=

foto: YouTube/Vincent Raditya

 

"Kurang dari 1 menit, pesawat ini off track 40 derajat," kata Vincent.

Kemudian flightradar menunjukkan pesawat yang tiba-tiba menghadap ke kiri di posisi 339 derajat, dive down ke 8.950 feet, dan ground speed-nya turun jadi 224.

Kondisi ini dijelaskan oleh Vincent sangat beresiko mengalami stall. Speed jatuh kembali menjadi 192 knot dan ketinggiannya turun lagi menjadi 8.125 feet. Masih pada menit yang sama, kecepatan pesawat turun lagi menjadi 115 knot dan ketinggiannya jadi 5.400 feet.

Melihat speed pesawat tersebut, Vincent menyebutkan bahwa kuat sekali bahwa pesawat ini terkena full stall dan akan sulit di-recover.

"Akan sulit sekarang di recover dengan ketinggian segini," ujar Vincent.

Hingga di akhir rekaman, angka terakhir pesawat di flightradar terus turun ke ketinggian 250 feet dengan kecepatan meningkat menjadi 358 knot.

Captain Vincent menekankan bahwa ia hanya membaca data itu, bukan menyimpulkan apa penyebab jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182. Ia juga menyebut bahwa data dari flightradar24 belum tentu akurat namun bisa menjadi petunjuk sementara. Karena untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat perlu analisis lebih lanjut lewat CDR maupun FDR.

Hingga kini, sejumlah tim terus menyisir area jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dan melakukan pencarian. Dilansir dari merdeka.com, ada sekitar 53 kapal, 13 alat udara, serta 12 unit ambulans yang dikerahkan. Sementara pada pukul 09.00 WIB pada Senin (11/1) ini, tim DVi telah menerima 16 kantong jenazah, 3 kantong properti body, serta 40 sampel DNA dari keluarga korban.