Brilio.net - Di tengah pandemi virus Corona (Covid-19) di berbagai belahan dunia, tak sedikit warga dunia maya ramai mengaitkannya dengan novel The Eyes of Darkness karya Dean Koontz yang terbit pada 1981. Banyak yang berspekulasi bahwa novel tersebut meramal kejadian yang hampir sama dengan kondisi saat ini, yakni sebuah wabah penyakit yang bermula dari Wuhan, China.

Memangnya seberapa mirip kisah wabah dalam novel The Eyes of Darkness dengan pandemi COVID-19 sekarang ini? Lantas apa saja perbedaannya? Biar nggak penasaran, yuk simak ulasan Brilio.net yang dirangkum dari Merdeka, Liputan6, dan Reuters, Jumat (20/3) berikut.

1. Nama virus tersebut adalah Wuhan-400.

Fakta novel Eyes of Darkness Berbagai sumber

foto: Twitter/@NickHinton

Dikutip dari tulisan dalam salah satu halaman buku tersebut:

"It was around that time that a Chinese scientist named Li Chen defected to the United States, carrying a diskette record of China’s most important and dangerous new biological weapon in a decade. They call the stuff 'Wuhan-400' because it was developed at their RDNA labs outside of the city of Wuhan, and it was the four-hundredth viable strain of man-made microorganism created at that research center."

Kutipan tersebut kurang lebih memiliki arti bahwa pada suatu hari seorang ilmuwan China bernama Li Chen membelot ke Amerika Serikat. Ia membawa catatan disket senjata biologis baru paling penting dan berbahaya China dalam satu dekade. Senjata tersebut dinamai 'Wuhan-400' karena dikembangkan di laboratorium RDNA di luar kota Wuhan, dan itu adalah strain mikroorganisme buatan keempat ratus yang dibuat di pusat penelitian itu.

2. Wuhan menjadi daerah asal muasal virus tersebut.

Dalam kutipan tersebut, dijelaskan bahwa kota Wuhan di China menjadi asal muasal virus tersebut. Hal ini sama dengan virus Corona (COVID-19).

3. Daya tahan Wuhan-400 pada lingkungan di luar tubuh manusia.

Wuhan-400 tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia hidup selama lebih dari satu menit, yang berarti tidak dapat mencemari objek secara permanen atau seluruh tempat seperti anthrax dan mikroorganisme ganas lainnya.

Nah, sedangkan COVID-19 bisa bertahan dalam waktu yang lama di luar tubuh manusia, bisa berjam-jam hingga berhari-hari lamanya. 

4. Hanya bisa menginfeksi manusia.

Wuhan-400 disebut hanya menginfeksi manusia, tidak ada makhluk hidup lain yang bisa membawanya. Sedangkan menurut WHO, virus Corona (coronavirus) adalah penyakit zoonotik, yang berarti bisa menular tidak hanya pada manusia saja, melainkan juga hewan.

5. Akan lenyap pada inang yang meninggal.

Ketika manusia yang menjadi inang meninggal, Wuhan-400 dalam tubuh manusia tersebut akan lenyap tak lama kemudian, begitu suhu jasad turun di bawah 86 derajat Fahrenheit.

6. Virus Wuhan-400 diciptakan sebagai senjata buatan manusia.

Wuhan-400 yang disebut sebagai senjata buatan manusia, sedangkan kita ketahui bahwa Virus Corona (Covid-19) bukan buatan manusia. Belum ada bukti yang mengarah ke sana sejauh ini.

7. Keampuhan dalam membunuh manusia.

Dalam novel tersebut, tingkat kematian yang diakibatkan Wuhan-400 adalah 100 persen. Sedangkan berdasarkan data, fatality rate Covid-19 saat ini masih di bawah 3 persen.

8. Wuhan-400 memiliki inkubasi yang jauh lebih cepat ketimbang COVID-19.

Wuhan-400 disebut memiliki periode inkubasi yang sangat cepat, sekitar 4 jam. Sementara, periode inkubasi Covid-19 sekitar 2 hingga 14 hari.

Meski begitu, hal tersebut hanya suatu kebetulan belaka. Selain itu, sebagian besar dari cerita pada novel tersebut tidaklah sama dengan kenyataan yang terjadi saat ini.

Ada hal yang menarik di mana awalnya penulis memberi nama virus tersebut dengan sebutan Gorki-400 yang berasal dari Rusia (rilis tahun 1981). Pada 1989, entah mengapa tiba-tiba diubah menjadi Wuhan-400 yang berasal dari China.

Sedangkan halaman yang berbunyi: “Pada sekitar tahun 2020 penyakit seperti pneumonia yang parah akan menyebar ke seluruh dunia, menyerang paru-paru dan saluran bronkial dan menolak semua perawatan yang diketahui," itu bukanlah halaman pada novel The Eyes of Darkness, melainkan novel lain dengan judul End Of Days: Predictions and Prophecies About The End of The World karya Sylvia Browne pada tahun 2008.