Brilio.net - Kini sudah seminggu berlalu sejak jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 pada Senin (29/10). Pesawat rute Jakarta-Pangkal Pinang tersebut jatuh di perairan Karawang, 13 menit setelah lepas landas. Pesawat yang membawa 189 penumpang tersebut terjatuh pukul 06.33 WIB, Senin (29/10).

Tim SAR yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, relawan dan lain sebagainya telah melakukan pencarian untuk menemukan badan pesawat dan korban. Hingga Minggu malam (4/11) total sudah ada 138 kantong jenazah yang dievakuasi tim SAR. Sedangkan 14 korban Lion Air JT 610 sudah berhasil teridentifikasi.

Pada Kamis (1/11), black box telah ditemukan tim penyelam TNI AL dari Batalyon Intai Amfibi (YonTaifib) TNI AL di kedalaman 30 meter. Black box telah diserahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk selanjutnya dilakukan penyelidikan.

Minggu (4/11) KNKT memberikan pernyataan resmi lewat siaran pers mengenai proses investigasi pesawat Lion Air JT 610. KNKT mendapat bantuan dari pihak Australian Transport Safety Bureau (ATSB) dalam proses download data flight data recorder (FDR). Proses pengunduhan data telah selesai dilakukan dan didapatkan rekaman 69 jam dari 19 penerbangan terakhir Lion Air PK-LQP, termasuk penerbangan yang berakhir celaka.

Saat ini KNKT masih terus melakukan investigasi mengenai penyebab jatuhnya pesawat Lion Air JT 610. KNKT menuturkan beberapa temuan awal terkait proses investigasi tersebut. Berikut informasinya dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Senin (5/11).

1. Pesawat tidak meledak di udara.

hasi investigasi knkt © 2018 brilio.net berbagai sumber

foto: Liputan6.com

Basarnas menemukan badan pesawat berupa puing-puingnya saja. Namun bukan berarti pesawat pecah berkeping-keping di udara. "Pesawat mengalami pecah ketika bersentuhan dengan air, ketika impact terhadap air, dan pesawat tidak pecah di udara," ungkap Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono dilansir brilio.net dari Liputan6.com, Senin (5/11).

Soerjanto menyebut, jika pesawat pecah di udara, sebaran serpihannya lebih luas. "Kalau meledak sebelum jatuh ke air, serpihan pecahannya luas. Jadi, pesawat ini jatuh saat bersentuhan dengan air."

2. Mesin pesawat tidak mati.

hasi investigasi knkt © 2018 brilio.net berbagai sumber

foto: Liputan6.com

Pesawat jatuh tidak dalam keadaan mesin mati. "Mesin dalam keadaan hidup dengan putaran yang cukup tinggi saat menyentuh air," ujar Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono.

3. Kecepatan tinggi.

hasi investigasi knkt © 2018 brilio.net berbagai sumber

foto: Twitter/@KNKT_RI

Pesawat jatuh dalam keadaan mesin yang masih hidup. Selain itu, pesawat jatuh dengan kecepatan yang tinggi. "Temuan bagian mesin menunjukkan kedua mesin dalam keadaan hidup dengan RPM tinggi. Mesin berputar tinggi saat menyentuh air," kata Kepala KNKT Soerjanto.

4. Percakapan pilot telah berhasil ditemukan.

hasi investigasi knkt © 2018 brilio.net berbagai sumber

foto: Twitter/@KNKT_RI

KNKT telah mendapatkan data mengenai percakapan terakhir pilot. Namun percakapan tersebut tidak diumumkan di depan publik.

 

5. Pergerakan pesawat telah teridentifikasi.

hasi investigasi knkt © 2018 brilio.net berbagai sumber

foto: Twitter/@KNKT_RI

KNKT berhasil mengidentifikas FDR. Didapatkan data penerbangan yakni ada 69 jam terdiri dari 19 penerbangan, termasuk yang mengalami kecelakaan. KNKT juga mendapatkan data arah penerbangan Lion Air JT 610. "Kemudian take off belok kiri, kemudian terus mengarah ke tenggara. Dan akhir penerbangan tercatat di FDR adalah seperti di gambar. Rekaman FDR berakhir pada pukul 23.31 tanggal 28 Oktober UTC Time atau Waktu Indonesia Barat 29 Oktober pada pukul 6.31 detik 54," ujar Kepala Sub Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT Kapten Nurcahyo Utomo dilansir dari Liputan6.com, Senin (5/11).