Brilio.net - Usai bencana tsunami di Banten dan Lampung, status Gunung Anak Krakatau memasuki babak baru. Terhitung sejak tanggal 27 Desember 2018, status Gunung Anak Krakatau naik dari level II (Waspada) menjadi level III (Siaga). Peningkatan status tersebut merupakan hasil pengamatan dan analisis data visual instrumental pada Gunung Anak Krakatau.

Status Gunung Anak Krakatau yang naik menjadi Siaga menjadi perhatian tersendiri bagi masayarakat sekitar. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menetapkan jarak atau zona bahaya mencakup radius lima kilometer dari kawah.

Seperti yang sudah diketahui, Gunung Anak Krakatau muncul setelah induknya, Gunung Krakatau yang meletus pada tahun 1883. Meletusnya Gunung Krakatau dianggap sebagai bencana terdahsyat sepanjang sejarah. Gunung Krakatau merupakan gabungan tiga Gunung Purba, yakni Gunung Rakata, Gunung Danan, dan Gunung Perbuwatan.

Gunung Anak Krakatau sendiri tumbuh cukup signifikan. Jika diibaratkan sebagai anak, Gunung Anak Krakatau adalah anak bongsor yang hiperaktif. Tubuhnya bertambah tinggi dengan cepat. Selama 75 tahun tepatnya dari tahun 1930-2005, tinggi Gunung Anak Krakatau dari permukaan laut mencapai 315 meter atau bertambah tinggi sekitar empat meter per tahun.

Tak hanya tumbuh menjulang, volume tubuhnya juga semakin membesar. Pada 1981, volume tubuhnya mencapai 2,35 kilometer kubik. Tahun 1983 menjadi 2,87 kilometer kubik, dan tahun 1990 mencapai 3,25 kilometer kubik, selanjutnya tahun 2000 mencapai 5,52 kilometer kubik.

Pertumbuhan yang pesat membuat Gunung Anak Krakatau terbilang aktif meletus, yakni bisa 1-6 kali dalam setahun. Dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Sabtu (29/12) berikut daftar erupsi Gunung Anak Krakatau.

1. Tahun 1927

G. Anak Krakatau istimewa

foto: earthobservatory.sg


Pada Desember 1927 tercatat terjadinya letusan bawah laut. Letusan tersebut menyemburkan air laut ke pusat kompleks Gunung Krakatau. Semburan tersebut menyerupai air mancur yang terjadi terus menerus hingga 15 Januari 1929.

Setelah itu, para ahli mencatat bahwa pada area semburan berubah menjadi buah kecil pada 20 Januari 1929. Pulau kecil tersebut kemudian dikenal dengan nama Gunung Anak Krakatau.

2. Tahun 1992-2001

G. Anak Krakatau istimewa

foto: link.springer.com


Aktivitas letusan Gunung Anak Krakatau sejak 1992-2001 terjadi hampir setiap hari. Dalam jangka waktu 9 tahun, Gunung Anak Krakatau bertambah tinggi lebih dari 100 meter dan penambahan areanya seluas 378.527 meter persegi.

3. Tahun 2012-2013

G. Anak Krakatau istimewa

foto: volcanoes.de


Selama rentang waktu setahun, Gunung Anak Krakatau terus mengalami erupsi. Bahkan terjadi beberapa kali letusan selama tahun 2012-2013. Namun pada 2 November 2012 terjadi letusan besar dengan kolom asap kelabu mencapai tinggi 1000 meter. Bukan hanya itu, letusan diikuti dengan letusan strombolian dan diakhiri dengan lelehan lava yang mengalir ke arah tenggara dan barat daya.

4. Tahun 2016-2017

G. Anak Krakatau istimewa

foto: yahoo.com


Pada tahun 2016 silam, Gunung Anak Krakatau kembali meletus. Tepatnya pada 20 Juli 2016. Memasuki tahun 2017, tepatnya pada 19 Februari 2017 letusan terakhir terjadi, yakni berupa letusan strombolian.

5. Tahun 2018

G. Anak Krakatau istimewa

foto: liputan6.com


Pada tanggal 15-21 Desember 2018 terjadi bebera kali gempa, di antaranya:

-  Sebanyak 604 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 45-58 mm dan durasi gempa mulai dari 22 detik hingga 558 detik.
-  Sebanyak 247 kali gempa embusan dengan amplitudo 7-47 mm dan lama gempa 23-139 detik.
- Sebanyak 44 kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 5-30 mm dan lama gempa 5-16 detik.
- Tercatat 19 kali gempa vulkanik Dalam dengan amplitudo 35-58 mm, S-P 1-2 detik dan lama gempa 12-25 detik.
- Jumlah gempa harmonik tercatat 66 kali dengan amplitudo 17-58 mm dan lama gempa 13-703 detik. Tremor menerus dengan amplitudo 2-58 mm.
 
Pada 22 Desember dampak dari Gunung Anak Krakatau dapat langsung dirasakan, terlihat letusan dengan tinggi asap berkisar 300-1500 meter di atas puncak kawah. Kemdian adanya tsunami. Pascakejadian tsunami tersebut kini Anak Krakatau semakin mengkhawatirkan dan membuat resah warga setempat.
 
Pada 26 Desember dilaporkan bahwa terjadi hujan abu vulkanik di beberapa wilayah, yakni Cilegon, Anyer dan Serang. Kewaspadaan terus ditingkatkan hingga saat ini.