Brilio.net - Jakarta kembali digegerkan dengan kasus pembunuhan anak yang dilakukan oleh remaja putri berinisial NF. Kejadian ini sendiri terjadi di Dalam Karang Anyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat pada Kamis (5/3) kemarin saat sore hari. Polisi sendiri masih mendalami kasus ini sampai sekarang.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan bahwa NF diduga mempunyai hasrat membunuh orang sebelum melakukan perbuatan tersebut.

"Timbul rasanya ingin membunuh dan pada saat melihat korban, korban dipanggil untuk diambilkan mainan di bak mandi," kata Yusri di Mapolres Jakarta Pusat, Sabtu (7/3).

Saat di bak mandi tersebut, korban menurut perintah NF untuk melepas celananya untuk bermain air. Pada saat itulah, korban ditenggelamkan.

"Pada saat di bak, ditenggelamkan sampai lima menitan," ungkap Yusri.

NF sempat menyumpat mulut korban agar tidak berteriak. Karenanya, mulut korban sempat mengalami pendarahan. Setelah itu, korban diangkat, dimasukkan ke dalam ember dan ditutup dengan seprai.

Jasad korban tersebut kemudian disimpan dalam lemari. Pelaku kemudian beraktivitas seperti biasa dan pergi ke sekolah. NF kemudian mendatangi Kantor Polsek Metro Tamansari, Jakarta Barat untuk mengakui kesalahannya pada Jumat (6/3) pagi.

"Dari Polsek dan Polres mengecek ke TKP ternyata memang betul ada seorang mayat anak perempuan 6 tahun terikat dan mulut disumpal dengan tisu," jelasnya.

Kondisi psikis korban sekarang menjadi perhatian polisi. Kini remaja berusia 15 tahun itu ditempatkan sementara di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), Cinere, Depok, Jawa Barat.

Seperti apa fakta tentang remaja putri tersebut? Dirangkum brilio.net dari berbagai sumber, Minggu (8/3), berikut 5 fakta miri remaja pelaku pembunuhan anak


1. Merasa puas setelah membunuh.

5 Fakta remaja pelaku pembunuhan anak istimewa

Ilustrasi: frontpagemag.com



Dilansir brilio.net dari Liputan6, saat diperiksa polisi NF bisa bercerita seperti biasa. Dia juga terlihat tenang dan tak ada tekanan. Kepada polisi, NF menceritakan bahwa dia memiliki hasrat tinggi untuk membunuh seseorang.

"Pelaku saat ditanya menyesal atau tidak, dia jawab merasa puas," kata Yusri di Mapolres Jakarta Pusat, Sabtu (7/3).


2. Terinspirasi dari film horor.

5 Fakta remaja pelaku pembunuhan anak istimewa

foto: Imdb.com



NF terinspirasi dari film horor untuk menjalankan aksinya. Film horor tersebut adalam Chucky dan Slender Man. Dua film horor tersebut memang bertemakan pembunuhan yang sadis.

Chucky adalah karakter fiksi berupa arwah pembunuh sadis yang bisa merasuki boneka dan melakukan aksi kejahatannya dari satu korban ke korban lainnya. Sedangkan Slender Man adalah tokoh horor tanpa wajah yang populer dengan sosoknya yang memakai jas dan dasi merah.

"Dia menyukai Slender Man sampai dibuatkan gambarnya," tambah Yusri.


3. Pernah membunuh peliharaan sendiri.

5 Fakta remaja pelaku pembunuhan anak istimewa

Ilustrasi: Pixabay/@Doris Metternich



Ternyata ini bukan pengalaman pertamanya membunuh. Kucing peliharaan NF pernah menjadi korbannya. Yusri mengatakan, di balik peringainya yang pendiam NF tak segan untuk membunuh binatang.

"Kucing kesayangan dia tapi bisa dia buang dari lantai atas," ungkap Yusri.


4. Membuat kuisioner yang aneh.

5 Fakta remaja pelaku pembunuhan anak istimewa

foto: Liputan6.com



NF ternyata pernah membuat sebuah tulisan berbentuk kuisioner yang menjadi perhatian polisi. Tulisan tersebut berjudul "Mau Siksa Baby? Dengan senang hati (atau) Gak Tega". Belum diketahui kepada siapa tulisan tersebut ditujukan.

"Dia nulis kayak tes psikologi," jelas Yusri.


5. Ada buku catatan tentang aktivitas seksual.

5 Fakta remaja pelaku pembunuhan anak istimewa

foto: Liputan6.com



Polisi juga turut menyita buku catatan milik NF. Yang bikin heran, buku catatan tersebut berisi aktivitas seksual 'bondage' dan pernyataan niat membunuh.

"Catatan dan gambar menunjukkan bahwa pelaku sudah memiliki imajinasi sebelumnya, sehingga patut diduga bahwa yang bersangkutan memiliki obsesi terhadap aktivitas membunuh dan merencanakan pembunuhan itu," ujar Psikolog Kasandra Putranto.