Brilio.net - Setelah KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam dan 53 kru di dalamnya dinyatakan gugur, kini mulai banyak bermunculan berita atau spekulasi penyebab musibah yang menimpa kapal selam buatan Jerman tersebut.

Salah satu kabar yang paling kencang adalah KRI Nanggala-402 diduga tenggelam karena ditembak kapal selam asing. Kabar ini berembus setelah ada informasi bahwa ada kapal selam asing berlayar di wilayah perairan Laut Jawa.

Namun kabar itu dibantah oleh pihak TNI AL, bahkan dianggap dugaan yang terlalu berlebihan.

"Serangan asing ini saya rasa berlebihan. Kemudian ditembak itu berlebihan," kata Asisten Perencanaan dan Anggaran Kepala Staf Angkatan Laut (Asrena KSAL), Laksamana Muda TNI Muhammad Ali, seperti brilio.net kutip dari liputan6.com, Rabu (28/4).

Untuk menepis segala kabar tidak pasti tentang tenggelamnya KRI Nanggala-402, akhirnya pihak TNI AL melakukan klarifikasi. Dilansir dari liputan6.com, berikut klarifikasi TNI AL terkait tenggelamnya KRI Nanggala-402.

1. TNI AL bantah kabar yang menyebutkan KRI Nanggala-402 tenggelam karena kelebihan muatan.

Laksamana Muda TNI Muhammad Ali membantah terkait dugaan KRI Nanggala-402 yang kelebihan muatan hingga akhirnya tenggelam. Menurut dia, semua awak yang masuk sebanyak 53 prajurit sudah sesuai dengan standar operasional.

"Pernyataan yang disebut oleh pengamat itu sama sekali tidak benar, tidak mendasar," tegas Ali, seperti dikutip dari liputan6.com.

Ali menilai, pengamat membuat pernyataan tanpa bukti dan tanpa pengalaman, sehingga dipertanyakan keabsahan informasinya. Ali juga menjelaskan secara tegas, berbagai operasi kapal selam telah dilakukan olehnya dan TNI AL dengan jumlah personel yang hampir sama dengan KRI Nanggala-402 dan tidak terjadi masalah.

"Pengamat belum pernah mengawaki kapal selam, berbagai operasi kita lakukan itu kita biasanya bawa 50 personel, 50 personel bahkan kalau penyusupan kita bawahi plus satu regu paskus, jadi satu regu itu sekitar 7 orang jadi sekitar 57 orang, tidak ada masalah," jelas Ali.

Diketahui, saat kejadian tenggelamnya, KRI Nanggala-402 membawa total 53 orang. Sementara itu, jumlah torpedo yang diangkut hanya tiga unit dari total delapan slot tersedia. Dari data ini, sudah dipastikan bahwa KRI Nanggala-402 tenggelam bukan karena kelebihan muatan.

"Saat kejadian hanya bawa tiga buah torpedo, padahal Nanggala-402 ini didesain bawa delapan torpedo. Jadi pernyataan yang disampaikan bahwa kapal selam ini kelebihan muatan itu sama sekali tak ada dasarnya sama sekali," Ali memungkasi.

2. Pihak TNI AL bantah terkait kabar adanya serangan dari kapal asing.

klarifikasi TNI AL terkait KRI Nanggala 402 Berbagai sumber

foto: Liputan6.com

Ali juga membantah secara tegas terkait beredarnya kabar tentang serangan kapal asing yang melumpuhkan kapal selam KRI Nanggala-402.

"Serangan asing ini saya rasa berlebihan, kemudian ditembak itu berlebihan," kata Ali.

Ali menuturkan, kalau memang ada kapal selam yang menyerang KRI Nanggala-402, maka sebelum penyerangan itu terjadi, keberadaan kapal selam itu akan terdeteksi oleh kapal yang berada di atas laut.

"Itu ada banyak kapal atas air. Itu punya sonar kalau ada ledakan pasti terdengar, bahkan oleh telinga, mata itu akan terlihat air naik ke atas. Tapi itu tidak ada ledakan," tegas Ali.

3. KRI Nanggala-402 tenggelam karena faktor alam.

TNI AL melalui Asrena KSAL Laksamana Muda Muhammad Ali menerangkan, bagaimana faktor alam bisa menjadi dugaan penyebab tenggelamnya KRI Nanggala-402.

Menurut dia, faktor alam di bawah atau di atas air, prinsipnya adalah sama.

"Saat kapal selam menyelam, mungkin yang paling berpengaruh adalah faktor arus bawah laut," kata Ali saat konferensi pers di Mabes TNI AL di Jakarta Timur, Selasa (27/4).

Namun, menurut dia, faktor alam bawah air ini berhubungan dengan kondisi arus laut yang berbeda-beda di tiap kedalamannya. Semakin dalam, maka semakin kuat tekanan yang air berikan. 

"Guna mempersiapkan itu, para awak kapal turut dibekali buku panduan untuk memahami kondisi perairan yang akan dilayari, baik dari faktor oceanografi maupun hidrografinya," jelas Ali.

Ali mengamini, faktor alam bawah laut memiliki tekanan kuat dan mampu menarik secara vertikal yaitu internal solitary wave. Berdasarkan kepakaran ahli oceanografi, bahwa ada arus laut yang sangat kuat dari bawah itu yang tidak umum.