Brilio.net - Dokter adalah profesi yang banyak didambakan hampir semua orang. Waktu kecil pasti kamu salah satu orang yang punya cita-cita sebagai dokter kan? Pekerjaan sebagai dokter nggak hanya soal menyembuhkan orang sakit, keahlian mereka juga dibutuhkan untuk mengenali para korban pembunuhan, kecelakaan dan bunuh diri yang meregang nyawa karena akibat yang belum jelas dengan cara melakukan autopsi.

Nah, khusus keahlian yang satu ini biasanya dimiliki oleh dokter ahli forensik. Kamu bisa bayangin dong gimana mereka setiap hari harus berhadapan dengan mayat?

Baru-baru ini, seorang dokter  bernama dr. Gia Pratama membagikan pengalaman seram yang dialami saat menjalani koas di RSUD Serang, Banten. Cerita yang dibagikan Dokter Gia ini pun langsung menjadi viral. Kamu penasara? Yuk langsung simak cerita dr. Gia seperti dikutip brilio.net dari akun Twitter @GiaPratamaMD, Jumat (19/1). Bikin merinding sejadi-jadinya nih.

"Hari itu ada Otopsi, korban pembunuhan dan perampokan. saya akan menemani dokter konsulen yg beberapa hari sblmnya saya ga ikut bimbingannya, saya excited bgt, sesemangat hujan turun dengan derasnya saat itu. ini pertama klinya saya akan ikut Otopsi.

Saya masuk ke ruang Otopsi, "eh gia, ayo masuk2 sini" sapanya dgn nada ceria yg selalu semangat. Beliau sudah siap dengan perlengkapannya, sepatu boot, handscoon kuning terang dan apron, tdk ketinggalan kacamata otopsi yg mirip kcmt renang ukuran besar."

Saya mngikuti bliau memakai smua, smp saya mau pke msker, "eh gia, ga blh pake itu! km hrs merasakan saripati wangi dari jenazah ini, nervus Olfactoriusmu senjata yg berharga,jgn kau tumpulkan".Saya taro lagi itu masker,Padahal alat ini yg paling saya incer dari sejak masuk tadi.

Blm saya siap,tiba2 beliau mengeluarkan Gergaji,tepat pas saya balik badan,"Huaaa, ampun dok!!".Saya terloncat smbil angkat tgn. Beliau mengerutkan dahi, "Kamu kenapa gi?". "Kaget aku dok!", "ini bkn buat gergaji km kok" sambil beliau mesem2 senyum2 tdk berdosa."Ayo kita mulai."

"Gia,Hati km, mindset km harus benar sblm otopsi, kamu lakukan ini bukan untuk menyiksa, bukan untuk merusak tubuhnya, tapi untuk membantu dia dan keluarganya, krna dia sudah tidak bisa membela dirinya sendiri". Lalu beliau mulai menyayat kulit dadanya.

"Tujuan utama otopsi itu untuk menetapkan sebab kematian, dan sebab kematian itu hanya 1, sayangnya ga tertulis di dahinya". Beliau menjelaskan sambil menggergaji tulang iga jenazah. Dilanjut mengambil Jantung dan Paru2 keluar dari rongga dada.

Beliau luar biasa. She doing it effortless and perfectly. Slicing and then open up the trunk, cutting up liver and take it out, cutting up kidney and take it out. "Gia, jgn bengong! ayo itu ditimbang".Sambil nunjuk Organ2 tubuh itu di atas meja."Abis itu bantu saya buka lambung"

Kita membuka lambung,dan mngambil isi lambung dgn alat spt sendok Sop, ktka dikeluarkan,kyk ada sebilah pisau menusuk hidung saya,setajam itu baunya,lbh dari bau busuk,reflek muntah saya tercetus dan hanya karena istigfarlah saya berhasil menahan isi lambung saya ga ikut keluar.

Beliau hnya senyum"biasa ini, bagus kamu ga muntah".Beda emg,Amatir sama Pro."Km sering nonton CSI gi?","suka dok,yg New York"."Film2 emg bener2 oversimplifikasi,ga mgkn kasus2 slesai scepat itu"smbil sdkt menggerutu."Mana bisa periksa cairan tubuh atau jaringan, sehari selesai".

Lalu beliau menunjuk satu titik di dlm jenazah,"Gi,liat aorta abdominalis di bwh difragma". Saya mendekatkan wajah saya ke bawah. Saya terperangah,"Robek dok, hampir putus". "Sesuai dengan pemeriksaan luar,luka tusuk oleh benda tajam,kita menemukan kemungkinan sebab kematiannya".

Otopsi berlanjut sampe kita memasukkan kembali organ2 ke dlm tubuhnya, lalu kita jahit kembali kulitnya. Tiba2 beliau nanya "Kamu percaya hantu Gi?" saya kaget, saya jawab sekenanya, "Sama sekali engga dok,seumur hidup belum pernah saya liat". Beliau senyum lagi.

Esok sorenya, kita semua kumpul di ruang forensik, ada yg lagi baca buku forensik, ada yg lg ngeliatin hp, saya sendiri lagi baca Infernonya Dan brown, pikiran saya hanyut menyelami lautan huruf dan kalimat di buku itu. Tiba2 teman saya menyikut saya.

"Gi, gi. Ada yg manggil2 lo tu. " smbl nunjuk ke kebun belakang ruang forensik,saya dgn malas menoleh, saya liat seorang bapak sedang senyum menyatukan kedua telapak tgnnya di dpn dadanya dgn sedikit membungkuk,gerakan bibirnya terbaca,"terima kasih" lalu pergi kebelakang pohon.

Nafas saya tercekat, bulu kuduk saya meremang, bibir saya gemetaran, tangan saya mendadak dingin, tubuh saya merinding kaku..

Itu bapak yg kemaren saya otopsi.

Saya tdk sedang berhalusinasi krna bkn cuma saya sendiri yang melihatnya,tapi saya ga mau buat kegaduhan, ketidaknyamanan dlm group saat itu. Stlh beberapa menit terpaku,and still got shiver down the spine.Tmn saya nyikut lagi, "Siapa gi?", saya jwb setenang mungkin, "Kenalan.. ".

“Alladziina yu’minuuna bil ghaib” Saya merenungi ayat ke-3 surat ke 2 (Albaqarah:03) tentang karakter pertama yang disandang oleh orang2 bertaqwa. percaya dan yakin pada yang ghaib (yang tak terdeteksi oleh panca indera).

Bukan kebetulan kalau karakter ini disebut pertama kali oleh Allah, sebelum karakter yang lain pada ayat sesudahnya yaitu mendirikan sholat, meng-infaq-kan sebagian rezekinya dan terakhir beriman pada kitab-kitab Allah SWT.

Karena yang Ghaib itu memang ada, hanya panca indera kita saja yang terlalu lemah spektrumnya. Indera penciuman, bahkan kalah oleh Anjing, indera pendengaran kalah oleh byk jenis mamalia lain.

Indera penglihatan kita terlalu sempit spektrumnya. Sangat sempit, memanjang atau memendek sedikit aja gelombang cahaya tersebut, seketika kita tdk bisa melihatnya.

Tidak terlihat, tidak terdengar, tidak tercium, tidak teraba dan tidak terasa bukan berarti tidak ada. Begitu pula keberadaan Allah dan cahaya ilahiNya.

Saat itu betul saya ketakutan luar biasa, tapi setelah itu, saya hanya masukkan ke memory saja tdk saya ungkapkan ke siapapun bahkan ke tmn2 saya saat itu, sampe dengan saat ini, saya baru sharing ke temen2.

Kejadian itu malah membuat saya skrg jauh lebih berani, bahwa hal2 ghaib yg kadang muncul tiba2 itu bukan utk menakutkan mencelakakan atau merusak. Kadang untuk menguatkan Iman.

Selamat jalan pak, semoga bapak tenang di alam sana, mungkin suatu saat kita akan ketemu lagi." Tulis Dokter Gia yang memang kerap membagikan pengalamannya sebagai dokter forensik di akun Twitternya," pungkasnya di akhir cerita.

Bagaimana menurutmu? Ngeri atau ada inspirasi di kisahnya?