Brilio.net - Ada ungkapan khusus dari sebagian anak-anak band di Indonesia, kalau 'ngeband itu sesungguhnya seperti orang berpacaran'. Komunikasi dan saling pengertian harus selalu dijaga agar tetap bisa terus bersama. Apalagi dalam sebuah grup band, tak cukup hanya dua orang seperti layaknya orang pacaran, namun bisa saja berisi tiga, empat, lima orang yang harus berkompromi ketika bekerja dan berkarya bareng.

Sedikit banyak situasi itu sudah tentu pernah dialami oleh Jikustik. Band asli Jogja yang sudah patut dibilang grup musik legendaris ini pernah ditinggal dua personel pentingnya, yakni Pongki Barata (vokal, gitar) dan Aji Mirza Hakim alias Icha (bass, vokal) dengan menyisakan tiga personelnya; Adhitya Bagaskara (keyboard), Dadi (gitaris), serta Carlo (drummer).

Namun baru-baru ini, band yang berdiri sejak 1996 itu memberi kabar baik. Jikustik akan menggelar konser reuni dengan kelima formasi klasiknya itu. Konser bertajuk 'Jikustik Reunian' itu diiniasi oleh Rajawali Indonesia pada Jumat 29 Maret 2019 di Grand Pacific Hall Yogyakarta. Hampir sudah menjadi rahasia umum jika keluarnya Pongki dan Icha dulunya disebabkan karena adanya ketidakcocokan lagi dengan Dadi-Adhit-Carlo. Hubungan mereka sempat merenggang karena adanya konflik dan tak pernah lagi berkomunikasi satu sama lain.

Dalam konferensi persnya, Pongki Barata selaku mantan vokalis bercerita panjang lebar mengenai hubungannya yang dulu pernah retak dengan Jikustik. Menurut dia, selama 10 tahun berpisah dengan Jikustik, dia sudah banyak ditawari banyak promotor atau event organizer (EO) untuk mau melakukan konser reuni. Namun menurutnya tak pernah ada konsep sebagus Rajawali Indonesia yang membawa konsep rekonsiliasi (memulihkan hubungan persahabatan ke dalam keadaan semula).

"Kenapa saya mau? Ketika dibilang yang ingin ditunjukkan adalah konsep rekonsiliasi. Karena memang kita statusnya nggak pernah ngobrol selama 10 tahun. Rekonsiliasi ini konsep yang menarik buat saya," kata Pongki saat ditemui brilio.net pada konferensi pers konser 'Jikustik Reunian' di Parsley Bakery, Cake Shop & Resto Yogyakarta, Kamis (28/3).

Konferensi Pers Jikustik Reunian © 2019 brilio.net
foto: konferensi pers konser jikustik reunian/hendy winartha @fndkbl - 2019

 

Menurut Pongki, dalam konser reunian ini adalah posisi tersulit bagi dirinya. Sebab dia harus memberanikan diri mengumpulkan anak-anak Jikustik lainnya ke dalam satu grup WhatsApp. Pongki pun tentu merasa canggung, karena memang sejak dia memutuskan keluar dari Jikustik 2008 lalu, dia bisa dibilang hampir tak pernah berkomunikasi lagi dengan personel Jikustik lainnya, terutama Dadi-Adhit-Carlo. Terkecuali dengan Icha yang dulu juga ikut menyusulnya hengkang. Selama 10 tahunan ini, Pongki mengaku masih kerap bertegur sapa dengan Icha meski hanya via WhatsApp atau telepon.

"Saya harus memberanikan diri membuat grup WhatsApp untuk berkomunikasi lagi sama mereka. Itu lebih susah. Karena buat saya ini break through, karena dulu saya yang meninggalkan Jikustik saat itu. Harus ngumpul lagi, ngobrol banyak lagi, dan tentu saja latihan untuk konser reunian," ujarnya.

-

Beda pendapat soal formasi klasik Jikustik

Dalam gelaran konser reunian tersebut, tentu timbul banyak pertanyaan dari masyarakat terutama para penggemar (Jikustikan), "Apakah yang akan dilakukan Pongki dan Icha usai konser reunian ini selesai? Teruntuk Pongki dan Icha, apakah mau jika ditawari kembali lagi ke Jikustik?"

Pertanyaan krusial itu pun dijawab bergiliran oleh para personel Jikustik. Hampir semuanya menjawab senada, namun berbeda dengan Pongki yang mendapat kesempatan terakhir untuk menjawab pertanyaan.

Dari jawaban pertama yang diambil alih oleh Carlo, dia mengatakan bahwa sebenarnya kelima personel Jikustik ini memang sudah pernah membahas kemungkinan untuk berkarya bareng lagi. Namun menurutnya, khusus dalam momen ini, Carlo dan keempat rekannya itu sepakat untuk tidak dulu membahas hal tersebut.

"Kalau awal kita meeting dulu, memang sempat ada wacana seperti itu (berkarya bareng lagi). Tapi kita belum tahu akan bagaimana, karena kita konsentrasinya lebih untuk menyelesaikan konser reunian di Jogja ini dulu, sambil kita menata hati, perasaan, karena akan bermain bersama kembali," kata Carlo.

Sedangkan dari pandangan Dadi sekaligus Adhit, wacana tentang kembalinya Jikustik dengan formasi klasik ini bisa saja terjadi ke depannya. Keduanya sepakat, segala kemungkinan bisa terjadi. Meski itu bukan fokus utama mereka untuk saat ini.

"Itu akan mungkin terjadi, tapi masing-masing dari kami sepakat untuk menolak untuk merencanakan, akan kapan lalu bagaimana itu nggak kami pikirkan," kata Dadi.

"Yang paling penting gimana caranya kami ini fokus ke pementasan ini dulu aja, nggak mikir jauh-jauh dulu," timpal Adhit.

Konferensi Pers Jikustik Reunian © 2019 brilio.net
foto: konferensi pers konser jikustik reunian/hendy winartha @fndkbl - 2019

 

Lain halnya menurut Icha. Menurut dia akan berat jika Jikustik terkesan 'dipaksa' lagi untuk membawanya masuk bersama Pongki kembali. Sebab menurut pandangannya, visi dan misi mereka hari ini sudah sangat berbeda dengan mereka 10 tahunan lalu.

"Mungkin aja kita bisa bikin single atau malah album, tapi yang paling utama dari itu semua adalah waktu kita kan susah banget nih. Semua sudah fokus dengan kerjaan masing-masing. Jadi pertimbangannya pasti akan berat. Habis bikin single terus biasanya promo radio dll, tapi ternyata Pongki nggak bisa, saya juga nggak bisa, kan nggak lucu. Tapi semua masih bisa untuk dibicarakan," kata Icha.

Konferensi Pers Jikustik Reunian © 2019 brilio.net
foto: Instagram/@icha_mirzahakim

 

Pongki yang mendapat giliran terakhir untuk menjawab ternyata mengeluarkan pernyataan yang cukup mengejutkan. Jawaban Pongki yang sudah ditunggu-tunggu oleh awak media ini hampir serupa dengan Icha, namun dia lebih mengungkapkannya dengan tegas tanpa tedeng aling-aling.

"Kalau saya sih nggak mau. Menurut saya, selama ini ada dua keputusan terbaik dalam hidup saya. Keputusan pertama adalah saat saya masuk Jikustik, itu mengubah hidup saya sampai sekarang. Lalu keputusan terbaik saya yang kedua adalah ketika saya memutuskan untuk keluar dari Jikustik, karena itu juga jelas mengubah hidup saya juga, dan saya menyukai jalan itu, sebagai rute saya yang baru," kata Pongki.

Menurut Pongki, bahkan sebelum konser reunian Jikustik terealisasi, dia sudah punya banyak rencana baru untuk kehidupannya di masa mendatang. Pongki tak ingin mengorbankan apa yang sudah ia bangun dari awal jadi berantakan hanya gara-gara harus kembali lagi kepada Jikustik dan memulainya lagi dari awal.

"Planning saya masih banyak sekali, sama The Dance Company, sama The Dangerous Band, dan membangun bisnis yang memberatkan saya harus selalu ada di situ. Jadi kalau saya boleh milih, kalau memang harus ada yang dikorbankan, misalkan saya ditawari sama Jikustik mungkin bisa dipastikan 98% saya akan bilang tidak, kalau ditawarkan. Tapi kan tidak ada penawaran? Jadi saya juga harus respect juga dong sama yang lain, jangan geer duluan. Emang ditawarin? Kan nggak," papar suami Sophie Novita ini.

Kendati demikian, Pongki mengaku sikapnya itu tak akan menghancurkan hubungan baiknya dengan rekan-rekan Jikustik lainnya. Sebab bagaimana pun juga, Pongki tetap merasa Jikustik adalah salah satu fase terbaik dalam hidupnya sampai saat ini.

"Tapi apakah itu menghentikan rekonsiliasi Jikustik? Mestinya nggak, karena momen saya sama Jikustik dari tahun 1996, lalu tahun 2000 mulai album pertama, sampai 2008 saya keluar, itulah yang saya hargai sekali. Di situlah reuni ini bisa terjadi. Saya diajak karena peran saya ada di situ. Jadi itu yang ingin saya nikmati. Jadi kalau setelah ini ada wacana single, lagu, berkarya bareng, saya nggak ada planning ke sana. Fokus saya pasti ke yang lain," tutup Pongki.