Brilio.net - Artis berbakat Dian Sastrowardoyo bakal memerankan sosok Raden Ajeng Kartini dalam film Kartini. Film Kartini tersebut rencananya akan memulai proses pengambilan gambar bulan Juli ini dan bakal tayang pada April 2017.

Film besutan Hanung Bramantyo ini nantinya bakal dibintangi juga oleh Adinia Wirasti, Reza Rahadian, Deddy Sutomo, Christine Hakim, Acha Septriasa, Ayushita Nugroho, Denny Sumargo, Djenar Maesa Ayu, Dwi Sasono, dan Nova Eliza.

Bicara soal Dian dan film ini, ternyata artis cantik berusia 34 tahun ini punya banyak banget uneg-uneg tentang Kartini. Banyak yang harus dilakukan oleh Dian untuk bisa membuat sempurna film ini.

Dian pun curhat dan membeberkan banyak hal soal film Kartini. Mau tahu apa saja? Simak deh, curhatan 'kekasih Rangga' ini, seperti dirangkum brilio.net dari berbagai sumber, Minggu (17/7):



1. Sampai mabuk Bahasa Belanda.

bts film kartini © 2016 brilio.net Segala persiapan harus dijalani Dian Sastrowardoyo untuk berperan sebagai Kartini dalam film biopik pahlawan yang selalu diperingati setiap 21 April itu. Dia harus menguasai adat istiadat Jawa seperti laku dodok dan harus bisa 'jago' Bahasa Belanda dalam waktu yang singkat.

"Ya Allah, 'mabuk' Bahasa Belanda. Lumayan, di film ini ada 64 'ayat' Bahasa Belanda," kata Dian dalam konferensi pers film Kartini di Jakarta, beberapa waktu lalu, seperti dikutip brilio.net dari Antara.

Selain mengasah kemampuan akting agar bisa berperan secara maksimal, aktris 34 tahun ini juga mengunjungi kediaman Kartini di masa lampau. Ia bertolak ke Jepara untuk melihat langsung kamar pingitan Kartini, juga ke rumah suami Kartini di Rembang yang masih tampak seperti sedia kala.

Di sana, Dian bisa mengamati tempat Kartini menjalani kehidupan, termasuk di mana ia melahirkan dan mengembuskan napas terakhir.


2. Mendadak malu sendiri karena serasa 'ditampar' oleh pemikiran Kartini.

bts film kartini © 2016 brilio.net

Untuk mendalami karakter Kartini yang dipercayakan padanya, Dian mengaku sudah banyak membaca literatur agar bisa memahami gagasan-gagasan di kepala pahlawan yang hari kelahirannya diperingati setiap tanggal 21 April tersebut.

"Saya mencoba membaca semua literatur yang bisa membuat saya mempelajari sosok Kartini. Saya membaca karya Pramoedya Ananta Toer berjudul Panggil Aku Kartini Saja. Dari karya tersebut, saya banyak belajar karena itu essay dan argumen serta interpretasi Pram melihat sosok Kartini. Saya lalu membaca serial buku Tempo; Gelap Terang Hidup Kartini. Itu sangat membantu saya karena ringkasan tersebut memuat fakta-fakta menarik, kliping riset yang menyeluruh dan disuguhkan dengan sangat pop," kata Dian saat syukuran film Kartini di Djakarta Theatre, kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Dilansir brilio.net dari kapanlagi.com, istri dari Indraguna Sutowo ini juga membaca booklet berisi sejumlah quote powerful dari mendiang Kartini. Bahkan, Dian mengaku terinspirasi dari salah satu petikan Kartini yang berhasil membuatnya merasa 'ditampar' karena sejalan dengan pemikirannya.

"Saya dalam proses belajar ini berkali-kali terinspirasi tulisan beliau. Kok dia bisa menulis kalimat powerful yang menginspirasi saya? Kok dia bisa mengargumentasikan ide-ide yang saya pernah pikirkan, dengan kata-kata yang sangat mengenai sasaran dan indah?" lanjutnya.

Begini isi petikan Kartini yang 'menampar' Dian tersebut:

'Dan, siapakah yang lebih banyak dapat berusaha memajukan kecerdasan budi itu?
Siapakah yang dapat membantu mempertinggi derajat budi manusia?
Ialah perempuan, Ibu.
Karena pada haribaan si Ibu itulah manusia itu mendapat didikannya yang mula-mulanya sekali.
Oleh karena di sanalah anak anak itu belajar merasa, berpikir, berkata.
Dan didikan yang pertama-tama sekali pastilah amat berpengaruh bagi penghidupan seseorang.'

Lantas, apa komentar Dian Sastro mengenai petikan tersebut?

"Yang saya tangkap adalah Kartini hidup di mana pribumi lagi bodoh-bodohnya dijajah bangsa Belanda, termasuk bangsawan yang dianggap tak memiliki budi karena memeras bangsa sendiri. Bangsa kita terpecah oleh kelas dan status sosial. Dan Kartini percaya yang bisa mengangkat bangsa adalah kaum perempuan karena itu kunci peradaban. Yang mengajari anak-anak itu Ibu," ujarnya.


3. Riset film Kartini serasa bikin skripsi!

bts film kartini © 2016 brilio.net Menumpuknya literatur mengenai kehidupan Raden Ajeng Kartini yang jadi bacaan wajib membuat Dian merasa sedang menyelesaikan tugas akhir di perguruan tinggi, alias mengerjakan skripsi. Beberapa judul buku lawas harus dilahap Dian demi mendalami karakter tersebut.

Mulai dari 'Panggil Aku Kartini Saja' karya Pramoedya Ananta Toer, 'Gelap-Terang Hidup Kartini' dari TEMPO, sampai kumpulan surat Kartini yang diterjemahkan Armijn Pane menjadi buku 'Habis Gelap Terbitlah Terang'.

"Baru baca setengah (buku Armijn Pane), semoga besok bisa selesai. Kayak lagi bikin skripsi," kata Dian dalam konferensi pers film Kartini di Jakarta beberapa waktu lalu, seperti dikutip brilio.net dari Antara.

Ibu dari dua anak ini masih berencana menambah daftar bacaannya, yaitu 'Kartini The Complete Writings' yang diterjemahkan pengajar Monash University, Joost Cote. Buku yang tidak terbit di Indonesia itu diperoleh dari aktivis Kartini di Rembang.

"Harus gerilya untuk mendapatkan sumber pustaka," ujarnya.

Menghidupkan sosok Kartini di layar lebar merupakan pekerjaan besar bagi Dian yang juga punya perhatian serupa mengenai kaum Hawa.

"Memalukan kalau saya tidak bisa perankan Kartini dengan baik," imbuh Dian yang menyebut Kartini sebagai sosok ternama di dunia feminisme dan emansipasi perempuan.


4. Karakter Kartini adalah 'jodoh' dan karakter terbaik yang diterima Dian Sastro.

bts film kartini © 2016 brilio.net Kesempatan yang diberikan oleh Hanung Bramantyo selaku sutradara diakui Dian sebagai jodoh. Sebab ia sudah lama ingin memberi sumbangsih terhadap emansipasi wanita. Dengan membintangi film ini, ia merasa ikut 'bersuara' lewat aktingnya.

"Dari lubuk hati yang paling dalam saya benar-benar bersyukur dapat kesempatan ini. Karena sebelum mendapatkan project ini, saya selalu merasa punya kepedulian besar terhadap peran perempuan dalam kemajuan sebuah bangsa. Alhamdulillah, kok ya jodoh," ungkapnya saat syukuran film KARTINI di Djakarta Theatre, kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Untuk itulah, jebolan ajang Gadis Sampul tersebut tak ingin menginterpretasikan sosok Kartini secara setengah-setengah. Karena Dian merasa namanya turut dipertaruhkan lewat film produksi Legacy Pictures dan Screenplay Film ini.

"Saya harus mempersiapkan diri menjadi Kartini. Akan menjadi sesuatu yang memalukan bila saya tidak memerankan karakter ini dengan baik. Akan sangat memalukan diri saya sebagai aktris bila tidak mempersiapkan peran ini dengan matang. Karena Kartini sosok yang sangat high profile dalam dunia feminisme dan emansipasi," ujarnya.

Film Kartini versi Hanung ini merupakan fitur ketiga yang mengangkat kisah perjuangan Kartini mendapatkan haknya sebagai wanita. Sebelum ini ada RA KARTINI (1983) besutan Sjumandaja dan SURAT CINTA UNTUK KARTINI (2015) karya Ashar Kinoy Lubis yang memasang nama Rania Putri dan Chicco Jericho sebagai bintang utama.


5. Diet ketat agar makin langsing lalu 'minta doa restu' ke makam Kartini.

bts film kartini © 2016 brilio.net

Guna memperdalam aktingnya, wanita kelahiran 34 tahun silam ini melakukan beberapa hal. Pertama-tama Dian menjalani diet atas permintaan sutradara yang ingin tubuhnya lebih langsing. Lalu ia juga rajin membaca buku-buku yang mengupas Kartini, salah satunya 'Panggil Aku Kartini Saja' karya Pramudya Ananta Toer.

Tak hanya itu, istri dari Indraguna Sutowo ini juga menyempatkan melakukan napak tilas ke tanah kelahiran sang pahlawan penggerak emansipasi. Berbagai kegiatan dilakukan dari nyekar ke makam almarhumah, mengunjungi rumah suami Kartini dan bertemu pemda setempat untuk silaturahmi.

"Saya sempat nyekar ke makam ibu Kartini di Rembang, kirim Al Fatihah buat dia. Lalu mampir ke rumah suaminya yang masih orisinil, tidak diubah, jadi saya masih bisa meresapi seperti apa dulu. Kamar mandinya masih belum berubah. Kasur tempat dia melahirkan dan meninggal, mengembuskan napas terakhir, masih ada," kata dia.

Melihat persiapan untuk mendalami Kartini tentu lebih dari cukup. Namun Dian rupanya masih memiliki ketakutan membawakan peran besar tersebut. Lantas, ia berusaha santai dengan menepis beban-beban yang menghampirinya.

"Saya deg degan luar biasa (menjadi Kartini), tapi terlalu konsentrasi pada ketakutan juga nggak bagus. Jadi saya mencoba menjalaninya sebaik mungkin," pungkasnya.