Brilio.net - Kendaraan listrik kini semakin menjadi perbincangan. Sejumlah negara di dunia bahkan sudah mulai menggunakan kendaraan listrik untuk moda trasnportasi. Nggak heran jika kini hampir semua produsen automotif menambahkan kendaraan listrik pada jajaran produk mereka. Sebab ada anggapan kendaraan listrik adalah masa depan.

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Saat ini wacana mengenai kendaraan listrik juga terus digaungkan di Tanah Air. Berbagai upaya pemanfaatan kendaraan berbasis listrik pun terus diupayakan. Salah satunya dilakukan PT Mobil Anak Bangsa (MAB), produsen bus listrik dalam negeri.

Bus produksi MAB pun digadang-gadang bakal menjadi kendaraan transportasi massal masa depan. Apalagi, belum lama ini MAB bekerjasama dengan Desten, produsen baterai dan teknologi pengisian super cepat dari Jerman.

MAB X Desten © 2021 brilio.net

Kini pengisian daya baterai bus MAB tak lagi membutuhkan waktu berjam-jam agar terisi penuh. Teknologi pengisian baterai supercepat ini memungkinkan mobil listrik dapat mengisi daya baterai dari 0% hingga 80% hanya dalam waktu 4 menit 40 detik. Jauh berbeda dengan pengisian baterai konvensional yang membutuhkan waktu berjam-jam untuk kapasitas yang sama. Dengan kapasitas penuh, jarak tempuh bus MAB bisa mencapai hingga 250 Km untuk kembali dilakukan pengisian ulang baterai.

Peluncuran teknologi pengisian baterai super cepat ini sekaligus untuk menjawab tantangan utama dalam penggunaan mobil listrik, yakni durasi pengisian dan daya tahan baterai.

“Pengisian daya selama lima menit merupakan daya tarik utama bagi mobil listrik saat ini. Memiliki mobil listrik berteknologi baterai ini, konsumen tidak perlu menghabiskan waktu lebih lama untuk mengisi baterai mobil di pusat pengisian,” ujar Siamak Kia, CEO Desten Group, saat penandatanganan kerjasama di Paddock Support Sirkuit Sentul, Bogor, belum lama ini.

MAB X Desten © 2021 brilio.net

Kemampuan pengisian cepat ini merupakan hasil inovasi material dan struktur sel, dengan formulasi kimia baru yang diproduksi lewat proses manufaktur khusus. “Sel ini dapat mencapai 3.000 siklus penggunaan yang terdepan di industri, serta total jarak tempuh lebih dari 1,5 juta kilometer,” ujar Thomas Gerhard Wilhelm Damitz selaku kepala program R&D Desten.

Sementara pendiri MAB Jenderal TNI (Purn) Moeldoko berharap lewat kerjasama ini, Desten dapat melakukan transfer teknologi untuk mendukung upaya pemerintah membangun green economy berkelanjutan.

“Kita punya potensi besar, jangan mau hanya jadi tukang jahit. Desten harus mentransfer teknologinya, bukan sekedar bangun pabrik,” ujar Moeldoko seraya menyebut transfer teknologi menjadi kunci keberlanjutan industri mobil listrik ke depan.