Brilio.net - Karya fiksi yang menjadikan binatang sebagai tokoh utama biasa disebut sebagai karya fabel. Karya fabel ini dijadikan salah satu cara oleh para penulis untuk menyampaikan ide-idenya. Ada yang bersifat politik, ada pula yang menggambarkan kondisi manusia di sekitar penulis.

Salah satu binatang yang kerap dijadikan tokoh cerita adalah kucing. Kucing seringkali dianggap hewan peliharaan yang baik hati dan patuh kepada tuannya. Namun, ada juga kisah kucing yang penuh dengan rasa sinis saat banyak manusia melakukan onar dan menimbulkan kerusakan.

Dalam cerita, kucing-kucing hadir dengan beragam jiwa dan karakter layaknya manusia. Ia tampil dengan begitu adanya dan tanpa harus menjadi seperti makhluk lain.

Ada kucing yang membantu burung camar tumbuh besar setelah induknya meninggal. Ada juga kucing yang menjadi sahabat manusia yang sedang menyembuhkan kankernya. Serta ada juga kucing yang menjadi tokoh dalam sejarah dunia.

Oleh karena itu, karya fiksi semacam ini menjadi bacaan yang cocok untuk pencinta kucing atau cat lover. Dirangkum brilio.net dari berbagai sumber Rabu (11/8), berikut 5 karya fiksi yang menjadikan kucing sebagai tokoh utama.

1. Gerombolan dan Kucing Bandel.

5 Karya fiksi jadikan kucing tokoh utama, cocok buat dibaca cat lover berbagai sumber

foto: Instagram/@penerbit_pocer

Gerombolan dan Kucing Bandel merupakan antologi cerita yang ditulis oleh sembilan orang penulis dunia. Dalam antologi ini, tampil bermacam-macam perawakan kucing. Ada yang baik hati, manis, punya sikap yang tegas, hingga kisah kucing yang suka membuat onar. Buku ini diterjemahkan oleh Endah Raharjo dan akan segera rilis di Penerbit Pocer, Yogyakarta.

2. Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang.

5 Karya fiksi jadikan kucing tokoh utama, cocok buat dibaca cat lover berbagai sumber

foto: marjinkiri.com

Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang merupakan karya yang ditulis oleh Luis Sepúlveda pada 1996 dan hadir dalam bahasa Indonesia pada 2020 oleh penerbit Marjin Kiri. Novel yang diterjemahkan oleh Ronny Agustinus ini mengisahkan perjuangan sekelompok kucing untuk menolong anak burung camar yang telah ditinggal mati induknya.

Novel ini hadir dengan percakapan sederhana dan penuh rasa haru. Sekelompok kucing tetap mengajari anak burung camar tersebut untuk tetap menjadi burung camar yang kelak akan terbang di udara.

3. Jika Kucing Lenyap Dari Dunia.

5 Karya fiksi jadikan kucing tokoh utama, cocok buat dibaca cat lover berbagai sumber

foto: goodreads.com

Jika Kucing Lenyap Dari Dunia merupakan novel yang mengisahkan hubungan seorang pria yang divonis kanker dengan Salad dan Kubis, nama kucing kesayangannya. Novel ini berjalan seperti dengan premis yang ada pada judul.

"Jika kucing tiba-tiba lenyap dari dunia. Bagaimana dunia ini tampak berbeda dan bagaimana hidupku akan berubah?" (hlm. 2). Novel yang ditulis oleh Genki Kiwamura ini diterjemahkan oleh Ribeka Ota dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Penerbit BACA.

4. I Am A Cat.

5 Karya fiksi jadikan kucing tokoh utama, cocok buat dibaca cat lover berbagai sumber

foto: gramedia.com

I Am A Cat mengisahkan tentang seekor kucing tanpa nama yang tinggal di rumah Mr Sneaze. Di rumah tersebut, kucing tanpa nama ini dibiarkan begitu saja mengambil makanan yang tersedia tanpa harus takut diusir oleh pemilik rumah.

Buku ini merupakan semacam kritik satire dari sudut pandang kucing atas perilaku kehidupan pribadi, keluarga, serta kehidupan sosial tuannya. Novel dengan judul asli Wagahai wa Neko de Aru ini ditulis oleh Natsume Sseki dan menjadi salah karya klasik Jepang. Buku ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Immortal Publishing pada 27 Mei 2021.

5. Kucing dan Tikus.

5 Karya fiksi jadikan kucing tokoh utama, cocok buat dibaca cat lover berbagai sumber

foto: istimewa

Kucing dan Tikus atau yang berjudul asli Katz und Maus merupakan novel yang ditulis Günter Grass dalam bahasa Jerman pada 1961. Novel ini merupakan karya Günter Grass setelah The Tin Drum yang berlatar Perang Dunia II.

Dalam buku ini, diceritakan seekor kucing hitam yang terprovokasi untuk menonjok Mahlke, tikus yang tak lain adalah temannya sendiri. Buku ini menampilkan kondisi perang dan politik yang bercampur-baur dan renungan dari kedua tokoh fabel yang dihadirkan dalam buku ini. Walaupun sudah lama sekali terbit dalam edisi aslinya, novel ini masih diterbitkan kembali pada 2018 oleh Penerbit Basabasi. Novel ini diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Nur Cholis dan merupakan novel terpendek dari dua sekuel lainnya seperti The Tin Drum dan Dog Years.