Brilio.net - Semalam, Jumat (10/2) ketiga paslon Cagub-Cawagub DKI Jakarta menyampaikan argumennya dalam Debat Terakhir Pilkada DKI. Debat terakhir ini juga menandai usainya masa kampanye Pilkada DKI dan memasuki masa tenang jelang pemilihan 15 Februari mendatang.

Bertempat di ballroom Hotel Bidakara, Jakarta, debat final tersebut mengusung tema 'Perlindungan wanita dan anak serta pemberantasan narkoba'.

Pertanyaan demi pertanyaan pun dilontarkan kepada ketiga paslon oleh panelis. Masing-masing pasangan Pilgub DKI juga tak kalah mempertanyakan paslon lain terkait program kampanye dan permasalahan yang sedang dibicarakan.

Selain pasangan Pilgub DKI nomor urut 1 Agus Yudhoyono-Sylviana Murni dan pasangan Pilgub DKI nomor urut 3 Anies Baswedan-Sandiaga Uno, pasangan nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat tak kalah menarik perhatian penonton.

Terlebih saat Ahok dan Djarot menyampaikan argumen yang seakan menyindir paslon lain. Jawaban yang ia berikan seolah membuat ketiga paslon 'memanas' bahkan mati kutu.

Lantas jawaban dan argumen seperti apa yang Ahok berikan kepada kedua paslon Cagub-Cawagub DKI Jakarta lainnya? Berikut ini brilio.net rangkum dari berbagai sumber, Sabtu (11/2), lima serangan balik Ahok yang bikin paslon lain mati kutu.

1. Ahok menyebut Agus dan Anies seperti om dan tante yang datang ke rumah dan merusak aturan.

Selama ini saat memimpin Jakarta, Ahok mengibaratkan dirinya seperti orangtua yang selalu menegakkan aturan. Kalau ada yang salah akan kena teguran atau sanksi. Namun saat kampanye, tiba-tiba ada kandidat lain datang dan menjanjikan ini dan itu. Padahal secara aturan sulit dipenuhi.

"Ibarat om tante, datang ke rumah. Lalu semua diboleh-bolehin. Mau dikasih Rp 1 M, dikasih rumah murah. Jangan karena mau jadi gubernur. Om sama tante, mengubah aturan yang dibuat orangtua," sindir Ahok.

2. Ahok menjawab santai saat Sylvi menuding dirinya tidak pro terhadap perempuan.

Mantan Bupati Belitung Timur ini merasa bingung mengapa Sylvi menganggap dirinya menjadi sosok yang tidak mendukung program perempuan. Pasalnya selama masa kampanye Ahok terus mendapatkan sambutan baik dari ibu-ibu dan perempuan.

"Saya dibilang orang kalau saya menyerang perempuan, dia (Sylvi) bilang kaum perempuan, buktinya kaum perempuan seneng foto-foto sama saya," katanya.

3. Ahok serang balik Sylvi terkait komitmen Pemprov DKI pada penyandang disabilitas.

Sylvi meminta bukti konkret ada atau tidak penyandang disabilitas yang bekerja di Balaikota. Ahok pun geleng-geleng mendengar sindiran Sylvi. Dia balik menyerang mantan walikota Jakarta Pusat itu.

"Tidak ada PNS disabilitas? Astaga Bu Silvi kemana saja? Asal tahu saja Ibu Sylvi ini enggak mau kenal sama PNS yang golongan rendah makanya dia enggak tahu ada penyandang disabilitas di Pemda," jawab Ahok.

4. Ahok tertawa saat Sylvi menyinggung dirinya pernah memaki perempuan di depan umum.

"Bagaimana gubernur menurunkan tingkat kekerasan perempuan padahal gubernur lakukan kekerasan verbal?" tanya Sylvi.

Ahok menyayangkan pasangan nomor urut satu tak bertanya soal program dan mendengar pertanyaan itu pun tertawa.

"Ini terus fitnah dipakai tak program lucu juga. Saya menyadari LSM di Jakarta banyak kenapa kekerasan di DKI, KDRT tinggi karena berani melapor. Makanya saya dulu izin ingin membangun apartemen di tanah polisi dan TNI. Karena kami ingin menumpang buat titip korban kekerasan," kata Ahok.

5. Ahok ke Anies: Kalau mau pulangin saya boleh lah, tunggu lebaran beliin tiket.

Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga Anies Baswedan mengajak warga untuk sama-sama menyelamatkan Jakarta dari kepemimpinan Pemprov DKI saat ini. Apalagi, kata Anies, saat ini nilai rapor kinerja Pemprov DKI Jakarta merah.

"Dengan rapor merah itu kita ganti saja. Jadi beliau (petahana) kita siapkan untuk kembali ke kampung halaman, dan Jakarta dibebaskan dari kotak-kotak," tutup Anies

Basuki Tjahaja Purnama hanya tertawa saat mengetahui pesaingnya Anies Baswedan ingin mempersiapkannya untuk pulang ke kampung halaman.

Ahok mengatakan bahwa semenjak awal dirinya telah memiliki KTP DKI bukan Bangka Belitung Timur sehingga banyak orang yang keliru jika dirinya besar di Belitung, padahal sebenarnya tumbuh di Jakarta.

"Cuma saya memang lahir di Belitung benar. Kalau mau pulangin saya boleh lah, tunggu lebaran beliin tiket boleh lah. Egh tapi nanti dikira gratifikasi lagi," kelakarnya.