Brilio.net - Proses hitung cepat Pemilu 2019 terus berlangsung. Hingga saat ini suara sudah banyak yang terkumpul dan terhitung.
Para capres-cawapres sekaligus caleg yang bertarung dalam Pemilu 2019 menanti-nanti hasil penghitungan suara.

Beberapa caleg optimis lolos ke kursi DPR/DPRD lantaran partai pengusungnya mendulang banyak suara. Namun tidak sedikit dari mereka pesimis bisa lolos ke DPR. Alasannya karena Pemilu 2019 itu panjang dan melelahkan. Belum lagi butuh biaya yang besar.

Beberapa caleg suaranya sudah bisa ditebak. Beberapa caleg artis misalnya, sudah bisa ditebak mana yang lolos ke kursi parlemen. Pun dengan tokoh populer lain, suaranya mulai bisa diprediksi.

Tak semua orang yang namanya populer berhasil lolos di parlemen. Ada beberapa politikus populer terancam tidak lolos ke DPR di Pemilu 2019. Siapa saja mereka?

Berikut informasinya, seperti dilansir brilio.net dari merdeka.com dan berbagai sumber lainnya, Kamis (5/2).

 

1. Eva Sundari

caleg populer tak lolos © 2019 brilio.net berbagai sumber

foto: merdeka.com

 

Eva Kusuma Sundari, polikus senior PDIP mengaku tidak lolos ke Senayan untuk periode 2019-2024. Eva mengatakan dirinya tidak lolos ke DPR kerena persaingan ketat di internal PDIP.

Eva maju dari daerah pemilihan (Dapil) Jawa Timur VI meliputi wilayah Kediri, Tulungagung, dan Blitar. Eva mengatakan caleg PDIP yang lolos ke DPR dari Dapil VI yakni Guruh Soekarnoputra, Arterian Dahlan dan Sri Rahayu.

"Nggak lolos, faktornya karena kurang suara," kata Eva.

Sebelumnya Eva Kusuma pernah menjadi anggota DPR periode 2009-2014, di Komisi III yang menangani Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Politikus senior PDIP kembali menjadi anggota DPR periode 20142019, ia menjabat anggota DPR Komisi XI - Keuangan, Perencanaan Pembangunan, Perbankan.

 

2. Ferdinand Hutahaean

caleg populer tak lolos © 2019 brilio.net berbagai sumber

foto: merdeka.com

 

Ketua Divisi Hukum dan Advokasi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean juga terancam tidak lolos ke Senayan. Ferdinand sudah memprediksi jika dirinya tidak akan lolos di Pileg 2019. Karena itu dirinya tidak mentargetkan lolos untuk menjadi anggota DPR.

"Saya tidak suka dengan demokrasi yang mahal seperti sekarang, makanya saya turun sangat terbatas dan hanya bentuk pengabdian kepada partai turut serta menyumbang suara ke partai. Jadi sejak awal saya sudah tahu kalau saya tidak lolos, karena saya tidak mau mengikuti pola demokrasi yang mahal ini," kata Ferdinand.

Ferdinand sendiri maju dari Partai Demokrat, dari daerah pemilihan (Dapil) Jawa Barat V yang meliputi wilayah Kabupaten Bogor.

 

3. Kapitra Ampera

caleg populer tak lolos © 2019 brilio.net berbagai sumber

foto: Liputan6.com

 

Kapitra Ampera caleg PDIP mengaku pesimis bisa melaju ke Senayan. Kapitra yang maju dari daerah pemilihan (Dapil) Riau II menduga ada kecurangan di mana suara yang diterima turun dari yang ditargetkan mencapai 280 ribu.

"Karena ada kecurangan ya sekarang adalah antara 70 ribu sampai 80 ribu suara. Boleh jadi (tidak lolos) 50:50 lah, bisa juga tambah berkurang terus. Kemungkinan nggak masuk," kata Kapitra.

Namun Kapitra masih menunggu hasil rekapitulasi suara dari KPU dan tetap optimis dirinya bisa lolos ke Senayan menjadi anggota DPR.

 

4. Jansen Sitindaon

caleg populer tak lolos © 2019 brilio.net berbagai sumber

foto: Instagram/@jansensitindaon

 

Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon yang juga caleg Demokrat dari daerah pemilihan (Dapil) Sumatera Utara III pesimis akan lolos ke Senayan. Dapil Sumut III meliputi wilayah Asahan, Kota Tanjung Balai, Kota Pematangsiantar, Simalungun, Pakpak Bharat, Dairi, Karo, Kota Binjai, Langkat, dan Batu Bara.

"Data C I yang aku terima potensi tidak lolosnya lebih besar daripada lolos," kata Jansen.

Jansen bercerita alasan dirinya tidak lolok ke Senayan karena dampak dari Pilpres 2019, di mana Dapilnya cenderung memilih Jokowi daripada Prabowo. Sehingga caleg yang mendukung paslon 02 kalah suara dibandingkan caleg 01. Alasannya lainnya karena biaya politik yang mahal.

"Aku masuk caleg dhuafa, caleg miskin alias tidak ada uang," jelas Jansen.