Brilio.net - Seberapa sering kamu menikmati secangkir kopi dalam satu hari? Satu gelas, atau lebih dari itu? Apakah kamu sering menerima pertanyaan 'sudah minum kopi hari ini?' Yap, saat ini minum kopi sudah menjadi budaya bagi sebagian orang, terutama di kalangan masyarakat Indonesia.

Sebagai salah satu negara dengan penghasil biji kopi terbesar di dunia, budaya minum kopi telah mendarah daging di kalangan masyarakat. Bahkan untuk sekadar mengawali pagi hari saja, terkadang orang membutuhkan kopi agar bisa semangat menjalani hari.

Mengonsumsi kopi tidak hanya digemari orang tua saja, kini generasi milenial pun 'keranjingan' minum kopi. Kopi bisa menjadi teman kerja, teman belajar, atau sekadar pelengkap saat nongkrong. Terutama mereka para mahasiswa yang disibukkan dengan setumpuk tugas kuliah

Namun selama pandemi corona Covid-19, kegiatan ngopi di cafe maupun di tempat kerja mulai dibatasi. Orang mulai nggak bisa bebas ke cafe, kedai untuk meneguk secangkir kopi. Tak hanya penikmat kopi, pandemi juga memberikan dampak signifikan terhadap keberlangsungan usaha cafe, kedai atau warung kopi.

tren minum kopi literan © Instagram

foto: Instagram/@kopikenangan.id

Para pelaku usaha coffee shop mulai mencari terobosan, salah satunya mencoba menawarkan alternatif lain bagi para konsumen dengan membuat kopi kemasan satu liter dan setengah liter. Kopi berukuran jumbo ini merupakan bentuk penyesuaian dengan kondisi normal baru. Sejak awal pandemi, produk kopi literan menjadi tren minum kopi baru yang cukup hype.

Hal itu sejalan dengan ungkapan Kevin Asaputra, salah satu pemilik Coffee Shop merek Janji Jiwa di Yogyakarta. "Kalau menurut saya, awal mulanya itu sebenarnya pada waktu pandemi itu. Janji Jiwa mengeluarkan produk menu literan itu" ungkapnya saat ditemui brilio.net pada Senin (23/11).

Tren ini hadir, sebab konsumen takut untuk datang ke cafe saat pandemi. Agar para konsumen tetap menikmati kopi tanpa rasa was-was, para pelaku bisnis mulai memunculkan ide baru dengan membuat kopi dalam kemasan liter. Kopi dengan kemasan literan dapat menjadi stok di rumah, dan konsumen tak perlu bolak-balik membelinya di coffee shop.

tren minum kopi literan © Instagram

foto: Instagram/@kopijanjijiwa.jogja

Menu kopi literan ini juga bisa dibilang 'penyelamat' bagi owner coffee shop maupun penikmat kopi. Sebab saat penghasilan mereka menurun, menu kopi literan sedikit banyak berhasil membuat coffee shop bertahan. Konsumen pun masih bisa minum kopi dengan harga yang terjangkau.

"Karena sebenarnya kopi literan itukan dapat isi lebih banyak, tapi dalam satu kemasan saja. Dan itu mengurangi biaya packaging. Jadi sama sama untung sih. Istilahnya berkurang cost-nya untuk modal, customer juga mendapatkan isi lebih banyak dengan harga lebih murah," sambung Kevin.

Harga dari kopi satu literan ini bervariasi. Semua tergantung dengan merek dan varian kopi. Di Janji Jiwa harga untuk satu kopi literan dibanderol Rp 95.000 hingga Rp 75.000. Sedangkan di Kopi Kenangan, satu kopi kemasan literan berkisar Rp 85.000 hingga Rp 65.000.

tren minum kopi literan © Instagram

foto: Instagram/@kopijanjijiwa.jogja

Secara umum tidak ada yang membedakan menu kopi literan dengan gelas. Baik dari segi komposisi, cara pembuatan, sampai dengan pengemasan. Hanya saja dari segi isi atau volume, tentu kopi literan membutuhkan takaran bahan baku yang lebih banyak dari kemasan biasanya. Selain itu, kopi literan mampu bertahan selama tiga hari di dalam kulkas.

Kelebihan dari kopi literan inilah yang membuat para konsumen berani untuk menyetok di rumah. Rata-rata pembeli kopi kemasan literan didominasi oleh kalangan pekerja kantoran atau anak kuliahan. Mereka membeli untuk dikonsumsi sendiri, atau ada juga yang untuk hadiah atau oleh-oleh.

Saking populernya kopi literan, para owner kopi sempat kesulitan mencari kemasan botol literan. "Botol satu literan sampai jadi langka." tutur Kevin. Bahkan butuh waktu tiga bulan untuk mendapatkan botol satu literan dari distributor langsung. "Yang ready aja harga botolnya naik dua kali lipat." sambung Kevin.

tren minum kopi literan © Instagram

foto: Instagram/@kopikenangan.id

Meski ini merupakan inovasi baru dari produk kopi. Kopi kemasan literan terbilang cukup menguntungkan bagi pemilik coffee shop. Di Kopi Kenangan misalnya, keuntungan dari penjualan kopi kemasan literan ini tak bisa dianggap enteng. "Ya sekitar hampir 40 persen. Apalagi kalau udah pas promo nanti bisa meningkat." ungkap Robert, Supervisor Kopi Kenangan saat diwawancara brilio.net pada Rabu (18/11).

Di Janji Jiwa walau kemasan gelasan masih mendominasi, namun Kevin mengaku penjualan kopi kemasan literan berkontribusi hingga 30 persen dari total penjualan pada saat pandemi seperti ini. "Itu 30 persenan dari total penjualan" ujar Kevin.

Kopi literan menjadi peluang usaha baru di tengah pandemi.

Bisnis kopi literan ini rupanya juga menarik minat dari sepasang suami istri di Jogja. Ryan salah satu pemilik usaha dengan merek Kopi Literan Jogja, mengatakan semenjak pandemi dia mencoba berbisnis yang bisa dilakukan di rumah. Berbekal background mereka yang pernah usaha kuliner, akhirnya mereka membuat kopi kemasan literan.

"kami putuskan untuk menjual kopi literan,... dan karena di Jogja waktu itu belum ada yang menjual produk kopi literan. Kami melihat itu bisa jadi kegiatan yang menguntungkan dan mengisi waktu selagi berada di rumah saat pandemi ini," jelas Ryan pemilik usaha Kopi Literan Jogja, saat diwawancara oleh brilio.net via daring.

tren minum kopi literan © Instagram

foto: Instagram/@kopiliteran.yk

Dalam sehari Ryan dan istri mampu menjual kira-kira sekitar 5 sampai 20 botol baik ukuran satu liter maupun setengah liter. Sedangkan bahan baku berupa kopinya bisa memakai sekitar 1 kilogram. "Kira-kira per 1 kilogram bisa menghasilkan 17 sampai 20 botol," terang Ryan.

Dalam pemasarannya, kopi kemasan satu literan hampir sama dengan lainnya. Yaitu menggunakan platform media sosial seperti Instagram. Bisa juga dengan menggunakan aplikasi ojek online dengan memasang kode promo. Mereka juga memposting review dari para konsumen tentang kopi kemasan literan milik masing-masing coffee shop.

"Setiap keluar menu atau kerja sama dengan brand lain, Janji Jiwa pasti mengandalkan postingan di Instagram atau buat promo coret di Gojek, sama promo di grab juga biasanya," imbuh Kevin.

Populernya kopi kemasan literan membuat sejumlah coffee shop berlomba membuat produk yang sama. Untuk bersaing dengan kompetitor, mereka bahkan mengeluarkan minuman kemasan literan di jenis lainnya.

tren minum kopi literan © Instagram

foto: Instagram/@kopiliteran.yk

Brand Kopi Kenangan misalnya, yang punya Seri Jamu dan Seri Cokelat di dalam menu Kopi Kenangan. Untuk jenis kopi literan sendiri, tersedia empat sampai lima varian, namun yang paling digemari adalah varian kopi susu.

Di lain pihak, Janji Jiwa punya strategi sendiri untuk bersaing dengan merek lainnya. "Strateginya dia mengeluarkan varian menu baru. Jadi varian yang satu liter sebelumnya cuma lima, ditambah lagi menu yang nggak dipunya sama coffee shop lain," terang Kevin.

Permintaan pelanggan cukup tinggi di awal pandemi.

Permintaan kopi kemasan literan cukup tinggi di awal-awal pandemi. Yaitu sekitar bulan April hingga Mei. Akan tetapi menurut Kevin mulai sejak bulan Juni, penikmat kopi satu literan mulai berkurang, dan kembali ke kemasan gelas.

Namun demikian, di Janji Jiwa sendiri hingga sekarang masih ada yang membeli menu kopi kemasan literan. "Masih, sampai saat ini lumayan banyak." ungkap Kevin. Hal berbeda dirasakan oleh Kopi Kenangan.

Penjualan kopi kemasan satu literan hampir seimbang dengan kopi kemasan gelas. Namun bagi konsumen yang sudah jadi langganan Kopi Kenangan, pasti akan membeli kemasan yang literan. "Kalau dia pecinta kopi kenangan, dia pasti beli yang seliter, gitu." jelas Robert saat wawancara.

tren minum kopi literan © Instagram

foto: Instagram/@kopikenangan.id

Untuk Kopi Literan Jogja, beberapa kali mereka mendapat orderan dari luar daerah Jogja, "Masih di Jogja saja, tapi beberapa kali ada yang order dari Solo dan Klaten" sebut Ryan. "Tapi untuk luar kota masih harus jadi reseller, karena baru buka di Jogja. Pembelian minimal untuk reseller 10 liter." sambung Ryan.

Sambutan baik penikmat kopi.

Salah satu penikmat kopi juga mengungkapkan adanya inovasi kopi kemasan literan ini sebuah langkah yang baik untuk para owner coffee shop.

"Ini inovasi berani dari pemilik warung kopi atau coffee shop, dengan hadirnya kopi literan ini pasti membuat happy para pecinta kopi karena kita tetap masih bisa ngopi tanpa worry di rumah," tutur Orita Diah saat diwawancara oleh brilio.net via daring.

tren minum kopi literan © Instagram

foto: Instagram/@kopijanjijiwa.jogja

Bagi Orita soal kualitas rasa, memuaskan atau tidak tergantung dari mereknya. Sebab setiap coffee shop pasti memiliki barista yang sudah handal, jadi bisa mengira komposisi dan takaran yang pas untuk seliter kopi. Dia sendiri dalam sebulan bisa membeli dua botol kopi ukuran satu liter.

Meski dibanderol harga yang lebih mahal, namun selama rasa dari kopi tersebut enak Orita akan membelinya. Dia sendiri lebih memilih kopi kemasan literan, sebab kopi jumbo ini bukan cuma bisa dikonsumsi sendiri tapi juga sebagai sajian saat ada teman yang datang.

"For now on, kalau ada kulkas prefer literan sih. Bisa buat bagi bagi juga ke temen kalau ada yang main." jelas Orita kepada brilio.net.