Brilio.net - Siapa yang tak ingin memiliki anak yang hafal alquran? Tampaknya semua orangtua yang beragama Islam memiliki cita-cita tersebut. Namun hal tersebut memang tidak mudah, butuh kesabaran yang amat tinggi dan konsistensi untuk waktu yang lama. Namun itulah yang dilakukan Wirianingsih beserta suaminya Mutammimul Ula, mereka berdua mendidik dari kecil anak-anaknya untuk dekat dengan alquran.

Wanita kelahiran Jakarta, 11 September 1962 ini, selain sebagai ibu rumah tangga, juga seorang dosen. Dengan ketekunan dan kesabarannya, Wirianingsih diberikan kemudahan membuat 10 anaknya hafal alquran. Siapa saja ke 10 anak tersebut? Dikutip dari 10 Bersaudara Bintang alquran yang ditulis Izzatul Jannah dan Irfan Hidayatullah kesepuluh anak tersebut ialah:

Anak pertama, Afzalurahman Assalam yang hafal alquran pada usia 13 tahun. Faris Jihady Hanifah sebagai putra kedua yang hafal alquran pada usia 10 tahun. Adapun Maryam Qonitat anak ketiga hafal alquran sejak usia 16 tahun. Selanjutnya Scientia Afifah Taibah anak keempat yang hafal 29 juz sejak SMA. Sedangkan anak kelima ialah Ahmad Rasikh 'Ilmi yang hafal 15 juz alquran saat duduk di MA Husnul Khatimah, Kuningan.

Selanjutnya anak keenam, Ismail Ghulam Halim yang hafal 13 juz dan duduk di SMAIT Al-Kahfi Bogor. Anak ketujuh yaitu Yusuf Zaim Hakim ia hafal 9 juz alquran dan duduk di SMPIT Al-Kahfi, Bogor.

Kemudian Muhammad Syaihul Basyir, putra kedelapan, dulunya ia duduk di MTs Darul Quran, Bogor. Ia sudah hafal alquran 30 juz pada saat kelas 6 SD. Dua anak terakhir yaitu, Hadi Sabila Rosyad, dulunya ia bersekolah di SDIT Al-Hikmah, Mampang, Jakarta Selatan dan hafal 2 juz alquran dan Himmaty Muyassarah sebagai putri terakhir ia hafal 2 juz alquran pada saat duduk di SD.

Singkirkan TV dari rumah, Ibu ini sukses didik 10 anaknya hafal quran

Singkirkan TV dari rumah, Ibu ini sukses didik 10 anaknya hafal quran
foto: Wirianingsih (atas) beserta suaminya (bawah)

Lalu apa sebenarnya metode yang Wirianingsih terapkan dalam mendidik anak-anaknya? Kuncinya adalah keseimbangan dan kesinambungan proses. Meski kedua orangtuanya sibuk, mereka telah menetapkan pola hubungan keluarga yang saling bertanggungjawab dan konsisten satu sama lain. Selepas maghrib jadwal mereka adalah berinteraksi dengan alquran dan tidak boleh ada agenda lain, kecuali benar-benar sesuatu yang tak bisa ditinggalkan.

Bahkan demi menjaga tradisi tersebut, Wirianingsih rela menyingkirkan televisi dari rumahnya dan tidak ada perkataan kotor di lingkungan keluarga serta masyarakat. "Hal yang cukup mendasar yang dimiliki keluarga ini sehingga mampu mendidik 10 bersaudara bintang alquran adalah visi dan konsep yang jelas," ujar Izzatul dalam bukunya.

Demi memenuhi keinginannya memiliki anak yang hafal alquran, Wirianingsih beserta suami sepakat jika usai subuh dan maghrib dijadikan waktu khusus untuk alquran yang tidak boleh dilanggar dalam keluarga ini. Sewaktu masih balita, Wirianingsih pun konsisten membaca alquran di dekat mereka, mengajarkannya, bahkan mendirikan TPQ di rumahnya.

"Ketiga, mengomunikasikan tujuan dan memberikan hadiah. Meskipun awalnya merasa terpaksa, namun saat sudah besar mereka memahami menghafal alquran sebagai hal yang sangat perlu, penting, bahkan kebutuhan. Komunikasi yang baik sangat mendukung hal ini. Dan saat anak-anak mampu menghafal alquran, mereka diberi hadiah. Barangkali semacam reward atas pencapaian mereka. Mengenai punishment tidak dijelaskan secara rinci," imbuh Izzatul dalam bukunya yang diterbitkan Sygma Publishing pada Januari 2010 itu.

Nah, setelah membaca kisah ini, kamu tertarik untuk mendidik anak seperti yang dilakukan Wirianingsih dan suaminya? Memang bukan hal mudah, namun itu jelas bukan hal mustahilkan?