Brilio.net - Olahraga selancar ombak (surfing) memang tidak sepopuler sepak bola atau bulu tangkis di Indonesia. Selain membutuhkan keberanian dan keahlian khusus, papan surfing sebagai peralatan olahraga ini juga dinilai cukup mahal. Tapi apakah olahraga ini sepi peminat?

Saat Brilio.net menyambangi Pantai Karangpapak, Cimaja, Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (29/11) ada pemandangan menarik. Saat itu sedang digelar kejuaraan surfing lokal bertajuk The Power of Eco Surfer Battle yang diselenggarakan Sukabumi Surfing Association. Menariknya, kompetisi ini melombakan kategori untuk peserta di bawah usia 16 tahun (U-16), Push Division (U-12), dan Tag Team. Lomba ini diikuti sekitar 83 peserta dari delapan desa yang berada di sekitar wilayah Cimaja.        

Surfing Sport Education © 2020 brilio.net

Sebelum pandemi Covid-19 merebak, dalam beberapa tahun terakhir berbagai kejuaraan mulai lokal, nasional hingga internasional kerap digelar di wilayah Cimaja. Berbagai event inilah yang menginspirasi anak-anak di kawasan pesisir Pantai Selatan Jawa bagian barat itu termotivasi menjadi peselancar ombak profesional.   

Apalagi Cimaja punya catatan sejarah tersendiri soal olahraga yang memacu adrenalin ini. Cimaja telah melahirkan sosok peselancar ombak kelas dunia, Dede Suryana. Pemegang gelar Indonesian Champ 2008 dan Quiksilver Open Trengganu Champ 2011 sekaligus dua kali juara ASC ini menjadi satu-satunya surfer Indonesia yang berkompetisi di tur dunia.

Surfing Sport Education © 2020 brilio.net

Tak heran jika Dede menjadi figur panutan yang menjadi pemicu semangat anak-anak di Cimaja untuk menjadi peselancar ombak kelas dunia. Dede pun melihat banyak potensi pada anak-anak Cimaja untuk menjadi atlet profesional. Karena itu, untuk mengasah kemampuan mereka, ia menginisiasi kejuaraan lokal bertajuk The Power of Eco Surfer Battle.

“Event ini (The Power of Eco Surfers) bertujuan untuk merangsang anak-anak menyintai olahraga surfing. Lewat event semacam ini kita bisa melihat potensi anak-anak,” ujar Dede.

Mengajak anak-anak menyintai lingkungan

Surfing Sport Education © 2020 brilio.net

Uniknya, kejuaraan ini tak hanya mengedepankan sisi olahraga semata. Tapi juga ada unsur edukasi, khususnya dalam hal menjaga lingkungan. Sebelum lomba digelar, baik peserta maupun pembimbing diwajibkan membersihkan wilayah Pantai Karangpapak dari sampah, khususnya sampah plastik. Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan rasa peduli lingkungan sejak dini kepada anak-anak.        

Wajar jika Dede mengajarkan anak-anak untuk menjaga kebersihan pantai dan laut dari sampah plastik. Sebab ia punya pengalaman berhadapan dengan sampah plastik saat surfing di salah satu pantai di ujung Jawa Barat. Peristiwa itu terjadi pada 2013 silam.

Surfing Sport Education © 2020 brilio.net Dede Suryana (Dok.Zak Noyle)

Bahkan pengalamannya itu menjadi pembicaraan dunia ketika itu. Momen Dede sedang berselancar “ditemani” tumpukan sampah ini berhasil diabadikan Zak Noyle, fotografer majalah Surfer yang berbasis di Honolulu, Hawaii. Noyle berhasil mengambil foto menakjubkan ketika Dede berselancar di bawah lidah ombak yang dipenuhi sampah plastik. Namun keberadaan sampah plastik tersebut tidak menghentikan aksi peselancar terbaik di Indonesia itu.

“Pernah ada foto yang cukup menghebohkan saat saya sedang surfing tapi ombak di atas kepala saya dipenuhi sampah. Itu di wilayah Ujung Kulon di sebuah pulau yang nggak ada penghuninya tapi banyak sampah. Saya keliling Indonesia di mana-mana sudah banyak sampah plastik,” terang Dede.

Surfing Sport Education © 2020 brilio.net

Karena itu Dede selalu mengajak anak-anak didiknya untuk menjaga kebersihan. Setiap ada pelatihan ia selalu mengarahkan anak-anak membersihkan pantai (beach cleanup). Bukan hanya dipantai tetapi pola hidup itu harus diterapkan di mana saja. “Jadi selain mereka nantinya menjadi generasi penerus surfer di Sukabumi, mereka juga peduli terhadap lingkungan,” lanjut Dede.

Mitos Pantai Selatan dan botol bekas

Surfing Sport Education © 2020 brilio.net

Sebagai putra asli Cimaja, Dede merasa selama ini olahraga surfing sulit berkembang karena beberapa faktor. Salah satunya kepercayaan terhadap mitos Pantai Laut Selatan yang penuh mistis. Menurutnya, semua pantai memiliki karakter dan tantangan tersendiri.

Saat memulai surfing tentu saja harus memilih pantai yang aman. Ketika dinilai cukup mahir, peselancar sudah bisa menjajal point break, pantai dengan tekstur karang dan memiliki arus yang deras. “Justru kalau mau jadi surfer yang baik ya harus bermain di tempat arus agak berbahaya. Kedua orang Indonesia kurang minat terhadap surfing karena takut kulitnya hitam,” lanjut Dede.  

Surfing Sport Education © 2020 brilio.net

Nah Dede punya cara unik mengajak anak-anak menyintai surfing. Untuk bisa berlatih di tempatnya, anak-anak hanya cukup membawa botol bekas air mineral. Lagi-lagi, ini untuk mengajarkan anak-anak untuk tidak membuang sampah sembarangan. Seperti biasa, sebelum latihan anak-anak diajak untuk melakukan aksi bersih-bersih pantai.

Dede juga bersyukur saat ini selancar ombak sudah diakui Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dengan keberadaan Persatuan Peselancar Ombak Indonesia (PSOI). Ini menjadi wadah bagi peselancar yang ingin terjun ke dunia selancar ombak profesional.

Surfing Sport Education © 2020 brilio.net

Pria yang kini juga menjabat Bidang Pembinaan Prestasi (Binpres) PSOI Provinsi Jawa Barat ini pun bertekad akan menjadikan kejuaraan semacam The Power of Eco Surfer Battle sebagai agenda rutin. Terlebih di wilayah Cimaja saat ini terdapat delapan board rider—semacam sekolah surfing—dari delapan desa. Dede berencana akan membuat sistem kompetisi di setiap board rider dan babak final akan digelar di akhir tahun. “Mudah-mudahan tahun depan pandemi selesai dan ini bisa menjadi event tahunan,” harapnya.

Ia juga berharap ke depan olahraga surfing selain menjadi olahraga untuk mengejar prestasi juga bisa mendukung rekreasi (pariwisata) untuk mengundang wisatawan datang.

 

Hasil kejuaraan The Power of Eco Surfer Battle 2020

Juara Kategori U16 (diikuti 25 peserta)

1. Palan (Karangpapak)—Score : 8.86

2. Syukur Pajar (Sawarna)—Score : 5.46

3. Hikmal (Karangpapak)—Score : 5.23

4. Agis Saputra (Pelabuhan Ratu)—Score : 4.14

Surfing Sport Education © 2020 brilio.net Dok.SSA 

Juara Push Division Boys U12 (diikuti  22 peserta)

1. M Alfareza Harasid (Cimaja) —Score : 6.93

2. M Zaky Nabil Ridwansyah (Pelabuhan Ratu)—Score : 6.23

3. Kanishka Aryasatya Wibowo (Cimaja)—Score : 6.20

4. Hamzah Idul (Pelabuhan Ratu)—Score : 5.96

Surfing Sport Education © 2020 brilio.net Dok.SSA 

Juara Push Division Girl U12  (diikuti 8 peserta)

1. Selena Bela (karangpapak)—Score : 5.06

2. Fiamma Khalishaira (Depok)—Score : 4.56

3. Ashanda Zahran Suryana (Cikakak)—Score : 4.50

4. Sifa (Karangpapak)—Score : 3.23

Surfing Sport Education © 2020 brilio.net Dok.SSA  

Juara Tag Team Division (diikuti 7 Team—4 orang/team)

1. Team Desa Karangpapak, Score : 17.73

2. Team Desa Cisolok, Score: 14.63

3. Team Desa Cikakak, Score 14.13

4. Team Desa Cimaja, Score 11.26

Surfing Sport Education © 2020 brilio.net Dok.SSA