Brilio.net - Sektor ganda putra bulutangkis Indonesia memiliki tradisi kuat dalam soal prestasi dan regenerasi. Tenggelam satu, muncul satu, begitu berkelanjutan. Sektor ini memiliki spesialisasinya sendiri dibanding sektor lain, yang sangat lamban dalam soal regenerasi dan prestasi.

Sebut saja tunggal. Sejak era Susi Susanti, Mia Audina atau Alan Budikusuma, Taufik Hidayat, susah sekali menemukan pengganti yang prestasinya selevel.

Tak heran jika sektor ganda putra ini selalu menjadi andalan bulutangkis. Dari 7 medali emas Olimpiade yang Indonesia miliki, 3 di antaranya dikalungkan ke pasangan ganda putra.

Dari sektor ini Indonesia pun sukses melambungkan sejumlah nama, jauh sebelum era Minions sekarang. Siapa saja?

1. Ricky Subagja/Rexy Mainaky.

Jagoan bultang © beragam sumber

foto: bwfmuseum.

Kalau kedua pebulutangkis ini bertanding seluruh mata akan menatap layar televisi lekat-lekat. Terutama ibu-ibu. Mereka adalah kombinasi yang pas. Pekerja keras dalam sosok Rexy, dan kalem penuh kepastian serta menghibur ala Ricky. Kedua pasangan ini menjadi pelopor tradisi emas Olimpiade saat meraihnya pertama kali pada 1996 di Atlanta.

2. Tony Gunawan/Candra Wijaya.

Jagoan bultang © beragam sumber

foto: elshinta.com

Pada Olimpiade Sydney, Australia, 2000 pasangan ini kembali mempersembahkan emas bagi kontingen Tanah Air. Berkat sukses tersebut keduanya meraih gelar Indonesian Athlete of the Year 2000. Pada 1999, pasangan ini juga mengukir gelar di All England.

3. Markis Kido/Hendra Setiawan.

Jagoan bultang © beragam sumber

foto: badmintonindonesia.org

Absen menyumbang emas pada Olimpiade Athena 2004, Indonesia kembali mengukir sejarah dengan capaian emas pada Olimpiade empat tahun sesudahnya, 2008 di Beijing. Kedua pasangan inilah yang mempersembahkan emas ketujuh Olimpiade dalam sejarah kepesertaan Indonesia dalam ajang olahraga sejagat raya ini.

4. Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.

Jagoan bultang © beragam sumber

foto: badmintonindonesia.org

Seusai memenangi banyak gelar dengan Markis Kido, Hendra kemudian dipasangkan dengan Mohammad Ahsan, juniornya. Ahsan/Hendra pertama kali dipasangkan pada September 2012. Selama empat tahun bermain bersama, Ahsan/Hendra mencatat prestasi prestisius.

Ahsan/Hendra menjadi juara dunia pada 2013 dan 2015, meraih medali emas Asian Games 2014, menjuarai BWF Superseries Finals 2013 dan 2015, juara All England 2014, serta Indonesia Terbuka 2013.

Pasangan ini kemudian mengakhiri kerja samanya di lapangan pada 2016.

5. Candra Wijaya/Sigit Budiarto.

Jagoan bultang © beragam sumber

foto: pbdjarum.org

Setelah tak berpasangan dengan Tony, Candra berpasangan dengan Sigit Budiarto, dan prestasi keduanya pun tak bisa diragukan. Beberapa turnamen internasional mampu mereka raih seperti All England 2003, Juara Dunia 1997, dan beberapa gelar level grand prix.

Keduanya juga kerap tampil menghibur dengan permainan mereka, terutama sejumlah aksi Sigit yang kerap mengundang decak kagum.