Brilio.net - Mendaki gunung identik dengan tas yang berat dan peralatan yang seabrek. Kegiatan yang sedang digandrungi anak muda ini membutuhkan tenaga yang tidak sedikit. Padahal ada satu teknik yang bisa membuat kegiatan mendaki menjadi lebih nyaman. Ultralight backpacking namanya.

Ultralight backpacking pertama kali diperkenalkan oleh Ray Jardine pada tahun 1991 dalam bukunya yang berjudul PCT Hikers handbook. Kemudian dicetak ulang pada tahun 1999 dengan judul Beyond Backpacking. Secara keseluruhan, teknik ini sebenarnya lebih mengacu pada pedoman untuk berkemas dalam bepergian. Jadi tidak hanya digunakan untuk mendaki, teknik ini bisa kamu terapkan juga ketika traveling.

Arizal, yang merupakan salah satu anggota komunitas Indonesian Ultralight Backpacking menjelaskan kepada brilio.net, Kamis (3/12), pada intinya ultralight hiking atau ultralight backpacking adalah teknik yang menekankan untuk membawa peralatan dan perbekalan dengan berat seminimal mungkin.

"Definisinya setiap orang bisa berbeda-beda, tapi intinya itu. Dan pastinya tanpa mengurangi faktor keselamatan," ungkap Arizal.

Mendaki dengan teknik ini bisa dibilang mudah dilakukan selama memahami prinsipnya. Peralatan mendaki konvesional yang sering digunakan, diganti dengan peralatan yang sama tapi memiliki bobot yang lebih ringan. Sekali lagi tanpa harus mengurangi efektivitas dan keamanan saat melakukan pendakian.

Ultralight backpacking, teknik pangkas berat bawaan selama mendaki


"Jika teknik ini sukses dilakukan, maka berat barang bawaan bisa 2 kali lipat lebih ringan daripada yang tidak menerapkan teknik ini. Tentu ini akan menjadi kepuasan tersendiri bagi yang mempraktikkannya," ujar cowok yang sudah dua tahun menerapkan teknik ultralight backpacking.

Arizal menerangkan beberapa cara untuk menerapkan teknik ultralight backpacking, antara lain:

1. Lebih memilih peralatan multifungsi

Ultralight backpacking, teknik pangkas berat bawaan selama mendaki

foto: patricktaylor.com

Alat multifungsi adalah senjata utama bagi para pecandu ultralight backpacking. Alat multifungsi akan benar-benar mengurangi beban, karena satu barang tersebut dapat menggantikan banyak barang dengan fungsi berbeda-beda. Pisau multifungsi seperti Swiss Army adalah contoh paling umum yang sering digunakan para pecandu teknik ini.

2. Membawa bekal dengan porsi yang tepat

Ultralight backpacking, teknik pangkas berat bawaan selama mendaki foto: bluetripper.com

Salah satu yang membuat tas menjadi sangat berat ketika mendaki adalah bekal makanan dan minuman. Ketika menerapkan teknik ultralight backpacking, porsi bekal makanan dan minuman memang harus sangat diperhitungkan dengan matang. Tidak boleh kelebihan apalagi sampai kekurangan. Memperhitungkan waktu perjalanan juga bisa meminimalisir kelebihan membawa makanan dan minuman.


3. Memaksimalkan kreativitas

Ultralight backpacking, teknik pangkas berat bawaan selama mendaki


foto: outdoorgearlab.com
Seperti disebutkan di atas, teknik ultralight backpacking membuat barang bawaan menjadi jauh lebih ringan tanpa menghilangkan faktor keselamatan. Ini tentu memerlukan kreativitas untuk menerapkannya. Arizal mencontohkan beberapa alat yang bisa diterapkan untuk ultralight backpacking, seperti tenda yang beratnya mencapai satu kilogram lebih diganti dengan tarp. Kemudian footprint tenda yang tidak kalah berat diganti dengan trashbag yang jauh lebih ringan. Atau memilih celana dan kaos waterproof yang lebih efisien daripada kaos katun biasa yang akan terasa berat jika basah.

"Penganut teknik ultralight backpacking biasanya mengorbankan beberapa kenyamanan yang bisa ditolerir demi mengurangi bobot bawaan. Seperti menggunakan tarp daripada tenda tentu akan membuat terasa lebih dingin, tetapi berat bawaan bisa jauh berkurang," katanya.

Ultralight backpacking akan lebih optimal untuk perjalanan yang tidak lebih dari 4 hari. Karena untuk perjalanan yang lama, akan lebih susah untuk memangkas barang bawaan.

"Kalau saya pribadi menerapkan Ultralight backpacking maksimal ke pendakian empat hari tiga malam, hanya dengan membawa tas ukuran 37 liter," ungkap Arizal.

Tapi teknik ini bukanlah tanpa kelemahan. Salah satu kelemahan dalam teknik ini adalah peralatannya yang masih cenderung mahal daripada peralatan konvesional. "Memang sebagian besar alat untuk ultralight backpacking itu masih impor. Tapi untuk mengatasi ini para penggiat ultralight mengakali dengan membuat sendiri peralatan mereka alias DIY," pungkasnya.

Tertarik untuk mencoba untuk teknik ini?