Brilio.net - Nongkrong di angkringan sudah lazim dilakukan warga di Jawa Tengah dan sekitarnya. Tapi pernahkah kamu nongkrong di angkringan yang selain menyajikan makanan atau minuman khas, kamu juga bisa belajar bahasa isyarat di sana?

Di Yogyakarta, ada satu angkringan yang unik karena menyediakan layanan "kursus" bahasa isyarat, yakni Angkringan Madre yang berada di Kampung Kuliner Pringwulung, Depok, Kabupaten Sleman. Di tempat ini, 50 persen  pegawainya adalah penyandang tuna rungu. Karena itu, angkringan ini juga kondang dengan sebutan Angkringan Tuli.

Kemunculan angkringan yang mulai buka medio Desember 2014 ini sebenarnya berawal dari curhatan anak-anak tuli di komunitas Deaf Art Community Yogyakarta (DACY) yang selalu mendapat diskriminasi waktu melamar kerja. Curhatan itu menggerakkan hati Ketua Komunitas DACY Broto Wijayanto dan Bu Amu untuk mendirikan usaha angkringan tuli guna mengakomodasi keinginan bekerja para penyandang tuna rungu ini.

Menu yang ditawarkan di angkringan tuli ini tidak jauh beda dengan menu-menu yang ada di angkringan lain. “Keistimewaannya yaitu karena sebagian pelayannya tuli, jadi banyak yang tertarik dan terinspirasi. Selain itu, disini pengunjung juga bisa belajar bahasa isyarat yang diajari langsung oleh teman-teman penyandang tuna rungu” kata Fransiska (24) seorang pendamping di komunitas DACY, kepada brilio.net beberapa waktu lalu.

Perempuan dengan senyum menawan itu menambahkan, selain di angkringan tuli, teman-teman yang ingin belajar bahasa isyarat bisa datang ke kantor pusat DACY di dekat alun-alun Selatan Yogyakarta dan di Identitas Coffee. “Kalau di pusat setiap Senin sore, di sini. Jumat sore dan di Identitas Coffee setiap Kamis sore. Semua gratis,” tambahnya.

Dia bersyukur sekarang ini banyak sekali yang peduli kepada para penyandang cacat, khususnya tuna rungu. Hal ini tentu membahagiakan dan bisa mengangkat moral para penyandang tuli agar bisa bergaul sejajar dengan orang lain.

“Tentu menyenangkan melihat banyak yang peduli pada teman-teman ini, mulai anak-anak SD sampai guru dan mahasiswa banyak sekali yang ikut kelas bahasa isyarat yang kami buka,” tutupnya dengan ramah.