Brilio.net - Nasib mantan atlet Indonesia, dulu dipuja kini tersia-sia. Tak sedikit atlet-atlet Indonesia yang berhasil mengharumkan nama bangsa melalui berbagai ajang bergengsi setingkat Asia bahkan dunia.

Namun, roda hidup telah berputar. Mereka yang dahulu dielu-elukan di masa kejayaannya sekarang ditelantarkan di masa tua. Kini, mereka berjuang untuk melanjutkan hidup dengan melakoni berbagai profesi.

Berikut beberapa mantan atlet Indonesia yang kini terlupakan dan harus melakukan profesi apa pun demi menyambung hidup.

1. Lenni Haeni

Lenni dulunya adalah seorang atlet dayung nasional yang sempat berprofesi menjadi tukang cuci pakaian.

Lenni telah berhasil mengharumkan nama bangsa pada kejuaraan Sea Games 1997 dengan memborong tiga medali emas dan satu medali perak.

Secara total selama kariernya ia telah berhasil mengantongi 20 medali emas untuk Indonesia. Untuk menyambung hidup ia bekerja serabutan, salah satunya tukang cuci.

Bahkan pada tahun 2012 ia sempat tidak mampu membiayai pengobatan anaknya yang menderita hepidemolosis gulosa (kulit sensitif).

2. Ellyas Pical

Ternyata, laju hidup mantan juara tinju dunia kelas bantam yunior versi IBF ini tidak semulus pukulannya ketika meng-KO lawan tandingnya.

Setelah pensiun dari dunia tinju, Elly diketahui beralih profesi menjadi petugas keamanan di suatu diskotek Jakarta Pusat.

Bahkan ia juga sempat terjerat kasus narkoba.
Kemudian setelah bebas, ia menjadi asisten Agum Gumelar saat menjabat ketua KONI pusat. Namun setelah pergantian kepengurusan, Elly kembali berganti pekerjaan. Salah satunya menjadi office boy di Kementrian Pendidikan dan Olahraga.

3. Amin Ikhsan


Ikhsan adalah mantan atlet senam nasional yang telah membawa nama harum Indonesia di kejuaraan senam Asia. Pria yang pernah meraih peringkat ke-7 atlet senam terbaik Asia dalam ajang Suzuki World Cup di Jepang pada tahun 2000.

Kini bertahan hidup sebagai gelandangan lantaran rumah yang telah ditempatinya selama puluhan tahun digusur.
Bahkan kondisinya juga lemah lantaran penyakit gagal ginjal yang dideritanya.

2 dari 3 halaman


4. Tati Sumirah


Tati Sumirah adalah mantan atlet legenda bulutangkis yang terlupakan. Pada tahun 1975 ia telah mengarumkan nama bangsa dengan mengantarkan tim bulutangkis single putri meraih Piala Uber.

Bahkan ia juga sering menyabet emas di arena PON. Setelah gantung raket pada tahun 1981 berpuluh-puluh tahun Tati bekerja sebagai seorang kasir di sebuah apotek.

Karena kebaikan Rudi Hartono (pengusaha yang juga juara All England delapan kali), kini Tati Sumirah bekerja di perusahaan oli milik Rudi Hartono.

5. Marina Segedi


Marina adalah mantan atlet pencak silat yang mendapatkan medali emas pada SEA Games di Filipina 1981. Namun, sekarang ia bekerja sebagai sopir taksi untuk menghidupi keluarganya.

6. Suharto

Suahrto adalah atlet balap sepeda nasional asal Surabaya yang kini justru berprofesi sebagai tukang becak. Ia pernah merebut medali emas pada SEA Games 1979 di Malaysia untuk nomor “Team Time Trial” jarak 100 kilometer, bersama tiga rekannya. Selain itu Suharto juga sempat mewakili Indonesia di ajang Tour d'Thailand pada 1977 silam.

7. Hasan Lobubun

Hasan Lobubun adalah mantan petinju juara nasional kelas Bantam Junior di tahun 1987. Kini ia harus menjalani hidup yang sangat tragis, mencari rezeki dengan mengais-ngais di tempat sampah dan tumpukan barang-barang bekas.

3 dari 3 halaman


8. Anang Ma'ruf

Anang Ma'ruf (kiri)

Mantan bek kanan Persebaya dan Timnas Indonesia di dekade 1990-an, Anang Ma'ruf dikabarkan menjadi pengendara GoJek.

Anang dikabarkan bergabung dengan GoJek setelah jalanannya liga sepak bola Indonesia dibekukan FIFA. Padahal saat bergabung dengan timnas, Anang Maruf tercatat pernah mempersembahkan medali perak di ASEAN Games 1997 dan medali perunggu pada ASEAN Games 1999.

9. Jatmiko

Mantan juara lifter nasional yang kini jadi buruh pabrik. Ia bekerja sebagai kuli di pabrik bambu untuk menghidupi keluarganya.

10. Denny Thios

Denny adalah Juara Dunia Angkat Besi Era 90-an. Tahun 1990 meraih medali emas kejuaraan angkat berat Asia di Taiwan, di tahun yang sama juga meraih medali perunggu dalam kejuaraan angkat berat dunia di Belanda dan Australia.

Tahun 1991 meraih medali emas dalam kejuaraan angkat berat nasional PABBSI kategori senior di Yogyakarta. Tahun 1992 meraih medali emas dalam kejuaraan angkat berat dunia di Brimingham, Inggris dan di tahun yang sama dinobatkan sebagai lifter terbaik pra-PON XIII di Semarang.

Tahun 1993 ia kembali meraih medali emas kejuaraan angkat berat dunia di Swedia dan selanjutnya memilih pensiun. Namanya seolah kian hari kian tenggelam dan kini hanya dikenal sebagai pemilik bengkel las.