Brilio.net - Ketegaran Suyadi (64) mengundang kagum. Di tengah merebaknya mainan modern yang menarik, kakek dua cucu asal Semin, Gunungkidul, DIY ini masih bertahan jualan mainan tradisional berbahan bambu, seperti seruling, gasing, dan othok-othok.

Beberapa waktu lalu brilio.net menjumpainya di Jalan Kaliurang Yogyakarta. Dia berteduh dari hujan di depan warung nasi Padang. Dagangannya diletakkan di depannya sambil ditawarkan kepada orang yang melintas.

Tidur di emperan kantor, kakek ini 30 tahun jual mainan tradisional

Suyadi setiap harinya berjalan dari Malioboro menyusuri jalanan Kota Jogja sambil memikul dagangannya. "Setiap hari saya berangkat dari sana (Malioboro) karena tidurnya di sana, di emperan kantor Gubernur," katanya seraya meneguk minuman yang dibawanya.

Dia telah bertahun-tahun menjalani pekerjaan ini. Dari berjualan mainan itulah dia menghidupi seorang istri beserta 3 anaknya. "Jualan mainan seperti ini ya dari tahun 1985, dulu mainan seperti ini banyak yang minat sekarang jarang," ujarnya.

Tidur di emperan kantor, kakek ini 30 tahun jual mainan tradisional

Mengenai penghasilannya sehari, Suyadi dengan suara lirih mengatakan kalau belum tentu sehari laku. Mainan yang ia jajakan seharga Rp 10.000 itu semakin sulit diterima anak-anak sekarang. "Pemasukan ndak tentu, njenengan (kamu) tau sendiri kan anak kecil zaman sekarang mainannya apa, pokoke beda sama dulu," tambahnya.

Namun di balik seretnya penghasilan yang didapat, pria lulusan SD ini mempunyai prinsip bahwa dirinya hanya mau mencari rezeki yang halal. "Saya bisanya hanya buat mainan seperti ini, selain bertani ya cuma jualan suling sama gangsing ini," pungkasnya.