Brilio.net - Novelis Darwis'Tere Liye' sejak kemarin, Selasa (1/3), menjadi perbincangan di media sosial karena statusnya yang seakan menafikan peran tokoh HAM, komunis, pemikir sosialis, dan pendukung liberal dalam mengusir penjajah Belanda. Ternyata tak hanya di Facebook, pembahasan mengenai hal ini juga menjadi Trending Topic di Twitter. Surat terbuka yanga mengkritik Tere Liye juga banyak muncul di media sosial. Meskipun Tere Liye telah membuat klarifikasi pada Fanspage facebooknya, tetap saja hujatan para netizen masih keras kepadanya.

BACA JUGA: Ini penjelasan Tere Liye soal status yang bikin gaduh netizen

Akibat statusnya itu, Tere Liye disamakan dengan Jonru yang kerap membuat sensasi di media sosial. Bahkan, ada netizen yang menilai Jonru dan Tere Liye telah sah menjadi saudara.

Usut punya usut, tak diduga Jonru ternyata pernah juga membuat surat terbuka kepada Tere Liye. Surat bertajuk 'Surat Cinta untuk Darwis Tere Liye' diunggah di situs berbagi tulisan Kompasiana pada 15 Januari 2014. Isinya memberikan kritik dan nasihat atas tindakan Tere Liye yang memblok para netizen yang mengkritiknya.

Penasaran dengan isi surat cinta Jonru untuk Tere Liye? Berikut petikan surat cinta tersebut yang dikutip brilio.net dari situs Kompasiana, Rabu (2/3).

Surat Cinta untuk Darwis Tere Liye

Mas Darwis Tere Liye (DTL) yang baik, Maafkan bila saya sangat mencintaimu. Saya mencintaimu karena Allah, karena kita sama-sama muslim. Bukankah setiap muslim itu bersaudara dan harus saling mencintai? Surat ini saya tulis karena didorong oleh rasa cinta tersebut. Saya percaya kepada ucapan para motivator, bahwa kritik merupakan tanda cinta. Ketika ada orang mengkritikmu, itu artinya dia mencintaimu, dia peduli padamu. Jika dia tak peduli padamu, buat apa dia repot-repot 'mengurus” kamu? Lebih baik cuek saja, masa bodoh. Buat apa mengurus seseorang yang tak pernah kita pedulikan? Saya mau repot-repot menulis “surat cinta” seperti ini, saya mau repot-repot menghabiskan banyak waktu saya untuk membahas, membicarakan dan menulis tentang dirimu, justru ini merupakan pertanda bahwa saya mencintaimu, cinta terhadap sesama muslim, cinta karena Allah. Cinta yang mengisyaratkan bahwa saya akan sangat bahagia bila dirimu menjadi seorang manusia yang lebih baik dari sebelumnya.

I. Kontradiksi Karya dan Kepribadian

Saya termasuk orang yang mengagumi kamu. Memang, saya belum pernah membaca satu pun novelmu, karena belum sempat. Tapi saya pernah menonton film “Hafalan Shalat Delisa”. Itu film yang sangat bagus. Inspiratif, mengharukan. Dari film ini, saya membayangkan DTL adalah seorang pribadi yang bijaksana, dewasa dan religius. Karena itu, saya pun me-like fans page-mu. Saya sering men-share kalimat-kalimat bijak dan inspiratif yang kamu tulis di sana.

Saya sangat mengagumi kamu. Dari posting-posting di fan page-mu, saya makin percaya bahwa kamu orang yang sangat bijaksana, inspriratif, motivatif, dewasa, sangat religius.

III. Tak ada Raja di Sosial Media

Apalagi saat kita bicara tentang SOCIAL MEDIA alias socmed. Menurut para pakar, socmed adalah dunia kerumunan. Pada kerumunan, semua orang sederajat, tak ada yang namanya status sosial. Di sebuah kerumunan, presiden dan tukang becak bebas ngobrol dengan akrab. Seorang preman pasar dan pengangguran bebas mengkritik dan memberi masukan kepada seorang raja sekalipun. Demikian pula sebaliknya, sang presiden dan raja bebas menanggapi komentar si tukang becak dan si preman sesuka dia.

Memang, social media juga mengenal privasi. Karena itulah, disediakan fitur blokir. Kita bebas memblokir siapapun yang kita mau. Tentu saja, kamu sebagai seorang penulis terkenal pun tentu bebas memblokir siapapun yang kamu mau.

Namun, saya sebagai orang yang mengagumi dan mencintai kamu, sungguh merasa heran, karena kamu memblokir siapa saja yang tidak sependapat dengan kamu. Bahkan ketika ada yang orang hanya bertanya dan memberi masukan pun, dengan cara yang paling sopan pun, tetap kamu blokir.

Sikap kamu ini membuat banyak orang – termasuk saya – berpikir bahwa kamu orangnya arogan, antikritik, tidak terbuka terhadap perbedaan. Bahkan sejumlah teman menyebut kamu kekanak-kanakan. Kamu hanya ingin menjadi seorang RAJA di social media. Kamu tidak ingin ada yang mengganggu kamu di sana. Kamu bebas berbuat apapun di fan page-mu, tapi kamu mengebiri kebebasan orang lain untuk berpendapat, walau pendapat itu disampaikan dengan cara yang terbaik sekalipun.

KLIK NEXT UNTUK MELIHAT LANJUTAN SURAT CINTA JONRU INI!

2 dari 2 halaman


IV. Meneladani Akhlak Rasulullah

Duhai DTL. Sebagai seorang Muslim, kamu tentu sudah tahu bahwa Rasulullah sangat penyabar dalam menghadapi kritik. Bahkan beliau diam saja ketika kepalanya dilempar kotoran oleh seornag Yahudi. Bahkan beliau menjenguk si Yahudi ketika dia sakit. Sungguh sebuah akhlak yang sangat terpuji!

Memang, tidak mudah bagi kita untuk meneladani semua akhlak Rasulullah. Namun setidaknya, kita punya niat untuk berakhlak sebaik mungkin. Dan ini adalah salah satu tujuan saya ketika menulis surat cinta ini. Saya ingin melihat kamu menjadi pribadi yang lebih baik, yang terbuka menerima masukan dan kritik dari orang lain, yang bijaksana, yang inspiratif, pokoknya yang bagus-baguslah, seperti cerita pada novel-novel kamu yang dikagumi oleh banyak orang itu.

Saya yakin, para penggemar kamu pun pasti tidak ingin jika pengarang yang mereka kagumi, memiliki kepribadian yang bertolak belakang dengan karya-karyanya. Saya yakin mereka pasti tidak ingin hal itu terjadi.

V. Belajar dari Kritik, Caci Maki dan Bully

“Hai Jonru, kamu ini siapa sih? Kok berani-beraninya menasehati DTL?”

Saya hanya manusia biasa. Saya juga seorang manusia yang penuh dengan kekurangan. Dosa saya banyak. Aib saya pun banyak. Ketika saya menulis surat cinta seperti ini, saya yakin pada saat yang sama semua orang pun bisa menulis surat serupa dan ditujukan untuk saya.

Namun sebagai seorang muslim, saya percaya bahwa saling menasehati itu sangat baik. Terlebih bila nasehat tersebut telah kita terapkan untuk diri kita sendiri.

Saya memang manusia biasa yang pasti punya banyak kesalahan, dosa, kelemahan, keburukan, bahkan aib. Tapi mengenai keterbukaan terhadap kritik dan masukan dari pihak lain, insya Allah selama ini sudah saya terapkan. Karena sudah saya terapkan itulah, makanya saya berani memberikan nasehat seperti itu kepada DTL.

Memang, saya juga sering memblokir orang di Facebook dan Twitter. Namun yang saya blokir biasanya hanya orang-orang yang memang ngajak ribut, berdiskusi dengan kata-kata kasar dan menghina, atau mengajak debat kusir yang tak ada gunanya. Jika ada yang berbeda pendapat namun disampaikan dengan cara yang baik, insya Allah tidak akan saya blokir. Di Facebook saya bahkan terdapat sejumlah teman yang sering mengkritik saya, membantah argumen-argumen saya, namun mereka masih aman, belum jadi korban blokir saya :-)

Harus saya akui dengan jujur, bahwa saya justru sering mendapat banyak masukan berharga dari kritik bahkan cacian yang diarahkan kepada saya dari warga social media. Salah satunya adalah saat saya dibully karena mempublikasikan sebuah foto hoax. Alhamdulillah, ada banyak hikmah yang saya dapatkan dari peristiwa tersebut.

Kritikan, masukan, nasehat, bahkan bully dan caci maki sering saya dapatkan dari internet. Memang itu sangat menyakitkan. Tapi alhamdulillah, itu semua menjadi salah satu sarana bagi saya untuk memperbaiki diri, untuk belajar lebih banyak lagi, untuk berusaha menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.

Adapun dirimu Wahai DTL, saya tak bisa membayangkan bagaimana dirimu yang antikritik dan terlihat sangat tidak terbuka terhadap semua masukan dari orang-orang yang berseberangan pemikiran denganmu. Padahal sungguh Demi Allah, sebenarnya kamu akan mendapat banyak manfaat dari kritik, masukan, bahkan caci maki dan bully dari orang lain. Manfaat yang akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas dirimu. Sungguh rugi jika kamu menghindari hal yang sangat berharga seperti ini.

VI. Nasehat yang Berbalik pada Dirimu Sendiri

Duhai DTL, Kamu juga sering memberikan nasehat di fans page-mu. Nasehat yang sebenarnya kamu tujukan kepada orang lain. Tapi sayangnya, banyak sekali nasehat tersebut yang sebenarnya lebih cocok untuk ditujukan bagi dirimu sendiri.

Contohnya adalah ketika kamu menulis “Sajak Tuan & Nyonya” yang isinya menyindir parpol yang membantu korban banjir sambil membawa atribut partai. Di situ kamu menulis:

“....Dan kita juga bisa berhenti sejenak berpesta-pora Menjadikan banjir ini sebagai amunisi menyerang lawan politik....”

Sadarkah kamu, bahwa ketika menulis bait sajak seperti itu, pada saat yang sama kamu justru sedang menyerang lawan politikmu? Atau jika kamu mengaku tak berpolitik, setidaknya kamu menyerang parpol yang tidak kamu sukai. Itu artinya, bait sajak tersebut sebenarnya lebih cocok ditujukan untuk dirimu sendiri :-)

Hehehe... jangan berdalih dengan berkata, “Saya tidak menyebut nama parpol manapun.” Saya yakin, semua orang sudah tahu parpol mana yang kamu sebut. Tak usah membela diri dengan cara SOK LUGU seperti itu :-)

Contoh lain adalah ketika kamu menulis: "saya perhatikan, setiap kali saya posting tentang KPK, partai, apapun isi postingan tersebut, maka yang protes keberatan selalu saja dari simpatisan partai yang sama, padahal menyebut merk juga tidak. Ayo lapang dada."

Seorang teman berkomentar: "bang Tere nyuruh lapang dada, tapi kalau ada  orang yang tak sependapat, langsung diblokir."

Dan kamu wahai DTL, langsung menghapus komentar tersebut dan orangnya kamu blokir. Jadi ketika kamu menyuruh orang lain untuk berlapang dada, kenapa kamu justru tidak bisa berlapang dada.

Sungguh saya tak habis pikir. Kamu sering memberi nasehat, padahal kamu sendiri justru sangat perlu diberikan nasehat yang sama. Atau nasehat-nasehat tersebut memang sejak awal kamu tujukan untuk diri sendiri? Baguslah kalau begitu :-)

Surat cinta dari Jonru itu ternyata juga menimbulkan pro dan kontra. Dalam tulisan selanjutnya, Jonru mengungkapkan jika dirinya secara pribadi sudah mengirim email kepada Tere Liye untuk meminta maaf. Tere Liye pun menanggapi positif permohonan maaf itu. Yang menarik, Jonru merasa senang karena setelah surat cintanya itu, banyak kritik yang ada di Fanspage Tere Liye yang dibiarkan tanpa dihapus ataupun diblok.

Nah, setelah membaca surat cinta jonru untuk Tere Liye, bagaimana tanggapanmu?

Cek juga isi lengkap surat cinta Jonru untuk Tere Liye