Brilio.net - Tak pernah terbersit dalam benak Nita,nama samaran, perempuan berusia 30 tahun ini menjadi seorang pramuria. Mulanya dia adalah ibu rumah tangga biasa, lantaran rumah tangganya tidak harmonis dan berujung perceraian dia terpaksa mencari nafkah sendiri.

Sebagai orangtua tunggal, Nita harus memenuhi kebutuhan keluarga, apalagi dia punya seorang anak yang masih butuh banyak biaya. Ketika ditawari kerja di kafe, tanpa menaruh curiga atau berpikir negatif dia menerima tawaran tersebut. Nita hanya mengetahui, bekerja di kafe lazimnya hanya melayani makan dan minum pelanggan.

Pergi ke kota, Nita hanya membawa uang alakadarnya. Sesampainya di kota ia melihat kenyataan lain. Ternyata tempat yang dituju adalah kafe remang-remang. Lantaran tidak punya uang untuk kembali ke Pati, dia pun menyanggupi pelanggan yang menyewanya. Sejak saat itu dia merasa betapa mudahnya mencari uang."Sekali sudah melakukan itu, merasa diri ini kotor, jadi terjun sekalian," begitu aku perempuan 30 tahun ini kepada brilio.net melalui layanan bebas pulsa story telling 0-800-1-555-999, Selasa (11/11).

Ibu satu anak ini tergiur dengan tawaran bekerja di Papua, dengan penghasilan berlipat ganda. Tawaran pun dia terima. Nita berangkat ke Papua pada 2013. Sistem kerja di Jayapura memang enak, tidak terikat jadwal dan mendapat faslitas tempat tinggal. Meski demikian dia memilih sewa kamar kos di luar.

Selama satu tahun ia melakoni pekerjaan dengan lancar. Tetapi ia sadar, umur semakin bertambah dan saingan semakin banyak. Ia terpikir untuk memulai usaha jualan, sehingga perlu mencari uang lebih banyak lagi untuk modal. Gayung bersambut, ia ditawari bekerja di LSM Kesehatan sebagai penyuluh masalah kesehatan reproduksi. Di siang hari pekerjaannya memberikan penyuluhan kepada rekan pramuria, penderita HIV, bahkan pemilik kelainan seksual. Di malam hari ia melayani para hidung belang.

Hal ini berlangsung sampai akhir 2014. Semua kegiatannya terpaksa berakhir karena ulah salah seorang pelanggannya, seprang pria asal Ternate. Pria ini punya utang minuman dan makanan di kafe tempat Nita bekerja. Lantaran laki-laki ini pelangan Nita, maka pemilik kafe memaksa Nita yang membayar tagihannya. Nita pun mencari lelaki ini dan berhasil menemuinya. Namun rupanya pria ini tidak memiliki uang sepeserpun. Nita pun juga baru dua minggu di Jayapura setelah kampung, praktis juga tidak punya uang banyak. Dengan terpaksa Nita menunggu pria ini mengumpulkan uang untuk membayar utang.

Rencana Tuhan siapa yang tahu. Rupanya ketika pria ini terus mencari uang selalu mengalami kesulitan. Sehari-hari pria ini bekerja sebagai penebang pohon, tetapi kerena pohon yang biasa ditebang dilindungi dan dikuasai kepala-kepala suku jadinya susah sekali mendapatkan penghasilan. Selain itu untuk menebang pohon dibutuhkan tinggal di hutan selama paling tidak satu bulan untuk memotong-motong supaya batang kayu bisa diangkut. Sehinga setiap hendak menebang ia butuh modal dan rekan kerja.

Nita pun menjadi terlibat dalam pekerjaan pria ini, ia kerap menemani lobi-lobi ke kepala-kepala suku, bahkan turut pula menemani di hutan untuk menebang pohon. Lama-lama satu sama lain mulai mengenal dan mulai menerima. Kebersamaan mereka sampai berlangsung setengah tahun.

Akhirnya pada bulan Juli 2015 ini, Nita menikah dengan pria tersebut. Ia memutuskan untuk tidak kembali bekerja sebagai pramuria. Sejak menikah, dia selalu menolak tawaran dari para pelanggannya dulu, meski dia membutuhkan uang.

Nita bilang, suaminya termasuk orang yang sukses di kampung halaman. Dia sudah berumah tangga dan punya satu anak. Lantaran suka berfoya-foya, rumahtangganya kadas dan dia lari ke Jayapura. Dia melihat banyak perubahan positif dari pria ini, sehingga ia tidak ragu menikah lagi, meski dia sempat trauma berumahtangga. "Meskipun suami masih suka minum tapi kemana-mana selalu mengajakku jadi aku tahu kelakuannya, dan sudah percaya sama suami, kita saling percaya," timpalnya.

Keluarga di Pati, kata Nita, juga sudah mengetahui pernikahan kedua ini. Hanya saja mereka tidak mengetahui pekerjaan Nita di Papua. Dia berharap ke depannya bisa membangun keluarga yang bahagia dan bisa membahagiakan anaknya.

Cerita ini disampaikan Nita melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!