Brilio.net - Pada 23 April, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) merilis daftar negara paling bahagia di dunia tahun 2015. Dari 158 negara, Swiss berada di urutan teratas dalam daftar tersebut dengan nilai 7,5 dari 10 poin. Bagaimana dengan Indonesia?

Swiss sukses berada di puncak rangking setelah mengalahkan Islandia, Dermark, dan Norwegia yang masing-masing di urutan kedua sampai keempat. Namun perbedaan poin empat negara tersebut tidak terlalu signifikan dan semuanya diberi angka 7,5.

Sementara itu, Indonesia berada di peringkat ke-74 dengan poin 5,3. Sedangkan Malaysia dan Thailand masing berada di posisi ke-61 dan 34 dengan mengoleksi poin 5,7 dan 6,4.

Laporan tingkat kebahagiaan negara tersebut dirilis PBB setiap tahun sejak 2012. Menurut PBB, indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kebahagiaan dan kesejahteraan suatu negara adalah pembangunan ekonomi dan sosial. Laporan tersebut diharapkan bisa menjadi panduan bagi setiap pemimpin negara dalam mempertimbangkan kebahagiaan warganya setiap kali mereka membuat kebijakan.

"Laporan ini memberikan bukti tentang bagaimana untuk mencapai kesejahteraan sosial. Ini bukan soal uang saja, tetapi juga keadilan, kejujuran, serta kesehatan. Bukti di sini akan berguna untuk semua negara karena mereka mengejar tujuan pembangunan berkelanjutan," ujar Jeffrey Sachs, Direktur Earth Institute di Columbia University seperti dilansir dari livescience, Senin (27/4).

Laporan tersebut berasal dari pengumpulan data yang berlangsung sejak 2012 hingga 2015 yang melibatkan 2.000 dan 3.000 orang di masing-masing negara. Peserta diminta untuk menilai kepuasan mereka terhadap kehidupan mereka dengan skala dari 0 ke anak tangga teratas, 10, atau kehidupan yang terbaik.

Menurut para peneliti, ada enam faktor yang mempengaruhi kebahagiaan setiap negara, diantaranya tingkat produk domestik bruto (PDB), harapan hidup, kemurahan hati, dukungan sosial, kebebasan dan tingkat korupsi.

"Setelah melihat laporan nilai kebahagiaan, kita harus berinvestasi pada awal kehidupan anak-anak kita sehingga mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri, produktif dan bahagia, berkontribusi baik secara sosial maupun ekonomi," kata Richard Layard, seorang profesor di London School of Economics dan Direktur Program Kesejahteraan Sekolah.