Brilio.net - Kekeringan menjadi masalah terberat yang harus ditanggung penduduk Indonesia saat musim kemarau panjang. Bahkan karena lingkungan yang telah rusak, belum separuh musim kemarau berjalan, kekeringan sudah harus dihadapi. Terlebih daerah yang merupakan wilayah perbukitan karst seperti Gunungkidul memiliki resiko kekeringan yang sangat besar.

Salah satu cara menanggulangi kekeringan adalah dengan menanam tumbuhan-tumbuhan yang mempunyai daya serap air tinggi. Fariska Mei Anggraeni, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM GT) tahun 2013 menawarkan Karimbu sebagai solusi kemarau panjang. Karimbu yang ditawarkan Fariska merupakan solusi tumbuhan yang berupa Kaktus, Beringin, dan Bambu.

Lalu kenapa kaktus, beringin, dan bambu ditawarkan sebagai solusi?

1. Kaktus
Menurut Fariska dalam karya PKM GT tersebut, ternyata penelitian terbaru dari University of South Florida menunjukkan bahwa air murni terbaik terdapat dalam pir kaktus berduri. Para peneliti universitas tersebut melakukan percobaan dengan menyarikan getah dan menambahkan ke dalam air yang kotor karena sedimen dan bakteri. Getah mengakibatkan sedimen dan bakteri bergabung di bagian bawah dan memisahkan 98% bakteri di dalam air. Peneliti melihat komunitas di negara-negara berkembang menggunakan Kaktus pada kehidupan sehari-hari mereka. Mereka biasa merebus sepotong kaktus untuk mendapatkan getah yang kemudian ditambahkan ke dalam air.

Untuk mengatasi masalah kekeringan, kaktus dapat ditanam di depan rumah masing-masing warga. Dengan begitu apabila musim kemarau tiba dan terjadi kekeringan, kaktus dapat dimanfaatkan untuk mengolah air yang kotor menjadi air yang bersih dengan cara yang sama seperti cara yang dilakukan oleh penelitian di atas.

2. Pohon Beringin
Pohon beringin dapat menjamin pasokan air karena kemampuannya menyimpan cadangan air pada musim hujan dengan baik dan mengeluarkannya pada musim kemarau secara teratur. Pohon beringin banyak tumbuh di daerah perairan seperti pinggiran sungai. Biasanya pohon ini membuat mata air sendiri di sekitar akarnya dan ketika musim kering tiba terbukti mata air tersebut lebih tahan lama dibandingkan sungai itu sendiri.

Selain memiliki manajemen pengairan yang baik, beringin merupakan penguat lereng alami. Pohon ini dapat mencegah erosi karena akar-akarnya yang kuat dan mampu tumbuh bahkan di atas batu sekalipun. Struktur perakaran dalam dan akar lateralnya mampu mencengkram tanah dengan baik. Postur tubuhnya yang rindang membuat siapapun yang duduk di bawahnya dapat menghirup udara segar. Dedaunan dan akar gantungnya mampu mengubah karbondioksida dan timbal hitam menjadi oksigen.

3. Bambu
Bambu mempunyai fungsi yang sangat signifikan pada lingkungan untuk menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat tanah dan air. Tanaman bambu yang rapat dapat mengikat tanah pada daerah-daerah lereng, sehingga mampu mengurangi erosi, sedimentasi, dan longsor. Selain itu bambu juga merupakan salah satu tanaman yang dapat menyimpan air dan karbon, menahan kebisingan serta mempunyai nilai ekonomis.

Serumpun bambu dapat menahan air hingga 500 liter, menghasilkan oksigen di mana satu batang bambu cukup menampung cadangan untuk dua orang bernafas. Artinya, serumpun bambu mampu menampung oksigen untuk menampung 200 orang bernafas. Selain itu bambu juga dapat menyuburkan tanah dan menahan tebing.

Nah, memang dampak dari penanaman pohon-pohon tersebut tak dapat dilihat dalam jangka waktu sekejap. Tapi tetap, usaha positif yang dilakukan saat ini akan memberikan dampak positif pula ke depannya.