Brilio.net - Surga di telapak kaki ibu memang ungkapan yang sarat makna mengingat bagaimana pengorbanan, perjuangan dan rasa sakit yang dialami demi melahirkan kita ke dunia.

Pastilah setiap ibu ingin yang terbaik untuk anaknya. Agar anaknya tumbuh dengan sehat dan kuat. Namun, tak semua yang diharapkan bisa menjadi kenyataan seperti kisah Suci Amalia (27) seorang ibu dari Purwakarta, Jawa Barat.

Suci menceritakan perjuangannya melahirkan anak pertama kurang lebih dua tahun lalu. Layaknya seorang ibu pada umumnya yang menantikan kelahiran anak pertamanya, ia melakukan kontrol kandungan secara rutin dengan bidan dan dokter.

Namun di usia kandungannya yang menginjak 7 bulan mulai terlihat perubahan yang agak aneh. Beberapa bagian tubuhnya membengkak dan tak bisa kembali ke bentuk normal ketika ditekan (edema), tekanan dan gula darah yang merangkak naik dari batas normal serta setelah melalui pemeriksaan terdapat protein dalam urinenya. Menurut dokter diagnosa yang ditegakkan adalah pre-eklamsia.

Tak hanya pre-eklamsi ternyata kondisi kehamilan Suci berlanjut pada eklamsia yang ditandai adanya kejang serta rasa sakit kepala yang amat sangat. Dengan perubahan kondisi yang mendadak dan memang baru terdeteksi setelah usia kehamilan di atas 20 minggu ini, pihak medis akhirnya memutuskan untuk langsung melakukan tindakan operasi caesar karena dinilai bisa berbahaya bagi ibu dan janin sebagai efek keracunan kehamilan. Kelahiran prematur ini berakibat pada rendahnya bobot dan panjang bayi serta kekebalan sistem imun tubuhnya yang menjadi sangat rentan.

"Sedih banget rasanya liat anak saya yang berbeda dengan anak-anak lain di ruang perawatan," tutur ibu yang kini berprofesi sebagai karyawan di salah satu rumah sakit swasta Purwakarta melalui layanan bebas pulsa story telling brilio.net 0-800-1-555-999, Jumat (23/10).

Ia juga menambahkan bahwa saat itu berat bayinya hanya 1,3 kg dengan panjang sekitar 38 cm. Begitu kurus dan kecil layaknya tulang yang dibungkus dengan kulit. Suci juga khawatir apakah nanti anaknya bisa tumbuh dengan sehat karena sempat dirawat di inkubator selama 2 minggu. Setelah keluar dari rumah sakit pun berat badannya justru turun menjadi 1,2 kg sehingga Suci tak bisa melakukan inisiasi dini.

Karena kelahirannya yang prematur serta bobot yang rendah sesampainya di rumah, Altaf, nama anaknya, harus mendapatkan perawatan ekstra dengan penyinaran lampu dan setiap jam dilakukan pengecekan suhu untuk memastikan tak lebih dari 36,5 derajat celcius. "Alhamdulillah, sekarang pertumbuhan Altaf justru melebihi teman seusianya. Namun, karena sistem imunnya yang rentan ia sering dirawat dan keluar masuk rumah sakit beberapa bulan sekali karena demam disertai kejang," ungkap Suci.

Meskipun usia Altaf sudah menginjak 2 tahun, kondisi ini kemudian meninggalkan trauma tersendiri bagi Suci. Ditambah lagi adanya faktor risiko untuk kembali terulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya.

Sebagai ibu yang pernah mengalami eklamsi, Suci berpesan kepada ibu-ibu hamil di luar sana agar lebih memperhatikan setiap perubahan yang terjadi dan segera konsultasi dengan dokter jika dirasa ada kejanggalan selama kehamilan.

Cerita ini disampaikan oleh Suci Amalia melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu.