Brilio.net - Bicara kebiasaan nongkrong tampaknya kurang afdol kalau tidak mengulas keberadaan convenience store yang satu ini, 7-Eleven. Maklum  bisa dikatakan convenience store yang biasa disebut Sevel ini sebagai pelopor tempat nongkrong di perkotaan.

Sebelum jadi tempat nongkrong, Sevel di Indonesia sejatinya adalah gerai cuci foto Fuji Image Plaza yang berada di bawah perusahaan PT Modern Putra Indonesia. Berkembangnya teknologi digital telah mengubah bisnis PT Modern Putra Indonesia. Bisnis cuci foto Fuji Image merosot drastis.

Tahun 2000 merupakan masa-masa terakhir kejayaan Fuji Image Plaza di mana masih mengantongi pendapatan sekitar Rp 3 triliun. Namun setelah itu, pendapatan melorot drastis hanya Rp 200 miliar saja.

Melihat kenyataan ini, Henri Honoris selaku pimpinan PT Modern Putra Indonesia harus putar otak. Dia pun mesti merestrukturisasi bisnis, menutup toko dan mengurangi karyawan. Henri yang saat itu berada di luar negeri memutuskan kembali ke Indonesia.

Pada 2006 dia memutuskan mencari bisnis baru. Saat itulah dia melihat 7-Eleven yang belum ada di Indonesia. Tapi bukan perkara mudah untuk mendapatkan lisensi dari pemilik perusahaan yang berbasis di Dallas, Amerika Serikat ini agar mau membuka cabang di Indonesia.

Apalagi, saat itu Indonesia belum dilirik oleh Sevel. Tapi, Henri tak patah semangat. Berulang kali dia meyakinkan pemilik Sevel agar mau memberikan lisensi kepadanya. Berulang kali pula dia mendapat penolakan. Butuh waktu dua tahun hingga akhirnya Henri mendapatkan peluang untuk bisa membuka Sevel di Indonesia.   

Hingga akhirnya pada akhir 2009, Henri mendapat lisensi master franchisee ke-18 untuk Sevel. Setelah mendapat lisensi tersebut, Henri langsung membuktikan bahwa Sevel bisa sukses di Indonesia. Apalagi, konsep yang ditawarkan Sevel di Indonesia sangat berbeda dengan Sevel di negeri asalnya atau di negara lain.  

Di luar negeri Sevel hanya menawarkan barang-barang kebutuhan pokok semata. Sementara di Indonesia, Sevel menyajikan makanan dan minuman siap saji. Tak heran jika kini hampir semua gerai Sevel selalu padat dikunjungi, baik siang maupun malam.

“Ini adalah konsep baru nongkrong,” kata Oka Dharmawan, 21, seorang mahasiswa teknik di Jakarta yang hampir setiap malam mendatangi gerai yang mengusung warna hijau oranye ini untuk mendapatkan fasilitas hot spot hanya dengan membeli segelas minuman.

Konsep Sevel sejatinya muncul dari kebiasaan nongkrong  yang sudah sejak lama dilakoni masyarakat Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang cepat ternyata mendatangkan perubahan sosial, khususnya di kalangan muda.

“Orang-orang masih ingin berbicara tentang kehidupan mereka. Mereka suka bergosip,” kata Henri, Presiden Direktur Modern Putra. “Sekarang kita memberi mereka alternatif. Ini adalah warung dengan kualitas yang lebih baik.”

Strategi waralaba yang dikolaborasi dengan supermarket kecil yang menawarkan konsep langsung menikmati produk yang dibeli dengan menyediakan tempat, rupanya menarik pelanggan. Malah bagi beberapa pelanggan, tempat nongkrong ini menjadi ruang rekreasi di alam terbuka. Selain itu banyak di antara pelanggan yang sebenarnya kesal dengan kemacetan lalu lintas yang sering membatasi mobilitas.

“Lingkungan 7-Eleven telah menjadi tempat rekreasi,” kata Debnath Guharoy, Direktur Asia untuk Roy Morgan Research, sebuah perusahaan riset pasar yang berbasis di Australia.

Menariknya, di Indonesia, Sevel memiliki lebih dari 57.000 pengikut Twitter dan lebih dari 44.000 penggemar Facebook. Banyak dari mereka menghabiskan berjam-jam berselancar di internet di Sevel.

Pola layanan 24 jam memungkinkan anak-anak muda berkumpul hingga larut malam.