Brilio.net - Sadar atau tidak, dalam keseharian kamu akan sering bersinggungan atau bahkan menggunakan produk-produk asing. Misalnya saja jejaring sosial Facebook, Twitter, atau Path. Kamu mungkin nggak bisa lepas dengan namanya instan messenger, seperti WhatsApp, BBM, atau LINE. Betul nggak?

Dengan mengakses Facebook atau menggunakan WhatsApp, itu artinya kamu juga turut mensukseskan social media dan layanan pesan instan tersebut. Padahal, bangsa Indonesia sebenarnya sudah memiliki banyak jejaring sosial dan aplikasi serupa yang kini mati suri karena minimnya jumlah penggunanya. Di antara contoh situs jejaraing sosial lokal adalah kwikku.com, sedangkan layanan pesan instan sseperti zohib.com.

Hal itu sangat bertolak belakang dengan fakta bahwa negara Indonesia mempunyai populasi penduduk mencapai 250 juta jiwa. Bahkan menurut founder Futurepreneur.id, James Tomasouw, sektor IT menjadi penyumbang defisit negara kedua terbesar. Pasalnya, masyarakat lebih gemar mengakses konten asing seperti Facebook dan WhatsApps. "Mengapa Facebook itu digratiskan? Karena agar bisa mendapatkan data kita," ujarnya dalam acara roadshow Futurepreneur.id dengan tema Bangun Kemandirian Teknologi Informasi Bangsa di Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Selasa (26/5).

Data tersebut, menurut James, akan "dijual" untuk mendapatkan iklan. Dari iklan itu, perusahaan akan mendapatkan pemasukan dan keuntungan. Oleh sebab itu, melalui program Futurepreneur.id, James mengajak generasi muda untuk lebih mencintai konten lokal seperti animasi, aplikasi dan social media. Cara tersebut diyakini dapat membuat perekonomian bangsa Indonesia meningkat hingga suatu saat nanti Indonesia semakin mandiri dan tidak bergantung pada konten asing yang sudah sejak lama mengincar pasar Indonesia.