Brilio.net - Perbedaan sarana dan fasilitas pendidikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, terutama wilayah pelosok, pedalaman atau perbatasan di Indonesia masih menjadi masalah yang tak kunjung selesai. Jika melihat kenyataan itu, rasanya ingin segera bergerak membantu menyelesaikan.

Berawal dari masalah itu, Jemi Ngadiono, sosok yang peduli dengan problem sosial itu membentuk komunitas. Namanya 1000_Guru Traveling and Teaching. Tujuannya, mengajak setiap orang yang terpanggil hatinya untuk sama-sama menyelesaikan masalah tersebut.

Sejak awal berdiri, hingga kini memasuki usia yang ke-3 tahun, respons terhadap komunitas ini sungguh luar biasa. Komunitas 1000_Guru ini sudah menggerakan banyak nurani masyarakat Indonesia, hingga akhirnya kini komunitas ini ada di berbagai wilayah, mulai dari Jawa, Kupang, Pontianak, Makasar, Palembang hingga Medan dan Lampung.

Komunitas ini mengajak semua kalangan anak muda dari berbagai latar belakang profesi untuk mengunjungi tempat-tempat yang indah dan unik di negeri ini, dan disertai dengan kegiatan sosial seperti berbagi ilmu pengetahuan dan alat penunjang pendidikan dengan anak-anak pedalaman dan perbatasan dengan durasi yang sangat pendek sekitar tiga hari, mulai dari Jumat hingga Minggu.

Sandi, kordinator pengurus 1000_Guru regional Yogyakarta mengatakan, masalah pendidikan di pedalaman atau perbatasan adalah kebutuhan yang sangat mahal. Gedung sekolah memang baik, tapi kualitas pendidikan sangatlah berbeda dengan pendidikan kota besar lainnya di negeri ini.

Peserta kegiatan traveling and teaching tidak hanya untuk mahasiswa jurusan pendidikan, justru kami menginginkan pengajar yang kami kirim berasal dari background pendidikan yang berbeda-beda, tuturnya kepada brilio.net.

Prihatin pendidikan di pelosok, komunitas ini galang sukarelawan, top!
Kini program 1000_Guru Traveling and Teaching yang dibuka setiap akhir bulan sepanjang tahun ini, selalu kebanjiran peminat. Bahkan Sandi mengatakan suatu ketika dirinya bersama tim membuka pendaftaran untuk mengajar di wilayah pelosok di Yogyakarta.

Dari 30 pengajar yang dibutuhkan, dalam tiga hari saja sudah 200 orang yang sudah mendaftar. Sandi bersama tim terpaksa harus menolak ratusan pelamar lain.

Ternyata masih banyak generasi muda Indonesia yang peduli dan serius ingin membantu mengentaskan masalah pendidikan yang tidak merata di negeri ini. Padahal para pelamar harus menanggung biaya operasional dan transportnya sendiri selama mengikui kegiatan 1000_Guru Traveling and Teaching ini, pungkas Sandi.

Prihatin pendidikan di pelosok, komunitas ini galang sukarelawan, top!