Brilio.net - Hanafi tak menyangka kalau bisnis kafe yang dia kembangkan bisa sebesar sekarang. Bermula dari hobi nongkrong di kafe, dia sukses mendirikan 2 kafe di Yogyakarta. Bahkan, dari satu kafe saja, pria asal Madura ini bisa meraup omzet Rp 5 juta dalam 24 jam.

Semasa kuliah sekitar 4 tahun, Hanafi memang banyak menghabiskan waktunya di Kafe Blandongan. Dari situ, dia belajar banyak soal kopi. "Saya belajar banyak dari Cak Badrun," katanya saat ditemui brilio.net, Kamis, (26/3) malam.

Namun, karena Kafe Blandongan sudah mulai penuh, dia kemudian diminta oleh rekan-rekannya untuk membuka kafe sendiri. "Desember 2005, saya membuka kafe mini berukuran 3x5 meter di trotoar. Saat opening, yang datang sekitar 120 orang," ujarnya.

Kafe sederhana milik Hanafi makin berkembang. Pengunjungnya pun semakin membludak. Pada suatu ketika, dia terpaksa pindah ke lokasi baru karena lapaknya sudah memenuhi jalan. "Kafe ini dipaksa besar karena penggusuran," ujarnya sambil tertawa.

Pada tahun 2008, Alumni UIN Yogyakarta ini memindahkan kafenya di Jalan Selokan Mataram, Sleman. Kini kafe yang bernama Mato Kopi itu memiliki 20 karyawan. "Semuanya dari Madura. Jadi saya mengajak mereka untuk membesarkan kafe ini," kata bapak tiga anak ini.

Dalam sehari semalam, pengunjung yang datang ke Mato Kopi bisa mencapai lebih dari 250 orang. "Hampir 90% mahasiswa, sisanya karyawan," kata pria yang juga menggeluti hobi batu akik dan burung ini.

Yang paling dibanggakannya, Mato Kopi bisa meraih omzet Rp 5 juta dengan keuntungan sekitar 20%. "Kalau di sini, saya tidak pernah membatasi karyawan. Mereka saya biarkan makan sepuasnya. Yang penting mereka nyaman bekerja," imbuh Hanafi.

Selain Mato Kopi, Hanafi juga mempunyai satu kafe lagi, yaitu Cangkir Jawa yang tak kalah sukses dari kafe sebelumnya.