Brilio.net - Kasus diskriminasi wanita yang menggunakan hijab masih sering terjadi di negara-negara Barat. Tak sedikit hijabers yang mendapatkan perlakukan tak mengenakan seperti pelecehan saat berjalan di pusat kota atau naik transportasi umum hanya karena memakai jilbab. Seperti kejadian yang pernah dialami oleh Rana Abdelhamid.

Saat itu usia Rana Abdelhamid masih 16 tahun, ketika seorang pria menyerangnya saat ia tengah berjalan di New York, Amerika Serikat. Jilbab yang ia pakai berusaha dilepas paksa oleh pria tak dikenal itu. Berangkat dari pengalamannya yang pernah diserang karena istilah ketakutan dengan adanya Islam, Islamophobia, kini Abdelhamid membentuk sebuah komunitas untuk membantu para wanita khususnya muslimah agar bisa mengembangkan diri mereka demi melawan Islamophobia.

Pernah jadi korban, wanita ini perangi Islamophobia di AS, top!

"Banyak orang Amerika yang tidak tahu tentang Islam sehingga sebagian besar informasi yang mereka dapatkan tentang Muslim Amerika berasal dari berita atau tragedi mengerikan atas nama Islam. Untuk mengubah stereotipe negatif itu kita harus membuat gerakan," jelas perempuan yang kini berusia 22 tahun tersebut seperti dilansir brilio.net dari Bustle, Senin (4/1).

Abdelhamid kemudian mendirikan Women’s Initiative for Self-Empowerment (WISE) yang menawarkan program pengembangan diri, pelatihan bela diri, kepemimpinan, dan bagaimana menjadi seorang entrepreneur sukses. Lewat forum ini, Abdelhamid ingin mengajak kepada seluruh muslimah Amerika Serikat dan Eropa untuk membahas isu marjinalisasi yang dialami mereka dan tak takut dengan Islamophobia dengan menggunakan jilbab.

Pernah jadi korban, wanita ini perangi Islamophobia di AS, top!

Wanita lulusan Vermont's Middlebury College itu memiliki kemampuan bela diri karate dan pemegang sabuk hitam. Oleh sebab itu, ia ingin berbagi ilmunya khususnya pada para hijabers agar tidak lagi menjadi korban bullying para Islamophobia. Selain bela diri, perempuan yang mengambil gelar masternya di Harvard Kennedy School of Government di bidang kebijakan publik itu ingin mengajarkan wanita muslim lainnya berbisnis agar tidak selalu diremehkan.

Saat menjadi relawan di beberapa rumah penampungan, Abdelhamid melihat bahwa masih banyak wanita muslim yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga karena tidak bekerja dan berpendidikan tinggi. Hal ini menginspirasi Abdelhamid untuk memberikan ilmu kewirausahaan dan pelatihan kepemimpinan untuk setiap wanita yang bergabung ke dalam WISE.

"Aku ingin memberikan keterampilan menjadi seseorang yang profesional dan bisa memimpin untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka," ujarnya.

Pernah jadi korban, wanita ini perangi Islamophobia di AS, top!

Cara ini diharapkan Abdelhamid juga bisa menghapus stereotipe negatif tentang wanita berhijab di Amerika dan Eropa. Hijab bukanlah tanda penindasan tapi juga bisa sukses dalam bidangnya. Baginya, jilbab adalah ekspresi iman dan pernyataan feminis.

Di negara di mana sentimen anti-Islam tinggi, penting untuk diingat bahwa umat Islam sering hidup dalam ketakutan. Upaya Abdelhamid untuk meminimalkan ketakutan ini juga diharapkan dapat memberikan wanita kemampuan untuk melindungi diri mereka sendiri dan mencapai kehidupan yang mereka inginkan adalah terpuji.