Brilio.net - Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka

Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap sedia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap sedia
Membela negara kita

Setiap tanggal 17 Agustus, lirik lagu di atas menjadi sering dikumandangkan. Bahkan beberapa hari sebelumnya sudah banyak terdengar lagu itu dinyanyikan. Lagu yang berjudul Hari Merdeka itu menjadi lagu wajib yang dinyanyikan saat peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Nah, ingatkah atau bahkan tahukah kamu dengan pencipta lagu tersebut? Yakin deh, hanya segelintir orang saja yang tahu siapa pengarang lagu tersebut.

Dikutip brilio.net dari berbagai sumber, Jumat (14/8), pencipta lagu Hari Merdeka bernama H. M. Husein Mutahar atau lebih biasa disebut H. Mutahar. Ia merupakan seorang habaib yang dilahirkan di Semarang, 5 Agustus 1916.

Mutahar memulai sekolah di Europese Lagere School (ELS), dilanjutkan dengan sekolah Meer Uitgebreid Lager Ondewwijs (MULO) setingkat SMP di Semarang. Setelah itu ia melanjutkan Algemeen Midelbare School(AMS) setingkat SMA dengan memilih jurusan Sastra Timur, khusus bahasa Melayu, di Yogyakarta.

Lulus dari sekolah itu, ia mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada, Jurusan Hukum merangkap Jurusan Sastra Timur.

H. Mutahar juga aktif di gerakan kepanduan Indonesia. H. Mutahar juga merupakan sosok di balik penciptaan lagu Hymne Pramuka. Namanya juga terkait dalam pendirian dan pembinaan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), tim yang beranggotakan pelajar dari berbagai penjuru Indonesia yang bertugas mengibarkan Bendera Pusaka dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI.

H. Mutahar tidak menikah, namun mempunyai 8 anak angkat, 6 laki-laki dan 2 perempuan. Dari anak-anak tersebut, H. Mutahar mempunyai 15 orang cucu. Dalam riwayat karirnya, H.Mutahar pernah menjadi Duta Besar RI di Vatikan. Ia juga pernah menjadi ajudan presiden dan sekretaris panglima Angkatan Laut RI.

Jauh sebelumnya, pada tahun 1943-1948, H. Mutahar menjadi pegawai Rikuyu Sokyoku atau Jawatan Kereta Api Jawa Tengah Utara di Semarang.

H. Mutahar meninggal dunia pada 9 Juni 2014 di Jakarta saat usianya hampir 88 tahun akibat sakit tua. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Jeruk Purut, Jakarta Selatan.