Brilio.net - Suku Dayak yang merupakan penduduk asli Pulau Kalimantan, ternyata memiliki asal usul yang masih dipengaruhi oleh penduduk luar pulau ini. Disebutkan dalam buku Kerajaan Kutai Kartanegara karangan Syaukani Hasan Rais yang dikutip brilio.net pada Selasa (28/7), menurut Mikhail Coomans, nenek moyang penduduk Kutai Kartanegara berasal dari daratan Asia yang kini disebut propinsi Yunan, China selatan.

Para nenek moyang ini merupakan kelompok-kelompok kecil pengembara yang berhasil sampai di Pulau Kaliimantan, namun masing-masing menempuh rute dan waktu yang berbeda. Suku Dayak ini dibedakan oleh Coomans menjadi dua wilayah, pertama wilayah Kalimantan selatan dan tengah, sedangkan wilayah kedua adalah Kalimantan barat, utara, dan timur.

"Diperkirakan Suku Dayak yang kini tinggal di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah memiliki rute perjalanan lewat Indo China (Vietnam), Semenanjung Malaya (Malaysia), Sumatera, kemudian menyeberangi Selat Karimata menuju Kalimantan Tengah dan Selatan," tulis Syaukani. Sedangkan suku Dayak yang tersebar di Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur, menempuh rute Provinsi Hainan, Taiwan, Filipina, menyeberangi Laut China Selatan dan menuju tiga provinsi tersebut.

Pembedaan ini dapat dilihat dari sisi antropologis dari Suku Dayak di kedua wilayah tersebut. Suku Dayak Murut yang mendiami Kalimantan bagian utara memiliki budaya dan sistem irigasi yang beda dengan mereka yang mendiami Kalimantan bagian selatan dan tengah.

Imigrasi diperkiran terjadi antara tahun 3000-1500 SM. Masa itu merupakan zaman glasial di mana es di kutub utara dan selatan belum mencair sehingga selat-selat sempit yang kedalamannya kurang dari 100 meter masih belum terbentuk dan masih berupa daratan yang bersambungan. Maka, cukup dengan perahu kecil mereka akan mampu menyeberangi Selat Karimata dan Laut China Selatan yang tidak begitu luas.

Keane menyebutkan, para imigran tersebut merupakan ras Kaukasoid dan Mongoloid. FR Ukur mengelompokkan penduduk Kalimantan ini menjadi dua, yaitu Suku Dayak yang tinggal di hulu sungai masuk dalam ras Deotro dan Suku Kutai yang mendiami hilir sungai masuk dalam kelompok ras Proto Melayu.

Syaukani menyimpulkan, pengelompokan Suku Dayak di hulu sungai dan Suku Kutai di hilir sungai bersifat sosioreligius, bukanlah geneologis. Mereka awalnya berasal dari ras yang sama yaitu Deotro Melayu, namun Suku Kutai banyak terpengaruh oleh ras Proto Melayu (Banjar, Bugis, dan Jawa), maka suku ini lebih suka dikelompokkan sebagai Proto Melayu.

Ras Proto Melayu mengidentikkan Dayak sebagai orang-orang pedalaman yang tidak beragama Islam dan Kutai diidentikkan dengan penduduk Proto Melayu yang beramaga Islam. Sedangkan orang Dayak menyebut orang Islam sebagai "haloq" yang berarti orang asing, karena dianggap telah keluar dari kepercayaan adat nenek moyang. Orag Kutai cenderung enggan disebut orang Dayak, sebab mereka beragama Islam.