Brilio.net - Bagi kamu yang pernah mengalami ban bocor saat berkendara di jalan, pasti ini jadi suatu pengalaman yang tidak mengenakkan. Apalagi jika kejadian ini dialami jauh dari tukang tambal ban, maupun pada waktu malam hari di mana kebanyakan tukang tambal ban sudah tutup. Sangat menyusahkan. Makanya, bagi pengendara, tukang tambal ban bak 'dewa penyelamat' saat mengalami ban bocor. Nah, di Joga ada tukang tambal ban istimewa karena dia melayani panggilan 24 jam. Sosok mulia itu Kasturi, namanya.

Siang itu, Senin (30/3), meski terik matahari begitu menyengat tapi tak membuat Kasturi (41) loyo. Tangannya yang cekatan mencari bagian ban motor yang bocor. Setelah menemukan titiknya, ia langsung melakukan beberapa tindakan untuk menambal kebocoran ban itu.

Siang itu ia menambal ban di Jalan Tamansiswa Yogyakarta, sekitar 1 km dari rumahnya. Sudah sekitar 1 tahun ia menekuni usaha jasa tambal ban panggilan. Ia siap melayani orang yang ban motornya bocor 24 jam. Saat tengah lelap tertidur tiba-tiba ada yang minta tolong, ia pun tak pernah menolaknya.

Mulianya Kasturi, penambal ban keliling yang rela tak dibayar

Satu tahun lalu motor yang ia pakai itu belum selengkap sekarang. Kasturi melengkapi berbagai kebutuhan tambal ban secara bertahap. Bahkan ia menyebut kalau beberapa barang juga dibelikan oleh orang yang ia tolong. "Dongkrak mobil ini ya dulunya ada dikasih orang. Begitu juga dengan boks tempat peralatan ini, dulunya saya pakai magic com yang saya modifikasi sebagai tempat peralatan," terangnya kepada brilio.net sambil menunjuk benda dari plastik yang ada di belakang motornya.

Ia tak pernah mematok biaya penambalan. Berapapun uang yang diberi selalu ia terima. Tengah malam pun ia tak memasang tarif tinggi. Kasturi bercerita bahwa ia pernah juga tak dibayar.

Mulianya Kasturi, penambal ban keliling yang rela tak dibayar

Suatu ketika saat tengah malam, HP-nya tiba-tiba berdering. Ada seorang yang mengaku mahasiswa Semarang minta tolong, ban motornya bocor di jalan arah Kopeng, Salatiga. Hati nuraninya seakan tak mau menolak. Ia pun mengiyakan permintaan itu asal mau menunggu. Jarak yang cukup jauh tak membuatnya mundur, padahal bisa jadi itu dibohongi karena jarak yang jauh dari Jogja.

Ia pun mencari posisi keberadaan orang yang menghubunginya itu. Dengan bantuan GPS yang ada di HP akhirnya ia berhasil menemukan.

Selesai menambal, mahasiswa Semarang itu bilang kalau hanya punya uang Rp 50 ribu. Melihat mahasiswa itu, ia kasihan dan akhirnya ia pun menyuruh mahasiswa itu membawa lagi uangnya untuk jaga-jaga di jalan. Untuk pembayaran, kata Kasturi, bisa kapan-kapan kalau ia sedang ke Jogja.

Begitulah, ia tak mempermasalakan karena memang niat Kasturi menolong orang. Padahal kalau dihitung-hitung biaya perjalanan Kasturi untuk sampai di sana juga tak sedikit. "Esok harinya saat mahasiswa itu sampai di Semarang, mahasiswa tadi SMS mengucapkan terima kasih," kata Kasturi sambil tertawa.