Brilio.net - Perayaan Hari Guru Nasional pada 25 November setiap tahunnya tak pernah bisa dilepaskan dengan lagu Hymne Guru. Lagu yang melekat pada setiap anak Indonesia sedari kecil itu diciptakan oleh Sartono, guru musik SMP swasta di Madiun.

Pada tahun 1980, Sartono tak sengaja mengetahui sayembara lagu Hymne Guru itu di sebuah surat kabar. Ia yang juga berprofesi sebagai seniman itu lalu membuat lagu dan mengirimkannya. Keterbatasan alat musik saat itu membuat Sartono menciptakan lagu itu dengan siulan mulut. Tak disangka, lagunya yang berjudul Pahlawan Tanpa Tanda Jasa itu langsung terpilih untuk dijadikan lagu Hymne Guru yang masih sering dinyanyikan hingga sekarang.

Tapi, meskipun lagunya menjadi lagu nasional yang selalu dinyanyikan pada Hari Guru Nasional, Sartono tetap hidup dalam kesederhanaan. Tak ada kesan mewah di rumahnya di Jalan Halmahera 98, Madiun.

Imam Ghazali (21), mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang sempat mengunjungi Sartono dan Damiyati (istrinya), bercerita kepada brilio.net bahwa untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari keluarganya harus mengandalkan uang dari hasil penyewaan alat musik tradisional yang ia punya. Selain itu, Damiyati juga masih mengandalkan undangan pentas dalam event kesenian yang tak tentu adanya.

Karena hanya hidup berdua, maka saat Damiyati sedang ada job maupun acara keluar, maka Sartono akan dititipkan ke tetangga ataupun saudaranya.

Mengenang Sartono pencipta Hymne Guru, sosok sederhana yang melegenda

"Karena faktor usia, Pak Sartono sudah pikun. Untuk memakai baju juga harus dibantu oleh istrinya. Beruntung istrinya masih sehat, jadi bisa melayani Pak Sartono dengan baik," kata Imam bercerita kala itu.

Baca: Nasib pencipta lagu Hymne Guru, untuk memakai baju saja harus dibantu

Selain kurang mendapat perhatian dari pemerintah, ternyata lirik asli Hymne Guru telah mengalami perubahan. Perubahan lirik lagu Hymne Guru pada kalimat terakhir telah disepakati dan ditandatangani pada tanggal 27 November 2007, disaksikan oleh Dirjen PMPTK Depdiknas dan ketua pengurus besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Hal itu juga diperkuat dengan surat edaran Persatuan Guru Republik Indonesia Nomor 447/Um/PB/XIX/2007 tanggal 27 November 2007.

Pergantian itu terjadi pada lirik terakhir lagu Hymne Guru. Lirik terakhir lagu tersebut berganti dari yang awalnya 'tanpa tanda jasa' berubah menjadi 'pembangun insan cendekia'. Tapi meski telah berganti, nampaknya banyak orang yang masih tetap nyaman menggunakan lirik lama ciptaan Sartono.

Sartono yang lahir 29 Mei 1936 ini akhirnya tutup usia pada 1 November 2015 lalu pukul 12.50 WIB, tepat 25 hari sebelum perayaan Hari Guru Nasional 2015. Pria 79 tahun itu mengembuskan napas terakhir saat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun Jawa Timur karena mengalami komplikasi di antaranya gejala stroke, sakit jantung, kencing manis, dan penyumbatan darah di otak.

Mengenang Sartono pencipta Hymne Guru, sosok sederhana yang melegenda

Sartono sebelumnya sempat terjatuh dari ranjang di kamarnya pada pertengahan Oktober lalu. Selang dua hari, dia tidak mau makan dan merasakan nyeri di lengan kirinya. Karena gejala semakin memburuk, pihak keluarga membawanya ke rumah sakit setempat pada Selasa, 20 Oktober 2015.

Sartono memang benar-benar merepresentasikan guru yang tanpa tanda jasa. Ia tak pernah meminta untuk dibalas jasanya yang telah menciptakan lagu Hymne Guru. Maka pantaslah jika Sartono jadi salah satu tokoh yang dikenang dalam peringatan Hari Guru Nasional 2015 ini.

Nah, berikut lagu Hymne Guru versi asli Sartono:



Sekali lagi, selamat jalan untuk Pak Sartono sang legenda. Karyamu akan selalu dikenang sepanjang masa.