Brilio.net - Karies atau kerak gigi merupakan salah satu penyakit yang timbul akibat infeksi yang terjadi pada struktur gigi. Karies menjadi permasalahan gigi yang hampir diderita oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik itu orang dewasa maupun anak-anak. Kepedulian masyarakat terhadap karies memang terbilang masih minim.

Pengobatan karies dapat dilakukan dengan cream remineralisasi gigi yang dijual di apotek ataupun melalui konsultasi dengan dokter gigi. Namun, harga dari cream remineralisasi gigi komersial di pasaran tergolong cukup mahal dan sulit dijangkau untuk masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

Lima orang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) memberikan terobosan baru untuk permasalahan pengobatan karies tersebut. Adalah Firas Khoirunnisa, Navilatul Ula, Alfiani Kurnia, Mulya Fitranda AR dan Noyra Arya Sandi, serta Indra Bramanti selaku dosen pembimbing mereka. Terobosan baru itu diberi nama "Gavadent: Terobosan cream kombinasi ekstrak stroberi (Fragaria Anannasa) nanomaterial Ca dan P dari limbah cangkang telur ayam (Gallus gallus bankiva) sebagai antibakteri dan akselerator remineralisasi gigi".

"Sebenarnya cream seperti ini sudah ada dipasaran. Salah satu produknya itu toothmousse. Hanya saja harganya masih relatif mahal, nah dengan gavadent harganya lebih terjangkau," ucap Firas kepada brilio.net, Rabu (3/6).

Produk ini menggunakan limbah cangkang telur ayam dikarenakan cangkang telur banyak mengandung kalsium fosfat. Kalisum fosfat merupakan salah satu bagian dari akselator remineralisasi gigi. Selain itu juga menggabungkan dengan ekstrak stoberi sebagai antibakteri.

Penelitian tersebut dilakukan dengan mengubah cangkang telur menjadi serbuk nanomaterial CaO dan kemudian dikombinasikan dengan ekstrak stroberi yang telah diuji antibakteri sebelumnya. Setelah diperoleh konsentrasi yang tepat kemudian mereka melakukan pengujian-pengujian yang lainnya. "Manfaat cream kami dapat dirasakan dalam bidang biomedis terutama dalam bidang kedokteran gigi untuk menurunkan prevalensi karies di Indonesia," lanjut Firas.

Meski banyak mengalami kendala, namun nyatanya lima mahasiswa ini mampu mewujudkan terobosan tersebut. Membanggakan!