Brilio.net - Proyek kereta api cepat Indonesia yang diwacanakan sekelas shinkansen, dengan kecepatan 300 kilometer per jam akan melayani rute Jakarta-Bandung. Menggunakan kereta cepat tersebut waktu tempuh perjalanan dari dua hingga tiga jam dapat dipangkas menjadi sekitar 34 menit.

Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan bahwa proyek KA supercepat tak akan menggunakan uang sepeserpun dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Pasalnya kereta api supercepat bukanlah prioritas pemerintah saat ini sehingga proyek tersebut diberikan kepada pihak swasta.

Koran Jepang bilang Indonesia lebih utamakan uang daripada teknologi


 
Dalam proyek ini sudah ada dua negara yang melakukan studi kelayakan, yaitu Jepang dan Tiongkok. Jepang dalam proposalnya kepada pemerintah Indonesia menawarkan investasi Proyek High Speed Train (HSR) Shinkansen E5 senilai Rp 87 triliun. Sedangkan Tiongkok CRH380A sekitar Rp 78 triliun. Belakangan diketahui bahwa Tiongkoklah yang lebih dipilih pemerintah.

Jumat (2/9), Menteri Transportasi Jepang, Akihiro Ota mengadakan konferensi pers bersama wartawan di kantornya di Tokyo. Akihiro mengaku sangat menyesal dengan keputusan Indonesia yang menyerahkan proyek kereta cepat (shinkansen) kepada Tiongkok.

Banyak masyarakat menilai keputusan memilih Tiongkok sebagai pemegang proyek cukup mengkhawatirkan, pasalnya Jepang dinilai lebih berkompeten dengan teknologi tersebut. Sebagaimana diketahui, Jepang sudah sekitar 50 tahun mengerjakan shinkansen dan dalam 50 tahun tersebut tidak ada satu pun kecelakaan apalagi korban meninggal dunia.

Sebuah koran di Jepang, Sabtu (3/10) bahkan sampai mengulas tentang dipilihnya Tiongkok untuk proyek shinkansen Indonesia dengan judul yang cukup bikin nyinyir. "Indonesia lebih memilih uang daripada teknologi."

Koran Jepang bilang Indonesia lebih utamakan uang daripada teknologi

Foto koran Jepang yang juga menampilkan wajar menteri BUMN, Rini Soemarno tersebut kemudian diunggah Vincentius Uegaki, salah seorang warga asal Jambi, Indonesia yang saat ini hidup di Jepang  melalui akun jejaring sosialnya.

"Tampaknya pemerintah lebih memilih cost yang murah dibandingkan dengan teknologi dan keselamatan," kata Vincentius. Foto unggahannya tersebut pun kemudian ramai dibagikan hingga 5.000 kali oleh netizen yang menganggap benar terkait perkataan Vincentius.

"Padahal kan, Jepang sudah 50 tahun mengerjakan shinkansen tanpa ada cacat dan tak satu pun yang meninggal," pungkas Vincentius kepada brilio.net, Senin (5/10).