Brilio.net - Tali asih yang diberikan Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti kepada keluarga korban tragedi bom Sarinah, Sugito sangat mengharukan. Momen ini bagi mereka bukan hanya pemberian bantuan, namun juga menjawab rumor yang sempat beredar di tengah masyarakat yang menyebutkan Sugito sebagai salah satu terduga teroris.

Sementara itu istri almarhum Sugito, Eni Sulatri menyebutkan suaminya merupakan sosok yang tidak pernah neko-neko. Dia merupakan suami, bapak serta kakek yang sangat menyayangi dan bertanggung jawab kepada keluarga. Bapak tiga anak itu bekerja sebagai kurir PT Fajar Indah Cakra Cemerlang.

"Beliau memang biasa mengantarkan surat dan kartu kredit di sekitar Jakarta Pusat, termasuk sekitar Sarinah," kata Eni.

Eni menambahkan, setiap hari Sugito berangkat kerja pukul 03.30 WIB dan pulang ke rumah di Kawarang Jawa Barat sekitar pukul 15.30 WIB. Pertemuan terakhir Eni dengan suaminya terjadi pada Kamis dini hari, saat Sugito akan berangkat bekerja. Tidak ada pesan khusus yang disampaikan Sugito.

"Beliau tidak pernah pindah kerja. Beliau bekerja menjadi karyawan di perusahaan yang sama sekitar 22 tahun, sejak lulus SMA," kenang Eni.

Saat menghadiri pemberian tali asih oleh Kapolri, Eni ditemani oleh ketiga anaknya. Menurut Ratih Egi Sujadi (21 tahun), anak pertama Sugito, ayahnya merupakan sosok yang hangat.

"Beliau sangat sayang kepada anak saya. Beliau juga tidak pernah perhitungan dengan keluarga," kata Ratih.

Ratih mengaku bertemu terakhir dengan Sugito pada hari Minggu, empat hari sebelum kejadian. Saat itu dia tidak banyak ngobrol dengan sang ayah.

Sementara itu Lutfi (38), keponakan Sugito, menyebutkan almarhum merupakan tulang punggung keluarga. Bantuan yang diberikan Kapolri cukup membantu keluarga, meski dia tidak mengetahui bentuk bantuan yang diberikan.

"Beliau adalah tulang punggung keluarga. Keluarga besar kami selalu mengadakan arisan. Nanti akan kami bicarakan tentang itu (nafkah untuk keluarga Sugito) arisan keluarga," kata Lutfi.