Brilio.net - Cerita orang Indonesia yang mendapat pengakuan di negeri orang sudah diawali puluhan tahun silam. Fakta ini didapat dari kisah Roestam Effendi. Pria kelahiran Padang, Sumatera Barat, ini tercatat pernah menjadi anggota parlemen Belanda.

Lahir di Padang 13 Mei 1903, Roestam mengawali pendidikan sekolah dasarnya di kampung halamannya, Padang. Setelah lulus, dia melanjutkan sekolah guru di Bukittinggi dan Bandung, Jawa Barat. Dia kembali ke Padang pada 1924 dan menjadi guru.

Kecintaan pada bidang seni membuat Roestam tak cuma fokus pada dunia pendidikan. Sembari mengajar, dia mulai menerjuni dunia seni. Pada pertengahan 1920-an, drama pertamanya berjudul Bebasari dipentaskan. Dramanya berisi kritik terhadap kolonialisme Belanda berdasarkan cerita Ramayana.

Dalam literatur Indonesia modern, Bebasari tercatat sebagai pentas drama pertama dan menjadi tonggak lahirnya seni pertunjukan Tanah Air. Selain drama, Roestam juga pembuat puisi. Kemampuannya mengolah kata terbingkai dalam koleksi antologi puisi berjudul "Pertjikan Permenoengan".

Namun, semangat anti-penjajahan yang diusung dalam tiap karya-karyanya, membuat ekspresi Roestam tak sebebas yang dicita-citakan. Puisi karya Roestam yang secara terang-terangan menyerang penjajahan Belanda, di antaranya adalah "Tanah Air". Pemerintah Hindia Belanda kala itu bahkan melabelinya sebagai antek Komunis (PKI).

Pergerakan Roestam semakin terbatas seiring kegagalan revolusi PKI pada 1926, yang berakibat penahanan 13.000 orang terkait PKI, 4.500 warga ditahan, 1.308 dijadikan tahanan politik dan 823 diasingkan ke Digul, Papua.

Sensor ketat terhadap penerbitan tulisan-tulisan yang berbau Komunis dan lainnya membuat Roestam akhirnya memilih meninggalkan Indonesia. Dari 1928-1947, Roestam tinggal di Belanda, negeri yang kerap dikritiknya. Dari 1933-1946, Roestam tercatat menjadi anggota Partai Komunis Belanda dan duduk sebagai anggota parlemen Belanda.

Salah satu yang diperjuangkan selama menjadi anggota parlemen Belanda adalah memperjuangkan hak-hak pribumi untuk Indonesia. Dia juga menulis sebuah karya di Belanda, berjudul Van Moskow naar Tiflis. Roestam meninggal pada 24 Mei 1979.