Brilio.net - Kisah Poniyah (85) yang hidup sebatang kara di gubuk bocor mengundang pilu sekaligus haru. Tak punya anak maupun kerabat, nenek yang akrab sapa Sipon itu mendapatkan makanan sehari-hari dari para tetangganya.

Saat brilio.net berkunjung ke rumahnya di Dusun Karangkulon RT08/RW19, Wukirsari, Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta, kediaman Poniyah memang tak layak disebut rumah. Lebih tepatnya gubuk. Bahkan, pintu rumahnya saja hanya ditutupi oleh selembar kain. "Tiap kali hujan, pasti bocor," kata salah seorang warga sekitar, Ferry (35).

Ferry menuturkan, selama ini permohonan bantuan untuk perbaikan rumah Poniyah sudah diminta kepada kelurahan maupun pemerintah daerah, tapi nyatanya tidak ada tanggapan hingga sekarang. "Dulu pernah dapat bantuan waktu gempa di Bantul, tapi ya seadanya seperti ini," imbuhnya.

Kisah pilu Mbah Poniyah, hidup sebatang kara di gubuk bocor

Meski usianya sudah senja, sikap keseharian Mbah Sipon memang tampak ceria dan tangkas. Dia tak ragu-ragu untuk menyapa siapapun yang datang ke rumahnya. Tak terlihat sedikit pun raut sedih di wajahnya meski hidupnya serba kekurangan.

"Kalau malam, Mbah Sipon itu suka nyanyi. Suaranya istimewa, mas. Tapi kalau ditonton orang, nggak mau (malu)," ujar Ketua Pemuda desa setempat Agung Nugroho (24) saat ditemui brilio.net, Jum’at (20/3).

Kebiasan menyanyi Mbah Sipon memang bisa dimaklumi. Pasalnya, dia kini tinggal seorang diri tanpa punya kerabat maupun anak yang menghibur hari-harinya di usia senja. "Sewaktu saya masih kecil, Mbah Sipon pernah memelihara kucing sebagai teman," tambahnya.

Sipon dulunya bekerja sebagai pembuat sapu lidi. Namun karena tenaganya sudah lemah, dia tak sanggup lagi bekerja. "Untuk makanan sehari-hari, warga sekitar biasanya bergantian memberi makanan," lanjut Agung.