Brilio.net - Anak berkebutuhan khusus (down syndrome), mereka sesungguhnya terlahir dengan istimewa. Perhatian orangtua dan lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus.

Saat ini di daerah Desa Sendangsari, Pajangan Bantul, telah berdiri sebuah sekolah luar biasa (SLB) dan Panti Asuhan Bina Siwi untuk anak berkebutuhan khusus. Siapa sangka sekolah dan panti asuhan tersebut dirintis secara swadaya oleh 3 orang anak desa. Mereka adalah Jumilah, Sugiman dan Yanti. Tinggal di sebuah desa dengan akses yang masih terbatas membuat hati mereka tergerak. Fakta bahwa keberadaan anak berkebutuhan khusus dengan latar belakang ekonomi yang rendah membuat jiwa mereka terenyuh untuk melakukan sesuatu untuk membantu.

Ketika brilio.net berkunjung ke Panti Asuhan Bina Siwi, Sabtu (28/3), dengan penuh antusias Jumilah menjelaskan perjuangan dia dan rekan-rekannya yang tidak biasa. "Kami prihatin melihat anak-anak berkebutuhan khusus dari keluarga yang kurang mampu ternyata tidak mendapatkan pengajaran yang baik. Kami pun mengambil tindakan untuk berbuat sesuatu untuk mereka," katanya.

Pemahaman masyarakat awam tentang anak berkebutuhan khusus terbilang masih minim. Beberapa masih berpikir bahwa mereka malu dan memilih unuk tidak menyekolahkan anak mereka. Padahal sebenarnya, anak berkebutuhan khusus memiliki kemampuan seperti anak-anak normal lainnya.

Hanya saja dibutuhkan metode dan cara khusus untuk memberikan pengajaran kepada mereka. Hal inilah yang disadari oleh Jumilah, Sugiman dan Yanti. Bermodalkan tekad dan semangat, mereka merintis niat baik tersebut meski tanpa uang sepeserpun.

Kisah haru perjuangan anak desa merintis sendiri SLB dan panti asuhan

Langkah awal yang ditempuh adalah menemui pihak desa untuk meminta izin untuk menggunakan balai desa sebagai tempat pembelajaran sementara. Bak gayung bersambut, pihak desa pun merespons dengan baik niat untuk mendirikan sekolah tersebut.

"Ya, bisa dibayangkan bagaimana tanggapan orang terhadap kami, terdengar aneh bahwa kami bermimpi untuk mendirikan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus, tapi kami tetap bersikeras bahwa hal ini dapat terwujud," ujar Jumilah, salah seorang perintis SLB dan Panti Asuhan Bina Siwi.

Setelah berhasil mendapatkan izin tempat, mereka lalu mengumpulkan seluruh anak berkebutuhan khusus yang ada di desanya. Mereka memberikan pengajaran dengan ikhlas dan tidak memungut biaya apapun, bahkan mereka yang mengeluarkan uang untuk membiayai berbagai kebutuhan. Bagi mereka yang terpenting adalah menyelamatkan anak-anak tersebut dari keterbelakangan.

"Kami tidak berpikir soal gaji, meski saat itu, kami sendiri masih numpang di rumah orangtua. Namun tekad kami bulat untuk membantu anak-anak," papar Jumilah.

Kisah haru perjuangan anak desa merintis sendiri SLB dan panti asuhan

Perjuangan yang tidak mudah mereka lalui dengan saling membantu. Mulai dari mengajar di balai desa hingga sekarang sudah didirikan sekolah, mereka tetap mengabdikan diri untuk kehidupan anak-anak berkebutuhan khusus.

"Mereka sudah seperti anak-anak kami sendiri. Melihat mereka mampu berhitung, mengeja aksara bahkan sekedar melihat mereka tersenyum sudah menjadi kebahagian yang tidak ternilai harganya untuk kami," imbuhnya sembari terharu.